Kerajaan Panai adalah salah satu kerajaan kuno yang hingga kini masih menyimpan banyak misteri. Terletak di kawasan Padang Lawas, Sumatra Utara, kerajaan ini disebut-sebut dalam sejumlah sumber klasik seperti Negarakertagama dan Prasasti Tanjore dari India. Namun, hingga hari ini, lokasi pastinya masih diperdebatkan para sejarawan dan arkeolog.
Dalam kitab Negarakertagama, disebutkan bahwa Majapahit pernah menaklukkan beberapa wilayah, termasuk Pane—yang diyakini sebagai Panai. Sementara itu, dalam Prasasti Tanjore dari abad ke-9, disebutkan bahwa Kerajaan Chola dari India Selatan berhasil menyerbu dan menguasai wilayah bernama Panai. Ini menandakan bahwa kawasan tersebut sudah dikenal luas secara geopolitik dan memiliki nilai strategis sejak ribuan tahun lalu.
Asal Usul Panai dalam Catatan Sejarah dan Prasasti
Salah satu peneliti yang menaruh perhatian besar terhadap Kerajaan Panai adalahLisda Meyanti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas). Dalam jurnal yang diterbitkan di AMERTA, ia menyatakan bahwa lokasi Panai kemungkinan besar berada di sekitar Padang Lawas.
"Banyak peneliti yang berusaha menemukan lokasi Panai seperti yang tertera pada prasasti yang disimpan di India itu, tetapi bukti yang mereka kemukakan berupa tulisan asing dan benda (artefak) yang berasal dari daerah lain," tulis Lisda.
Penemuan beberapa prasasti di daerah ini yang mencantumkan nama Panai semakin memperkuat dugaan bahwa kerajaan tersebut memang pernah berdiri di Padang Lawas.
Wilayah Subur di Antara Dua Sungai
Kerajaan Panai diperkirakan berdiri sekitar abad ke-11 hingga ke-14. Lokasinya disebut-sebut berada di sekitar lembah Sungai Panai dan Sungai Barumun, yang kini mengalir melintasi Kabupaten Labuhanbatu dan Tapanuli Selatan. Kedua sungai ini menjadi nadi kehidupan masyarakat zaman dahulu—dimanfaatkan untuk pertanian, perikanan, dan transportasi air.
Hal ini selaras dengan isi Prasasti Tanjore yang menyebut Panai sebagai negeri yang "diliputi oleh sungai dan dikelilingi pegunungan". Menariknya, dalam bahasa Tamil kuno, kata Panai juga bisa merujuk pada "tanah pertanian".
Lisda menjelaskan bahwa asumsi ini makin kuat karena:
“Panai adalah wilayah atau kerajaan yang punya dermaga sungai dan pegunungan. Kondisi itu serupa dengan lokasi prasasti Panai yang dilalui dua sungai (Sungai Batang Pane dan Sungai Barumun).”
Deskripsi geografis ini cocok dengan lanskap Padang Lawas yang memang subur dan dikelilingi oleh aliran sungai yang besar.
Padang Lawas dan Peninggalan Arkeologis Kerajaan Panai
Padang Lawas dikenal sebagai kawasan dengan peninggalan sejarah yang luar biasa kaya. Salah satu situs terpenting adalah Kompleks Candi Bahal atau yang juga dikenal sebagai Biaro Bahal. Terdiri dari tiga candi utama—Bahal I, Bahal II, dan Bahal III—kompleks ini memperlihatkan pengaruh budaya Hindu-Buddha yang kuat pada masa itu.
Selain bangunan candi, ditemukan pula berbagai arca, prasasti, dan struktur batu yang berasal dari masa abad ke-11 hingga ke-14. Salah satunya adalah Prasasti Lokanatha yang juga memperkuat dugaan bahwa Padang Lawas adalah pusat dari Kerajaan Panai.
“Hanya masyarakat yang kaya dan makmurlah yang mampu membangun candi, seperti di Padang Lawas," tulis Lisda.
Padang Lawas sendiri dikenal kaya akan hasil bumi, hasil hutan seperti kapur barus, serta aktivitas peternakan. Semua ini mencerminkan kemakmuran sebuah kerajaan agraris yang terorganisir dan memiliki hubungan dagang yang luas.
Kesimpulan: Apakah Panai adalah Nama Lama Padang Lawas?
Berdasarkan berbagai catatan sejarah dan temuan arkeologis, sejumlah peneliti berpendapat bahwa Panai adalah nama kuno dari kawasan yang kini dikenal sebagai Padang Lawas. Kitab Negarakertagama juga menyebut Pane sebagai salah satu wilayah taklukan Majapahit yang lokasinya tak jauh dari Minangkabau, Riau, dan Barus.
"Meskipun tidak secara langsung digambarkan lokasi Panai, dapat disimpulkan bahwa letak Panai tidak berjauhan dari Sumatra Barat (Minangkabwa), Riau (Siyak, Rekan, Kampar), dan daerah sekitar Padang Lawas (Lwas, Mandahiling, Barus, Parlak)," ujar Lisda.
Dengan kata lain, Kerajaan Panai bukan hanya legenda yang terlupakan, tetapi bagian penting dari mosaik sejarah Nusantara yang menunggu untuk digali lebih dalam.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News