dua spesies siput laut langka ditemukan di sulawesi utara warna mencolok dan tak bercangkang - News | Good News From Indonesia 2025

Dua Spesies Siput Laut Langka Ditemukan di Sulawesi Utara, Warna Mencolok dan Tak Bercangkang!

Dua Spesies Siput Laut Langka Ditemukan di Sulawesi Utara, Warna Mencolok dan Tak Bercangkang!
images info

Dua spesies siput laut langka berhasil diidentifikasi di perairan Sulawesi Utara. Dua spesies baru tersebut, yaitu Phyllidia ovata dan Phyllidia fontjei.

Keduanya termasuk dalam famili Phyllidiidae, kelompok nudibranch yang dikenal dengan warna-warnanya yang mencolok dan mekanisme pertahanan kimianya yang unik.

Hasil Kolaborasi Peneliti dari Tiga Negara

Eksplorasi laut di kawasan Indo-Pasifik, termasuk Sulawesi Utara, telah lama menjadi fokus para ilmuwan karena kekayaan biodiversitasnya. Kawasan ini merupakan rumah bagi ratusan spesies nudibranch, siput laut tanpa cangkang yang hidup di terumbu karang.

Meskipun lebih dari 350 spesies siput laut telah tercatat di Sulawesi Utara, diperkirakan masih ada sekitar 100 spesies yang belum teridentifikasi secara resmi.

Penemuan Phyllidia ovata dan Phyllidia fontjei merupakan hasil kolaborasi internasional antara peneliti dari Jerman, Indonesia, dan Wales. Yang menarik, identifikasi kedua spesies ini tidak hanya mengandalkan penelitian konvensional, tetapi juga melibatkan kontribusi foto-foto dari penyelam dan fotografer bawah laut. 

Phyllidia ovata: tubuhnya berwarna putih bersih

Phyllidia ovata adalah salah satu spesies yang selama ini sering salah diidentifikasi. Nama "ovata" diambil dari bentuk tubuhnya yang oval dan pola warnanya yang khas. 

Selama lebih dari dua dekade, spesies ini kerap dikira sebagai Phyllidia picta atau Phyllidia coelestis karena kemiripan morfologisnya. Namun, setelah analisis mendalam, para peneliti menyimpulkan bahwa ini adalah spesies baru.

Ciri khas P. ovata adalah tubuhnya yang berwarna putih bersih dengan bercak hitam di bagian tengah serta tuberkel (tonjolan kecil) berwarna cerah dengan ujung kuning. Spesies ini dapat tumbuh hingga 50 mm (2 inci) dan tersebar di berbagai wilayah, termasuk Indonesia, Jepang, Taiwan, Filipina, dan Australia. Meski begitu, sebagian besar penampakannya tercatat di perairan Indonesia dan Filipina.

Phyllidia fontjei: siput laut kecil yang mencolok

Spesies kedua, Phyllidia fontjei, dinamai sebagai penghormatan kepada Dr. Fontje Kaligis, seorang ilmuwan Indonesia yang telah memberikan kontribusi besar dalam penelitian nudibranch di tingkat global. 

Berbeda dengan P. ovata, P. fontjei memiliki ukuran tubuh yang jauh lebih kecil, hanya sekitar 16 mm (0,6 inci).

Spesimen pertama P. fontjei ditemukan sedang beristirahat di atas spons laut pada kedalaman 25,3 meter di dekat Pulau Bunaken, Sulawesi Utara. Tubuhnya didominasi warna putih dengan bercak oranye terang di bagian tengah dan garis-garis hitam yang membuatnya sangat mencolok.

Tidak seperti nudibranch lain dalam genus yang sama, P. fontjei tidak memiliki tuberkel besar di punggungnya, melainkan tiga punggungan halus dan butiran kecil yang tersebar di permukaan tubuhnya.

Baca juga Siput Gelembung Batik di Selat Sempu Malang, Seperti Apa Rupanya?

Beda dari siput laut lain

Salah satu temuan menarik dari penelitian ini adalah struktur internal P. fontjei yang berbeda dari spesies sejenis. Para peneliti menemukan adanya "glandular oral tube" (tabung mulut kelenjar), sebuah struktur yang sebelumnya sering disebut sebagai "pharyngeal bulb". Organ ini berperan penting dalam proses makan dan menjadi salah satu penanda kunci dalam identifikasi spesies.

Selain itu, sistem reproduksi P. fontjei juga sangat kompleks. Melalui analisis histologi beresolusi tinggi, para ilmuwan mengamati adanya lipatan kelenjar, bundel otot, dan organ reproduksi yang sangat detail. Uniknya, P. fontjei mencapai kematangan seksual pada ukuran yang jauh lebih kecil dibandingkan P. ovata dan spesies terkait lainnya.

Para peneliti membandingkan P. fontjei dengan beberapa spesies nudibranch lain, seperti P. ocellata dari Laut Mediterania dan P. flava yang juga ditemukan di kawasan Indo-Pasifik. Meskipun ketiganya memiliki kemiripan dalam pola warna, terdapat perbedaan signifikan dalam struktur anatomi, terutama pada sistem pencernaan dan reproduksi.

Selain itu, penelitian ini juga memperkenalkan terminologi baru dalam taksonomi nudibranch, yaitu "glandular oral tube". Istilah ini membantu para ilmuwan dalam mengklasifikasikan spesies-spesies Phyllidia dengan lebih akurat di masa depan.

Habitat dan Persebaran

Meskipun P. ovata telah terlihat di berbagai wilayah mulai dari Jepang hingga Australia, keberadaannya tetap tergolong langka. Sebagian besar penampakan terjadi di perairan Indonesia, Filipina, dan Taiwan. Sementara itu, P. fontjei memiliki sebaran yang lebih terbatas, hanya ditemukan di Indonesia, Malaysia, dan sebagian Laut Andaman.

Kedua spesies ini sangat sulit ditemukan, bahkan di kawasan yang dikenal sebagai hotspot biodiversitas nudibranch. Para peneliti menduga bahwa mereka memiliki habitat yang sangat spesifik atau populasinya memang sangat kecil.

Warna-warna mencolok mereka seringkali tersamarkan oleh keragaman warna terumbu karang, sehingga sulit dideteksi tanpa pengamatan yang cermat. Adapun Studi lengkap tentang kedua spesies ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah ZooKeys.

Baca juga Imutnya Domba Laut, Siput yang Bisa Fotosintesis di dalam Air

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.