Festival Indonesia (FI) 2025 akan digelar di jantung kota Melbourne pada 19 Oktober 2025. Mengusung tema “Gemilang Sriwijaya”, festival ini terinspirasi dari kejayaan Kerajaan Sriwijaya yang pernah menguasai jalur perdagangan maritim Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga ke-12.
Kegiatan ini tidak hanya merayakan kekayaan budaya Nusantara, tapi juga menjadi sarana promosi wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) sebagai pusat warisan sejarah dan tujuan wisata potensial.
Ketua Festival Indonesia 2025, Dr. Celyanda Goeltom, menyampaikan bahwa tema yang diangkat bertujuan membawa semangat kebesaran maritim Nusantara ke tengah masyarakat internasional.
“Dengan mengusung tema Gemilang Sriwijaya, kami ingin menghadirkan semangat kebesaran maritim Nusantara sekaligus membuka peluang baru bagi pariwisata Sumbagsel,” ujarnya.
Dorongan untuk Diversifikasi Destinasi Wisata Indonesia
Data Australian Bureau of Statistics (ABS) tahun 2023 menunjukkan bahwa Indonesia menerima kunjungan dari 1,47 juta wisatawan Australia, dengan Bali tetap menjadi destinasi utama. Festival Indonesia 2025 mencoba mendorong diversifikasi destinasi wisata dengan memperkenalkan sisi lain Indonesia yang belum banyak dikenal, termasuk budaya dan potensi wisata Sumbagsel.
Inisiatif ini dipimpin oleh komunitas diaspora Indonesia di Melbourne melalui organisasi Festival Indonesia Inc., bekerja sama dengan KJRI Melbourne dan Ikatan Keluarga Sriwijaya di Victoria (IKSV). Kolaborasi ini memperkuat peran komunitas sebagai duta budaya sekaligus pelaku promosi wisata dan ekonomi.
Ajang Komunitas yang Konsisten Tumbuh
Diselenggarakan pertama kali pada tahun 2005, Festival Indonesia kini menjadi salah satu kegiatan komunitas Indonesia terbesar di Melbourne. Lokasinya di Argyle Square dipilih karena strategis dan mudah dijangkau masyarakat. Acara ini rutin menarik lebih dari 6.000 pengunjung setiap tahun, baik dari kalangan diaspora maupun warga lokal.
Festival berlangsung dalam suasana pasar rakyat terbuka, diisi dengan pertunjukan seni budaya seperti pencak silat, tari tradisional, demo memasak, serta musik daerah dan campursari. Tak ketinggalan, pertunjukan angklung dan gamelan menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton.
Lebih dari 30 tenda kuliner dan dagang akan meramaikan festival, menawarkan aneka hidangan khas Indonesia, termasuk rendang, bakso, sate ayam, soto, bakmi ayam, gorengan, dan es dawet. Ragam sajian ini menjadi cara efektif memperkenalkan kekayaan rasa Nusantara kepada publik Australia.
Rekor dan Penampilan Ikonik
Festival ini juga mencatat pencapaian penting. Pada tahun 2023, FI berhasil memecahkan Rekor MURI untuk “Tari Tor Tor Massal dengan Penari Terbanyak di Luar Indonesia”, dengan lebih dari 3.000 peserta dari komunitas lokal dan diaspora.
Sementara di tahun 2024, FI menghadirkan penampilan musisi Papua Nogei dan rapper Maluku Presiden Tidore dalam acara Indonesian Night. Kehadiran mereka menjadi penegas semangat keberagaman budaya Indonesia di mata dunia.
Strategi Diplomasi Melalui Bisnis dan Pendidikan
Mulai 2023, FI juga kembali mengaktifkan program Business Forum sebagai bagian dari strategi promosi bertema Trade, Tourism, and Investment (TTI). Program ini menjadi platform kerja sama konkret antara pelaku usaha Indonesia dan Australia, serta mendukung implementasi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
Rangkaian FI 2025 tidak hanya terpusat pada tanggal 19 Oktober, tapi juga mencakup berbagai agenda lain sepanjang bulan Oktober. Forum Bisnis akan digelar pada 16 Oktober, dan Indonesian Night pada 17 Oktober, dengan fokus pada promosi ekonomi dan investasi dari wilayah Sumbagsel kepada pelaku industri dan calon investor di Australia.
Di sisi lain, FI juga mengembangkan pendekatan edukatif melalui program FI Goes to School. Dimulai sejak Juni 2025, program ini menyasar sekolah-sekolah di wilayah Melbourne, Geelong, Bendigo, dan Ballarat, dengan tujuan memperkenalkan budaya Indonesia secara langsung kepada generasi muda Australia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News