sekolah alam suku bajo menenun pendidikan yang membumi di atas laut berbasis kearifan leluhur - News | Good News From Indonesia 2025

Sekolah Alam Suku Bajo: Menenun Pendidikan yang Membumi di Atas Laut Berbasis Kearifan Leluhur

Sekolah Alam Suku Bajo: Menenun Pendidikan yang Membumi di Atas Laut Berbasis Kearifan Leluhur
images info

Di antara riak ombak dan semilir angin pesisir Bone, lahirlah sebuah inisiatif pendidikan yang tumbuh dari keresahan mendalam akan pudarnya budaya dan kearifan lokal.

Berbekal semangat, cinta akan budaya, dan kegelisahan melihat lingkungan yang kian rusak, Bapak Kiswan merintis Sekolah Alam Suku Bajo pada tahun 2018 di Kelurahan Bajoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Tak sekadar mengajar membaca dan menulis, sekolah ini menghidupkan kembali laut dan pantai sebagai ruang belajar anak-anak Bajo. Di sinilah pendidikan menjadi cara untuk merawat identitas, lingkungan, dan harapan akan masa depan.

 

Menyelam ke Akar Budaya: Belajar dari Laut dan Leluhur

Sekolah Alam Suku Bajo kini menjadi ruang belajar alternatif bagi 24 anak, lengkap dengan kurikulum unik yang memadukan pendidikan formal dan non-formal berbasis budaya dan alam.

Anak-anak belajar berhitung dan membaca, tapi juga mendalami navigasi tradisional, pengetahuan kelautan, konservasi, hingga permainan khas Suku Bajo yang sarat nilai sosial dan strategi.

Di setiap akhir pekan, mereka belajar langsung di laut, di bawah pohon mangrove, atau di pantai terbuka, menjadikan alam sebagai guru yang penuh hikmah.

Tak hanya murid, para tetua adat dan orang tua pun terlibat aktif. Pengetahuan turun-temurun yang nyaris hilang kini mulai diwariskan kembali.

 

Pendidikan yang Menumbuhkan, Bukan Memutus

Keresahan Bapak Kiswan bermula dari kenyataan bahwa sistem pendidikan konvensional tak selalu cocok bagi anak-anak Suku Bajo.

Banyak dari mereka putus sekolah karena harus membantu orang tua melaut. Budaya sendiri pun perlahan menghilang, terdesak oleh globalisasi dan ketidakpedulian.

Sekolah Alam Suku Bajo menjawab ini dengan pendekatan holistik, pendidikan yang kontekstual, relevan, dan membumi.

Anak-anak tak perlu memilih antara belajar dan menjadi bagian dari komunitas. Mereka bisa melakukan keduanya.

 

Menjaga Laut, Merawat Warisan

Di Sekolah Alam Suku Bajo, pelestarian budaya dan lingkungan berjalan beriringan.

Anak-anak rutin melakukan penanaman mangrove, pembersihan pantai, dan kampanye kesadaran lingkungan kepada warga. Semua ini lahir dari pengalaman dan pemahaman yang mereka dapat dari sekolah.

Salah satunya adalah kisah Andi, anak nelayan yang kini memimpin inisiatif kecil-kecilan untuk menjaga kebersihan laut di kampungnya, bukti bahwa pendidikan bisa melahirkan agen perubahan sejak dini.

“Pendidikan bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga tentang mencintai budaya kita dan melestarikan lingkungan,” ujar Bapak Kiswan, sang pendiri.

 

Menjadi Bagian Gerakan Bermain Tanpa Gadget

Sekolah Alam Suku Bajo pun telah meraih Satu Indonesia Award dari PT Astra Tbk atas kontribusinya dalam pendidikan dan pelestarian budaya.

Kini, komunitas ini juga menjadi bagian dari Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget, kolaborasi antara GNFI dan Kampung Lali Gadget, untuk menciptakan lebih banyak ruang belajar yang bebas dari ketergantungan gawai.

Tak hanya itu, mereka terbuka terhadap berbagai kolaborasi dan terus mengembangkan program seperti wisata edukasi, pelatihan vokasi, serta dokumentasi budaya Bajo.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.