budaya lokal vs budaya asing upaya dalam menjaga eksistensi budaya tabe - News | Good News From Indonesia 2025

Budaya Lokal vs Budaya Asing, Upaya dalam Menjaga Eksistensi Budaya Tabe

Budaya Lokal vs Budaya Asing, Upaya dalam Menjaga Eksistensi Budaya Tabe
images info

Saat ini, kita telah memasuki era digitalisasi, dibuktikan dengan berkembang pesatnya bidang teknologi informasi. Hal ini akan membuat segala informasi dari seluruh penjuru dunia akan mudah terakses.

Era digitalisasi menjadi jalur utama masuknya budaya asing dari berbagai negara. Kondisi ini akan menghasilkan budaya baru dan mempengaruhi budaya lokal masyarakat Indonesia.

Fenomena ini harus disikapi dengan baik dan bijak dengan meminimalisir dampak negatifnya, yang mana sangat penting bagi kemajuan bangsa.

Namun bagaikan peribahasa “lain di mulut, lain di hati”, nyatanya melalui teknologi sudah banyak budaya asing masuk ke lingkungan masyarakat. Mulai menggeser dan menggantikan budaya lokal. 

Seiring berkembangnya era digitalisasi, budaya lokal mulai menghilang dikarenakan adanya perubahan pola hidup masyarakat.

Mengenal Siri’ na Pacce, Falsafah Hidup Masyarakat Bugis-Makassar tentang Harga Diri dan Solidaritas

Melestarikan Budaya Tabe’ sebagai Budaya Lokal

Melestarikan budaya merupakan solusi alternatif untuk mempertahankan eksistensi dari suatu budaya. Setiap daerah di indonesia tentu memiliki budaya masing-masing. Khususnya di Sulawesi Selatan. Salah satu kebudayaannya yang sangat menjunjung tinggi sikap sopan santun, yaitu budaya tabe’.

Tabe’ merupakan salah satu ciri khas dari suku Bugis-Makassar yang telah menjadi warisan budaya secara turun temurun. Budaya tabe’ bermakna menghormati dan menghargai orang lain atau orang yang lebih tua.

Praktek budaya tabe’ dilakukan dengan membungkukkan badan dan tangan kanan mengarah ke bawah.

Budaya tabe’ digunakan saat hendak mengatakan permisi untuk memotong pembicaraan atau digunakan saat ingin melewati orang sebagai bentuk penghormatan.

Budaya tabe’ memiliki peran penting dalam pembentukan karakter santun dan hormat, baik kepada yang tua maupun kepada sesama. Dengan demikian, budaya tabe’ ini dianjurkan untuk diajarkan kepada anak sejak kecil agar terbiasa saat dewasa nanti.

To Lotang, Aliran Kepercayaan Lokal Hindu Suku Bugis di Sulawesi Selatan

Sayangnya, seiring dengan berjalannya waktu, budaya tabe’ juga terkena dampak dari era digitalisasi, di mana mulai hilang dalam masyarakat, khususnya pada kalangan anak-anak dan remaja yang kurang tahu budaya ini

Berikut ini solusi yang diharapkan dapat mempertahankan budaya lokal, yaitu:

1. Peran pemerintah serta kebijakannya yang dapat memberikan solusi untuk mempertahankan budaya lokal seperti membuat sebuah pameran, membuat museum daerah, atau membentuk sebuah organisasi atau institusi yang dapat menjaga pelestarian budaya.

2. Lembaga pendidikan memberi pembelajaran khusus terkait dengan budaya/kearifan lokal.

3. Masyarakat Indonesia harus tetap melestarikan budaya lokal dengan mempelajari dan mengetahui budaya.

4. Masyarakat Indonesia harus bangga dengan budayanya sendiri dan tidak mudah terpengaruh dengan budaya asing.

5. Memanfaatkan teknologi sebagai promosi budaya lokal ke dunia internasional.

Budaya lokal menjadi salah satu aset dari Indonesia yang menjadi pembeda dengan negara lain, harus dijaga dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Pelestarian budaya lokal sangat penting demi menjaga eksistensi dari budaya tersebut.

Memang tak mudah untuk melestarikannya. Namun, pelestarian sangat dibutuhkan agar budaya tersebut tidak luntur dan bisa diwariskan pada generasi yang akan datang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.