tak semuanya berbahaya inilah jenis ikan buntal yang tidak beracun - News | Good News From Indonesia 2025

Tak Semuanya Berbahaya, Inilah Jenis Ikan Buntal yang Tidak Beracun

Tak Semuanya Berbahaya, Inilah Jenis Ikan Buntal yang Tidak Beracun
images info
  • Beberapa jenis ikan buntal tidak beracun dan aman dikonsumsi, seperti ikan buntal pisang dan hijau.
  • Di Indonesia, ada ikan buntal yang relatif aman tetapi harus diolah dengan hati-hati.
  • Racun tetrodotoxin pada ikan buntal beracun mematikan dan tidak ada penawarnya.

Di balik popularitasnya sebagai salah satu hewan paling beracun di dunia, ternyata tidak semua ikan buntal mengandung racun mematikan.

Beberapa jenis justru aman dikonsumsi dan menjadi hidangan populer di berbagai negara. Lalu, jenis ikan buntal apa saja yang tidak beracun?

Ikan Buntal yang Tidak Beracun

Ikan buntal, yang termasuk dalam famili Tetraodontidae, dikenal karena kemampuannya mengembang seperti bola ketika merasa terancam. Meskipun banyak dari spesies ini mengandung tetrodotoxin—racun mematikan yang dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kematian—ternyata tidak semua ikan buntal berbahaya. Beberapa jenis bahkan dikonsumsi secara luas di sejumlah negara setelah melalui pengolahan yang tepat.

Salah satu contoh ikan buntal yang tidak beracun adalah ikan buntal pisang (Lagocephaluslunaris). Spesies ini memiliki tubuh berwarna kecokelatan dengan pola menyerupai pisang, perut berwarna putih, serta ekor yang bercabang. Di beberapa wilayah Asia, ikan ini kerap diolah menjadi hidangan tradisional dengan catatan bagian-bagian tertentu seperti hati dan gonad dihindari karena berpotensi mengandung racun.

Selain itu, ada juga ikan buntal totol (Arothronnigropunctatus), yang memiliki ciri khas warna gelap dengan bintik-bintik hitam tersebar di sekujur tubuhnya. Mulutnya kecil dengan kulit yang kasar. Meskipun beberapa individu dari spesies ini dilaporkan mengandung racun, tidak semuanya berbahaya. Hal ini membuat identifikasi yang akurat menjadi sangat penting sebelum mengonsumsinya.

Spesies lain yang patut diperhatikan adalah ikan buntal hijau (Dichotomycterenigroviridis). Ikan ini mudah dikenali dari tubuhnya yang berwarna hijau dengan bintik-bintik hitam serta perut putih. Ukurannya relatif kecil, biasanya tidak melebihi 15 cm. Meskipun secara umum dianggap tidak beracun, organ dalam seperti hati dan usus tetap harus dibuang karena berisiko mengandung toksin.

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), beberapa ikan buntal dari genus Lagocephalus dan Dichotomyctere relatif aman dikonsumsi jika diolah dengan benar. Namun, tetap diperlukan kehati-hatian karena toksisitas bisa bervariasi tergantung habitat dan makanan ikan.

Ikan Buntal di Indonesia

Perairan Indonesia menjadi rumah bagi beragam spesies ikan buntal, baik yang beracun maupun yang relatif aman untuk dikonsumsi. Salah satu jenis yang sering ditemukan adalah Lagocephalussceleratus atau dikenal sebagai Silver-cheeked Toadfish.

Meskipun beberapa laporan menyebutkan adanya kandungan racun pada spesies ini, di sejumlah daerah ikan ini tetap dikonsumsi dengan proses pengolahan khusus dan kehati-hatian ekstra.

Selain itu, terdapat pula Dichotomycterefluviatilis atau Green Pufferfish yang banyak ditemukan di perairan payau. Ikan ini termasuk dalam kategori yang relatif aman, meskipun tetap memerlukan penanganan tepat sebelum dikonsumsi untuk menghindari potensi keracunan dari bagian-bagian tertentu seperti organ dalamnya.

Di sisi lain, Indonesia juga memiliki beberapa spesies ikan buntal yang sangat berbahaya karena kandungan racunnya yang mematikan. Takifuguoblongus merupakan salah satunya, dengan kadar tetrodotoxin tinggi yang dapat berakibat fatal jika termakan.

Spesies lain yang perlu diwaspadai adalah Arothronstellatus atau BintangPufferfish, yang dikenal memiliki racun mematikan dan harus dihindari sama sekali untuk konsumsi. Badan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengimbau masyarakat untuk tidak mengonsumsi ikan buntal tanpa identifikasi jelas, terutama yang berasal dari perairan dalam.

Baca juga Kaya Nutrisi, Inilah 15 Jenis Ikan yang Bagus untuk MPASI

Efek Racun Ikan Buntal

Tetrodotoxin (TTX) yang terkandung dalam ikan buntal beracun merupakan neurotoksin kuat yang menyerang sistem saraf dengan cepat. Gejala keracunan biasanya mulai muncul dalam waktu 10-45 menit setelah mengonsumsi ikan yang terkontaminasi.

Korban akan merasakan mati rasa di area mulut dan tenggorokan sebagai tanda awal keracunan, yang kemudian diikuti oleh serangkaian gejala semakin parah seperti mual, muntah-muntah, dan nyeri perut yang hebat.

Dampak keracunan akan semakin memburuk seiring waktu, dimana korban dapat mengalami kelumpuhan otot yang menyeluruh. Kondisi paling berbahaya terjadi ketika racun menyerang otot-otot pernapasan, menyebabkan korban mengalami gagal napas yang dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

Menurut data World Health Organization (WHO), hingga saat ini belum ada penawar khusus (antidot) untuk menetralisir efek tetrodotoxin dalam tubuh.

Dalam situasi darurat keracunan ikan buntal, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menginduksi muntah pada korban selama masih dalam keadaan sadar. Tindakan ini bertujuan untuk mengeluarkan sebanyak mungkin racun yang masih berada di saluran pencernaan.

Namun yang paling krusial adalah segera membawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan terapi suportif, terutama bantuan pernapasan melalui ventilator jika terjadi kelumpuhan otot pernapasan.

Pencegahan tetap menjadi langkah paling penting dalam menghindari keracunan TTX. Masyarakat harus benar-benar menghindari konsumsi organ dalam ikan buntal seperti hati, gonad, dan kulit karena bagian-bagian tersebut mengandung konsentrasi racun tertinggi. 

Keterlambatan dalam penanganan kasus keracunan TTX sering berakibat fatal, sehingga kesadaran akan bahaya dan pengetahuan pertolongan pertama ini sangat penting dimiliki oleh masyarakat, terutama di daerah-daerah dimana ikan buntal sering dikonsumsi.

Baca juga Ikan Torani, Ikan Laut Terbang yang Harganya Selangit!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.