- Pesan dalam film Jumbo tidak hanya perlu diresapi anak, namun juga orang tua.
- Pesan untuk orang tua dari film Jumbo adalah perlunya orang tua hadir dalam tumbuh kembang anak.
Film animasi Jumbo telah mengisi libur Hari Raya Idulfitri 1446 H lalu, tepatnya tanggal 31 Maret 2025. Digarap oleh Visinema Animation dan disutradarai oleh Ryan Adriandhy, film petualangan musikal ini memang sengaja disiapkan untuk menemani keceriaan Lebaran.
Jumbo bukan sekadar film petualangan biasa. Selain serunya perjalanan para tokohnya, film ini juga mengangkat tema persahabatan, perundungan (bullying), dan keberanian. Tema-tema ini pastinya sangat dekat dan disukai anak-anak, yang memang menjadi penonton utama film ini. Jadi, sambil terhibur, anak-anak juga bisa belajar banyak hal positif.
Bisa dibilang, sutradara Ryan Adriandhy berhasil memadukan cerita yang menyentuh dengan nuansa musikal yang ceria. Menariknya lagi, ternyata film Jumbo punya banyak pesan yang bisa ditangkap beda-beda oleh penonton dari segala usia, termasuk orang tua. Intinya, film ini bukan cuma hiburan, tapi juga ajak kita merenung soal berbagai isu sosial yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Ariyo Wahab: Jejak Musik dan Akting Seorang Lulusan Fakultas Hukum
Pesan Film Jumbo: Orang Tua Perlu Hadir untuk Anak!
Salah satu isu penting yang dimaksud adalah perlunya orang tua hadir dalam tumbuh kembang anak. Ini sebagaimana dijelaskan oleh Dosen Psikologi Klinis Universitas Gadjah Mada, Wulan Nur Jatmika.
Buat si kecil, Jumbo jelas bakal kasih petualangan yang bikin senyum-senyum, plus ada pesan penting soal persahabatan, gimana jadi teman yang baik, dan saling tolong-menolong. Tapi, Wulan juga bilang kalau penonton dewasa bakal merasakan nostalgia yang kuat karena alur ceritanya menyentuh, dan dinamika psikologis tiap karakternya dibikin dalam.
"Secara pribadi, saya sangat mengapresiasi para seniman yang telah bekerja keras mewujudkan film ini dengan kualitas animasi, alur cerita, serta perkembangan karakter yang baik, diperkaya dengan banyak hikmah yang bisa dijadikan bahan refleksi," kata Wulan.
Wulan menjelaskan, Jumbo secara cerdas menunjukkan bagaimana realitas sosial di Indonesia, khususnya pengaruh keluarga dan lingkungan terhadap kondisi psikologis anak. Film ini membahas tentang Adverse Childhood Experiences (ACEs), yaitu kejadian traumatis yang dapat dialami anak sebelum usia 18 tahun. Kejadian seperti kehilangan orang tua, pengabaian, kekerasan, atau disfungsi keluarga, dapat meninggalkan luka yang sangat dalam bagi anak-anak.
Kisah ACEs ini dapat kita lihat dari latar belakang beberapa karakter di film "Jumbo". Ada Don yang kehilangan orang tuanya, Atta yang hidup dalam kemiskinan tanpa orang tua, serta Maesaroh dan Nurman yang tinggal bersama kakeknya tanpa dukungan emosional dari orang tua mereka.
"Kondisi ini mencerminkan realita sosial Indonesia, di mana anak-anak dengan ACEs bisa dengan mudah ditemukan di sekitar kita," jelas Wulan.
Selain ACEs, Wulan juga menyoroti masalah perundungan anak-anak yang digambarkan melalui hubungan antara Don dan Atta. Ia menegaskan bahwa perundungan adalah masalah nyata yang kompleks di kalangan anak-anak, dan dapat berdampak buruk jangka panjang bagi kesehatan mental, baik pelaku maupun korbannya.
"Anak yang menjadi pelaku perundungan biasanya juga bukan tanpa sebab, banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari pola asuh negatif, pengalaman masa lalu sebagai korban, hingga lingkungan sosial yang tidak sehat," terang Wulan.
Menariknya, Don yang menjadi korban perundungan, justru mendapatkan dukungan emosional yang sangat baik. Hal ini membuatnya bisa tetap ceria dan percaya diri. Ini menunjukkan bahwa untuk mencegah perundungan, tidak bisa dilakukan secara parsial. Kita perlu meminimalkan faktor risiko seperti pola asuh negatif atau lingkungan yang penuh tekanan, lalu memperkuat faktor protektifnya. Misalnya, kedekatan dengan orang tua, dukungan dari teman dan lingkungan sekolah yang aman, serta sistem dukungan di masyarakat.
Melalui Jumbo, penonton diajak untuk menyadari betapa pentingnya peran keluarga dan lingkungan dalam pembentukan karakter anak. Oleh karena itu, Wulan menekankan pentingnya orang tua dan orang terdekat untuk senantiasa hadir untuk anak.
"Orang tua perlu menyadari bahwa setiap hal yang dilakukan dalam proses pengasuhan, terutama di usia 0-5 tahun, bisa berdampak besar dan jangka panjang bagi masa depan anak," papar Wulan.
See The Unseen, Panggung Potensi dari Teman-teman Istimewa
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News