mengenal sasi laut tradisi penjaga ekosistem maluku - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Sasi Laut, Tradisi Penjaga Ekosistem Maluku

Mengenal Sasi Laut, Tradisi Penjaga Ekosistem Maluku
images info

Kekayaan budaya Indonesia memang tak ada habisnya. Dari Sabang sampai Merauke, terhampar kearifan lokal yang tidak hanya unik, tetapi juga menyimpan solusi cerdas untuk tantangan masa kini. Salah satu kabar baik yang membanggakan datang dari masyarakat Maluku dengan tradisi bernama sasi.

Di tengah dunia yang gencar mencari cara mengatasi kerusakan ekosistem laut, masyarakat Maluku ternyata telah memiliki jawabannya selama berabad-abad. Sasi adalah bukti nyata bagaimana warisan leluhur nusantara mampu menjadi inspirasi konservasi yang diakui dunia.

Lebih dari sekadar tradisi, sasi adalah sistem pengelolaan sumber daya laut berbasis masyarakat yang memastikan laut tetap lestari dan memberikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.

Makna Mendalam di Balik Sasi, Harmoni Manusia dan Alam

Pada dasarnya, sasi merupakan sebuah larangan adat untuk mengambil hasil alam dalam jangka waktu tertentu. Namun, makna di baliknya jauh lebih dalam dari sekadar aturan. Bagi masyarakat Maluku, sasi adalah wujud penghormatan tertinggi kepada alam dan Sang Pencipta.

Praktik ini dilandasi oleh sebuah filosofi luhur, bahwa manusia bukanlah pemilik alam, melainkan bagian tak terpisahkan darinya.

Dengan memberlakukan sasi, masyarakat secara sadar memberi waktu bagi ekosistem laut untuk memulihkan diri. Ikan, lola (siput laut), dan teripang dibiarkan berkembang biak tanpa gangguan.

Kepatuhan terhadap sasi pun lahir dari kesadaran kolektif. Penjaga tradisi ini, yang disebut Kewang, memastikan aturan dihormati oleh seluruh warga.

Uniknya, kekuatan sasi tidak terletak pada sanksi hukum formal, melainkan pada ikatan spiritual dan sosial yang kuat. Melanggar sasi berarti mengganggu harmoni dengan alam dan leluhur.

7 Daya Tarik Pantai Hunimua Liang Maluku, Pantai Terindah Indonesia Menurut UNDP!

Siklus Kehidupan Sasi: Menjaga, Menanti, dan Memanen Bersama

Prosesi sasi menjadi cerminan indah dari kehidupan komunal masyarakat Maluku. Siklusnya terbagi menjadi tiga tahap utama yang penuh makna.

Pertama adalah "Tutup Sasi", sebuah upacara adat untuk meresmikan periode larangan. Batas area sasi ditandai dengan simbol-simbol alam seperti janur kuning. Sejak saat itu, seluruh warga berkomitmen untuk tidak mengambil biota laut yang "disasi" hingga waktu yang ditentukan.

Tahap kedua adalah masa penantian, di mana kesabaran dan kebijaksanaan masyarakat diuji. Mereka percaya bahwa dengan menjaga alam hari ini, alam akan memberikan hasil yang berlipat ganda di kemudian hari.

Puncaknya adalah "Buka Sasi", momen yang paling ditunggu-tunggu. Ini bukan sekadar waktu panen, melainkan sebuah perayaan kemenangan bersama. Warga akan turun ke laut, memanen hasil dari kesabaran mereka dengan penuh suka cita.

Hasilnya pun luar biasa, dibagikan secara adil untuk dinikmati bersama dan untuk membiayai kebutuhan komunal, seperti perbaikan rumah ibadah atau fasilitas desa.

Bukan Sekadar Tradisi, Sasi adalah Inspirasi Konservasi Dunia

Di era modern, sasi tidak lagi dipandang sebagai tradisi kuno yang tergerus zaman. Justru sebaliknya, praktik ini semakin diakui sebagai model konservasi modern yang sangat efektif.

Para ahli menyebutnya sebagai contoh sukses Community-Based Natural Resource Management (CBNRM), di mana masyarakat lokal menjadi aktor utama dalam menjaga lingkungannya.

Keberhasilan sasi menjadi inspirasi bahwa menjaga kelestarian alam tidak harus selalu dengan pendekatan top-down yang kaku dari pemerintah. Kekuatan terbesarnya terletak pada rasa memiliki dan tanggung jawab bersama dari masyarakat.

Menghadapi tantangan zaman, sasi membuktikan ketangguhannya. Ia menjadi benteng pertahanan ekologi sekaligus pilar ekonomi masyarakat. Inilah bukti nyata bahwa kearifan lokal Indonesia memiliki kontribusi besar bagi dunia.

Kabar baiknya, semangat sasi kini mulai dipelajari dan diadaptasi di berbagai wilayah, menunjukkan betapa berharganya warisan nusantara ini.

RI Kembangkan Konservasi Laut Berbasis Masyarakat dengan Teknologi Satelit, Bagaimana Cara Kerjanya?

Sasi laut adalah warisan berharga dari Maluku untuk Indonesia, bahkan untuk dunia. Dalam tradisi yang sederhana ini, tersimpan filosofi besar: menjaga alam adalah menjaga kehidupan.

Sudah saatnya kita kembali belajar dari akar budaya kita sendiri, dan memberi ruang bagi tradisi seperti sasi untuk kembali tumbuh, lestari, dan menginspirasi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IW
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.