- Etno Adventure lahir dari keresahan lima mahasiswa Unhas yang ingin membuat belajar matematika lebih menyenangkan bagi anak-anak desa.
- Komunitas ini menggunakan media belajar 3D Puzzle berbasis Rumah Adat Bugis (Bola Ugi) untuk mengajarkan konsep geometri secara kontekstual.
- Mengusung pendekatan hands-on learning dan games-based learning yang berbasis budaya lokal, Etno aktif di desa, sekolah luar biasa, dan panti asuhan.
- Program unggulannya meliputi Etnomath, EtnoFest, Etnocoliving, Peer Educator for SLBN, Etno Ramadhan, dan kelas matematika gratis.
- Selain untuk anak-anak, Etno juga menjadi ruang bertumbuh bagi pemuda, termasuk lewat program EtnoMagguru yang melibatkan mahasiswa pendidikan sebagai pengajar.
- Etno telah menjangkau lebih dari 150 anak dan menjadi bagian dari Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget bersama GNFI dan Kampung Lali Gadget.
Di sebuah desa kecil di Gowa, Sulawesi Selatan, Idul, siswa kelas 5 SD, dulu dikenal sebagai anak yang pemalu dan selalu tertinggal dalam pelajaran matematika.
Tapi semua berubah ketika ia diperkenalkan pada media belajar 3D Puzzle berbentuk Rumah Adat Bugis (Bola Ugi). Matanya berbinar, tangannya sibuk menyusun bentuk, dan yang dulunya diam, kini justru memimpin teman-temannya belajar geometri.
Cerita Idul adalah satu dari banyak momen berharga yang tercipta bersama Etno Adventure, komunitas pendidikan berbasis budaya yang menjadikan belajar menyenangkan, membumi, dan kontekstual.
Dari Keresahan Mahasiswa, Lahir Inovasi Pendidikan
Etno Adventure lahir pada 2023 dari kegelisahan lima mahasiswa Universitas Hasanuddin. Mereka menemukan bahwa minat belajar anak-anak desa, khususnya terhadap matematika, sangat rendah.
Di sekolah, anak-anak sulit fokus karena metode belajarnya hanya duduk dan mencatat.
Alih-alih menyalahkan keadaan, mereka mengambil aksi. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), lahirlah ide membuat media belajar 3D Puzzle berbasis unsur budaya lokal.
Rumah adat bukan lagi sekadar gambar di buku pelajaran, tapi menjadi alat belajar geometri yang nyata dan menyenangkan.
Dari ide kecil itu, Etno Adventure berkembang menjadi komunitas pendidikan yang kini menyasar desa, sekolah luar biasa, hingga panti asuhan.
“Kalau ingin pendidikan terasa dekat, ajak anak belajar dari apa yang tumbuh di sekitarnya, yaitu budaya, alam, dan kehidupan," ujar Ahmad Yusuf Suandi, Founder Etno Adventure.
Membumikan Belajar Lewat Budaya
Etno Adventure percaya bahwa budaya adalah pintu masuk terbaik untuk pendidikan yang inklusif dan bermakna. Karena itu, mereka merancang berbagai program yang menggabungkan pembelajaran akademik, permainan edukatif, dan kearifan lokal.
Beberapa program unggulan mereka antara lain:
- Etnomath: Belajar matematika dengan media budaya (3D Puzzle)
- EtnoFest: Festival budaya untuk anak-anak SD, dengan lomba seni dan pertunjukan
- Etnocoliving: Edukasi lingkungan berbasis budaya
- Peer Educator for SLBN: Program inklusif untuk anak-anak disabilitas
- Etno Ramadhan: Buka puasa dan aktivitas edukatif di panti asuhan
- Kelas Matematika Gratis: Di desa-desa pelosok seperti Borong Palala
Dengan pendekatan hands-on learning dan games-based learning, anak-anak tidak hanya belajar, tapi juga merasa memiliki prosesnya.
Etno Adventure pun bukan hanya soal pendidikan anak, tapi juga ruang bertumbuh bagi anak muda. Setiap programnya melibatkan relawan dan pemuda lintas disiplin untuk terlibat langsung dalam mendesain dan menjalankan kegiatan.
Kini, mereka juga tengah mengembangkan EtnoMagguru, program kelas belajar yang diajar oleh mahasiswa pendidikan dengan pendekatan kreatif dan berbasis budaya lokal.
Harapannya, Etno bukan hanya menciptakan akses belajar untuk anak-anak, tetapi juga membuka lapangan kontribusi bagi pemuda untuk menjadi agen perubahan.
Dari Gowa dan Makassar, Menuju Indonesia
Hingga kini, Etno Adventure telah menjangkau lebih dari 150 anak di enam desa dan SLB. Mereka juga menjadi bagian dari Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget, kolaborasi GNFI dan Kampung Lali Gadget, yang mendorong ruang bermain sehat dan bebas dari kecanduan layar.
Etno Adventure juga pernah mendapatkan pendanaan PKM Kemendikbudristek 2023, lolaborasi dengan Program Urban Nexus: Pemimpin Muda Iklim 4, serta peningkatan minat belajar di komunitas rentan dan terpencil
Dan yang paling penting, mereka telah menciptakan ruang belajar yang dekat dengan anak-anak, dekat dengan dunia mereka, dengan budaya mereka, dan dengan kehidupan mereka sendiri.
Kisah Idul bukan pengecualian. Ia mewakili banyak anak lain yang ternyata menyimpan semangat besar dalam belajar, asal diberikan cara yang sesuai. Bagi Etno Adventure, budaya bukan hanya warisan masa lalu, tapi jembatan menuju masa depan pendidikan yang menyenangkan dan membebaskan.
Kalau kamu percaya bahwa pendidikan seharusnya lebih dari sekadar angka dan nilai ujian, mungkin sudah waktunya menengok apa yang dilakukan Etno Adventure dari pelosok Gowa.
Karena pendidikan terbaik selalu dimulai dari hal-hal yang paling dekat: budaya, alam, dan kehidupan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News