menilik manfaat membaca buku fiksi yang jarang orang tahu - News | Good News From Indonesia 2025

Menilik Manfaat Membaca Buku Fiksi yang Jarang Orang Tahu

Menilik Manfaat Membaca Buku Fiksi yang Jarang Orang Tahu
images info

Hai, Kawan GNFI! Apakah kamu termasuk salah satu orang yang suka membaca buku fiksi? Tidak jarang buku fiksi sering dipandang sebelah mata karena tujuannya yang katanya hanya menghibur di waktu senggang saja.

Tapi, jauh daripada itu, jika kita menilik lebih dalam lagi, ternyata buku fiksi banyak memberikan manfaatnya untuk perkembangan diri kita, khususnya pada pengembangan empati, lho!

Apa Itu Karya Fiksi?

Karya fiksi, secara umum dikenal sebagai karya yang dikarang oleh penulisnya untuk dinikmati para pembaca. Imajinasi yang dituangkan dalam tulisannya mampu mengajak para pembaca ikut terhanyut dalam dunia fiksi yang tidak nyata.

Media karya fiksi beragam. Pada mulanya, karya fiksi hanya berbentuk media cetak seperti novel, cerpen-cerpen yang diterbitkan di koran, ataupun buku komik.

Seiring waktu berjalan, karya fiksi merebakan sayapnya di dunia digital. Kita pun bisa dengan mudah membaca karya fiksi di mana saja secara fleksibel.

Mungkin kerap kita mendengar bahwa karya fiksi sejatinya hanyalah karangan tanpa esensi. Tidak seperti buku-buku geografi, buku sejarah, atau buku-buku yang memiliki esensi ilmu pengetahuan tinggi lainnya.

Padahal, sejatinya buku fiksi merupakan buku yang paling bermanfaat bagi pengembangan diri dibandingkan buku-buku motivasi. Mengapa demikian?

Buku Fiksi Menawarkan Curahan Perasaan yang Relevan

Kawan pasti pernah membaca novel Dilan 1990? Apa perasaan yang timbul setelah membacanya? Senang, sedih, marah? Mungkin, sebagian dari kalian merasakan perasaan yang sama seperti Milea ketika sedang jatuh cinta?

Pada proses pembuatannya, karya fiksi selalu disandarkan dengan keterhubungan dunia nyata. Meskipun fiksi, pengarang tidak jarang menjadikan pengalaman hidupnya sebagai referensi untuk menuliskan idenya sebagai karya.

Oleh sebab itu, karya fiksi relevan dengan kehidupan manusia pada umumnya. Manusia memiliki perasaan senang, sedih, marah, kecewa, yang tergambar persis seperti apa yang dialami tokoh di dalam karya fiksi.

Permasalahan yang dihadapi tokoh fiksi pun tak terlepas dari apa yang ada pada kenyataan yang ada. Membuat pembaca ikut "hidup" bersama karakter di dalam cerita karena memiliki permasalahan yang sama, sehingga ketika membacanya, pembaca dapat merasakan emosi yang berbeda layaknya rollercoaster.

Membangun Ruang Digital yang Aman untuk Anak, Talkshow Kolaborasi GNFI dan Semua Guru Semua Murid tentang Kecanduan Gadget pada Anak

Fiksi Meningkatkan Kemampuan Memahami Perasaan Orang Lain

Karya fiksi memunculkan rasa empati. Menurut perspektif psikologi, fantasi merupakan bagian kognitif dari empati, yakni berhubungan dengan bagaimana seorang individu berempati. Perasaan kita yang merasa dekat dengan karakter adalah bentuk empati yang muncul setelah membaca karya fiksi.

Adanya hal tersebut disebabkan manusia memiliki kemampuan metakognisi untuk menempatkan diri sendiri sebagai objek yang tengah diamati, sehingga melalui mekanisme empati tersebut, kita dapat merasakan kembali perasaan yang sebelumnya pernah dirasakan.

Karya fiksi mencakup konflik batin emosional dan sosial. Dari sana, Kita dapat memahami kompleksitas emosi dan motif manusia. Otak akan terlatih untuk mengenali dan mengolah emosi, yang tentunya berdampak baik pada pendewasaan emosional diri.

Beragam bentuk emosi yang didapatkan selama membaca karya fiksi akan diproses dan tersimpan di dalam ingatan. Sewaktu-waktu dihadapkan permasalahan yang melibatkan emosi yang sama, kita akan mampu beradaptasi untuk menghadapinya, serta menjadi lebih peka dengan perasaan orang lain. 

Fiksi Melatih Perspektif Sosial

Beragam sudut pandang yang dituangkan dalam cerita fiksi seperti cerpen maupun novel merupakan buah karya penulis untuk menyelaraskan alur beserta isi cerita yang ingin ditampilkan. 

Umumnya, sudut pandang membawa topik seperti latar belakang sosial, budaya, bahkan kehidupan karakter yang bisa saja berbeda dengan pembaca.

Maka, dengan membaca karya fiksi, para pembaca akan terlatih untuk melihat perspektif sosial yang berbeda melalui representasi latar belakang atau sudut pandang yang ada di dalamnya.

Kemudian dari hal tersebut akan menumbuhkan rasa toleransi serta social awareness, yang mana keduanya adalah hal penting untuk membangun empati.

Jadi, meskipun sering dianggap sekadar hiburan, karya fiksi sejatinya menyimpan kekuatan besar dalam membentuk empati, melatih kepekaan emosional, hingga memperluas perspektif sosial.

Alih-alih sekadar memberi nasihat singkat seperti buku motivasi, fiksi justru mengajak kita untuk mengalami, memahami, dan belajar melalui cerita.

Karena itulah, dalam hal memotivasi dan membentuk karakter, karya fiksi bisa jadi lebih membekas dan berdampak nyata dalam kehidupan kita.

Apa buku fiksi favoritmu, Kawan?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.