Kamis, 19 Juni 2025, Semua Guru Semua Murid berkolaborasi dengan Good News From Indonesia menggelar talkshow online bertajuk “Membangun Ruang Digital yang Aman untuk Anak”.
Merupakan episode perdana dari rangkaian acara Road to Belajaraya 2025, agenda ini didasari dengan adanya berita tentang ribuan anak dibawah umur yang dirawat di RSJ karena kecanduan gawai.
Permasalahan Tentang Ruang Digital Anak
Pada awal pemaparannya, Vicky Ferbian (Digital Communication Service GNFI) menyoroti tentang adanya 3 permasalahan utama terkait isu ini dan utamanya adalah konten brainrot yang nir manfaat. Dalam hal ini dirinya menyampaikan 5 poin yakni:
- Overstimulasi otak anak
- Tidak mengembangkan daya pikir dan empati
- Mendorong konsumsi tanpa kontrol
- Mengganggu perkembangan bahasa dan imajinasi sehat
- Minim intervensi orang tua
Dirinya juga menyayangkan kalau fenomena ini justru digunakan brand-brand untuk media promosi dan malah membuatnya makin jauh dari realita. Dengan demikian, ketika waktu kumpul keluarga, hal yang sering diucapkan anak adalah konten tersebut dan orang tua belum sepenuhnya paham maksud dari hal-hal tersebut.
Tak hanya itu, hal ini didorong dengan kurang kuatnya kebijakan pemerintah untuk mengawasi dan mengontrol ruang digital. Kemudian hal ini makin diperburuk karena kecerdasan anak-anak saat ini seperti memanipulasi umur untuk mendaftar akun atau menggunakan akun orang tuanya.
Peran Orang Dewasa
Menanggapi hal ini, Vicky menyampaikan beberapa opsi yang perlu diperhatikan terkait peranan yang seharusnya dilakukan oleh orang tua. Beberapa diantaranya ada:
- Mengajarkan tentang penggunaan gadget yang bijak seperti meluruskan konten yang ditonton, maksud dari konten atau memberi tahu mana yang benar dan mana yang jangan ditiru,
- Pentingnya membuat kontrak digital yang disepakati orang tua dan anak. Dirinya mengambil contoh dari kebijakan yang diterapkan oleh Wahyu Aji (CEO GNFI) yang membatasi penggunaan gadget anaknya hanya di akhir pekan dan tanggal merah dengan beberapa syarat. Salah satunya tentang waktu penggunaan yang tidak lebih dari 2 jam, syarat membaca minimal 30 menit sebelum menggunakan gadget-nya,
- Menjadi orang dewasa yang lebih menarik daripada gadget. Hal ini penting diperhatikan karena umumnya orang hanya membatasi tanpa memberikan alternatif pengganti, tidak dibarengi dengan contoh dari orang tuanya, atau orang tuanya tidak mau menemani mereka kala bermain. Itu hanya akan membuat anak merasa dibedakan dengan teman-teman dan lingkungan sekitarnya. Karena perlu dipahami realitanya sekarang hampir semua anak mempunyai gadget.
Posisi GNFI di Tantangan Ruang Digital Anak
Berbicara keterlibatan GNFI sebagai media dalam isu ini. Vicky menyampaikan kalau hal ini sejalan sama apa yang sudah menjadi komitmen GNFI untuk tidak mengangkat sesuatu yang viral bersifat negatif baik di media sosial atau media.
Bukan berarti tidak mau terlibat, terkadang GNFI mengambil momentum dengan mencari hal yang relevan dari kejadian viral tersebut, tetapi tidak bersinggungan secara langsung ke permasalahan negatif itu.
Belajar Memahami Dinamika Komunitas dari Kampung Lali Gadget Sidoarjo
GNFI juga berupaya membangun semangat positif, edukatif, dan inspiratif di ruang digital. Selaras dengan tagline-nya yakni “Restoring Optimism, Rebuilding Confidence” dengan cara menyuarakan praktek-praktek baik dari individu, kelompok, atau localheroes.
Karena sebagai media, Setiap program dan inisiatif yang diproduksi media ini tidak hanya sebatas dengan tujuan konten. Tetapi ada nilai-nilai yang berusaha dicapai demi membentuk ekosistem “Kabar Baik Indonesia” dan “Makin Tahu Indonesia”.
Aksi Kolaboratif Menghadapi Isu Ini
Terakhir, hal yang disampaikan oleh Vicky adalah menekan kalau masalah ini bukanlah hanya tanggung jawab orang tua atau orang dewasa sekitar. Ketika kita berbicara kesejahteraan anak, ini adalah hal yang kolektif dan kolaboratif.
Menanggapi hal ini, kemudian baik GNFI dan Semua Guru Semua Murid saat ini sedang mengupayakan membuat ekosistem, membuat sebuah gerakan melalui rangkaian acara jangka panjang. GNFI dengan ekosistem “Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget” yang berkolaborasi dengan Kampung Lali Gadget.
Kemudian juga rangkaian program Semua Guru Semua Murid yakni "Belajaraya 2025" yang ditargetkan akan melibatkan 20.000 relawan pendidikan dari 200 komunitas di bulan November di Taman Ismail Marzuki Jakarta.
Tak hanya sampai situ, Semua Guru Semua Murid kemudian mengajak peserta yang hadir untuk saling bercerita tentang pencapaian-pencapaian dari setiap kelompok yang hadir.
Pertamanya kita diajak untuk mengisi tabel dan Google form, dan kemudian dilanjutkan dengan sharing lebihdetaildariperwakilankelompok yang bersedia untuk menyalakan mic-nya. Kemudian acara ditutup dengan cerita tentang rencana acara belajaraya 2025 mendatang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News