robusta vs arabika mana jenis kopi terbanyak yang dihasilkan di indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Robusta vs Arabika, Mana Jenis Kopi Terbanyak yang Dihasilkan di Indonesia?

Robusta vs Arabika, Mana Jenis Kopi Terbanyak yang Dihasilkan di Indonesia?
images info

Apakah Kawan GNFI juga pecinta kopi? Sebagai negara dengan penghasil kopi terbesar ke-4 di dunia, tentu saja minuman ini selalu populer dan digemari Indonesia.

Tren kopi di Indonesia juga terus dinamis dan berkembang. Jika Kawan GNFI adalah pecinta kopi, sudah tentu tahu jawaban apa jenis kopi terbanyak yang dihasilkan di Indonesia, Robusta vs Arabika?

Ya Betul, Robusta Adalah Juaranya!

Biji kopi secara umum terbagi menjadi dua macam di dunia, yakni robusta dan arabika. Di Indonesia, berdasarkan data tahun 2022–2025 yang dikutip dari laman Kementerian Pertanian, dari total 789.000 ton kopi yang dihasilkan, 600.000 tonnya sendiri adalah robusta.

Ini senilai dengan persentase 80%-90% persen dominasi dari total produksi kopi Indonesia. Kopi menjadi komoditas ekspor utama di pasar global dengan target ke negara Amerika Serikat, Mesir, Jerman, dan Malaysia, serta menjadi penyumbang devisa negara Indonesia tersebesar keempat.

Robusta vs Arabika, Manakah yang Jenis Kopi Terbanyak di Indonesia?
info gambar

Kopi adalah tanaman yang tumbuh subur di wilayah beriklim tropis, itu sebabnya Indonesia menjadi salah satu penghasil kopi terbesar dengan total 1,25 juta hektar perkebunan kopi hingga tahun 2025 dikutip dari laman Kompas.com.

Perkebunan kopi ini juga tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, dikutip dari laman Perfectdailygrind.com, Sumatera Selatan adalah daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia. Suhu di daerah tersebut tinggi, sehingga membuat lebih ideal menanam kopi robusta daripada arabika.

Lalu apa yang membedakan antara keduanya? Jika dilihat dari bentuk biji, robusta memiliki bentuk yang cenderung bundar, sedangkan arabika lonjong. Kandungan kafein pada robusta juga lebih tinggi dibanding arabika, sehingga membuat lebih pahit, seperti dikutip dari laman fore coffee.

Dibanding dengan robusta, arabika mengandung 60% lebih banyak lemak. Kualitas arabika lebih tinggi dibanding robusta karena biaya budidaya robusta juga lebih ekonomis dibanding arabika. Namun, jika dilihat dari segi rasa, robusta dan arabika sama-sama enak, tergantung preferensi rasa masing-masing.

Alasan Produksi Robusta Sangat Dominan Di Indonesia

Beberapa alasan produksi robusta menjadi dominan di Indonesia, adalah karena kondisi geografis Indonesia mendukung pertumbuhan biji kopi robusta pada ketinggian sekitar 700 mdpl, sedangkan arabika memerlukan ketinggian 1000 mdpl, tapi ini membuat arabika lebih rentan hama dan cuaca ekstrem.

Pada umumnya, lahan dengan ketinggian 1000mdpl adalah hutan, sehingga sulit dijangkau, maka dari itu cukup sulit untuk mengembangkan arabika yang bisa tumbuh di ketinggian tersebut. Produktivitas robusta juga lebih tinggi, dalam kurun waktu sekitar 10 bulan dengan suhu udara yang hangat, satu pohon robusta bisa menghasilkan lebih banyak biji dibandingkan arabika.

Disamping itu, berkaitan dengan permintaan konsumen di pasar global, robusta adalah pilihan utama karena dari segi rasa memiliki karakteristik rasa pahit yang lebih kuat, seperti pada penjalasan sebelumnya. Berdasarkan Data Statista (2023) yang dikutip dari laman Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia, robusta banyak digunakan sebagai produk kopi instan, espresso, dan blend di Asia Pasifik karena konsumsi yang terus meningkat 4,2% sejak 2020.

Baca juga : Menelisik Jejak Kopi Robusta di Indonesia 

Peluang Dan Tantangan Robusta Indonesia di Pasar Global

Penelitian Mordor Intelligence, 2023 melihat prospek masa depan market kopi robusta akan tumbuh 3,5% per tahun hingga 2027 yang terus didorong permintaan Asia dan inovasi produk. Berdasarkan laporan Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian, harga kopi di pasar global terus meningkat karena kondisi cuaca yang tidak mendukung, khususnya di negata penghasil utama yaitu Brasil dan Vietnam. Ini adalah peluang bagi Indonesia untuk terus meningkatkan ekspor kopi mengingat Indonesia sendiri telah menjadi produsen terbesar keempat di dunia.

Namun, meski peluang robusta di pasar global sangat besar, tapi Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Denny Hermawan, seorang Robusta Grader di Indonesia menyebutkan bahwa memang produksi robusta di Indonesia melimpah, tapi kualitas dan hasilnya perlu ditingkatkan, seperti dilansir di laman perfectdailygrind.com.

Perlu digaris bawahi, meski perkebunan kopi di Indonesia tergolong luas, namun mayoritas petani kopi di Indonesia merupakan petani kecil yang menanam sekitar 1–2 hektar. Pencaharian ini juga dilakukan demi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga hanya sedikit biaya investasi yang mereka berikan untuk lahan perkebunan kopi. Ini berimplikasi pada pengendalian kualitas biji kopi yang harus ditingkatkan

(Credit : Wikimedia Commons by Haridi123)
info gambar

Tantangan lainnya adalah krisis iklim, para petani kopi yang merasakan dampaknya secara langsung. Cuaca dan musim yang sulit ditebak berdampak pada kualitas dan produktivitas kopi. Menurut (Merga & Alemayehu, 2019) pada penelitiannya yang berjudul Effects of Climate Change on Global Arabica Coffee (Coffea arabica L), petani Indonesia perlu “memanjat lebih tinggi” untuk kondisi pertumbuhan, karena 37% lahan Indonesia tidak cocok untuk produksi arabika—yang notabenenya memiliki kualitas lebih tinggi dibanding robusta—berdampak terhadap penghasilan mereka. Ini membuat para petani lebih memilih untuk fokus pada kuantitas robusta dengan biaya secukupnya yang mereka dapat dibanding peningkatam kualitas robusta.

Untuk itu, perlu diimbangi integrasi teknologi melalui penigkatam akses pendidikan untuk para petani untuk meningkatkan produktivitas dan kontrol kualitas agar Indonesia dapat mempertahankan posisinya sebagai pengekspor terbesar dan juga dengan kualitas yang terbaik.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.