menelisik jejak kopi robusta di indonesia - News | Good News From Indonesia 2024

Menelisik Jejak Kopi Robusta di Indonesia

Menelisik Jejak Kopi Robusta di Indonesia
images info

"Kopi itu pahit, dan bikin melek."

Kalimat di atas merupakan satu persepsi umum, yang biasa muncul di sebagian masyarakat Indonesia, soal rasa dan karakteristik ideal kopi. 

Secara umum, persepsi ini biasa mengacu pada varietas kopi Robusta, yang memang punya karakteristik khas rasa pahit yang pekat, dan kadar kafein lebih tinggi dari kopi Arabika.

Di Indonesia, data dari Kementerian Pertanian (2019) mencatat, Robusta menjadi varietas kopi dengan persentase terbesar, yakni 68,95%. 

Jadi, wajar kalau kopi Robusta menjadi jenis kopi paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Dengan harga yang relatif lebih terjangkau dari kopi Arabika, kopi Robusta juga banyak digunakan sebagai bahan baku kopi kekinian atau kopi kemasan.

Uniknya, Wahyudi & Jati (2012) menjelaskan, meski tumbuh di sejumlah daerah, dan sudah ada sejak lama, kopi sejatinya bukan tanaman asli Indonesia. 

Secara historis, Wahyudi & Jati (2012) menyebut, kedatangan kopi ke Nusantara berawal dari ambisi bisnis kompeni Belanda (VOC) untuk mengembangkan produksi kopi di Nusantara. 

Sebagai tindak lanjut, bibit kopi dari wilayah Kananur, Malabar (India) pun didatangkan ke Jawa pada tahun 1696, atas bantuan Andrian van Ommen (Gubernur Jenderal Belanda di Malabar). Di India sendiri, kopi, dalam hal ini varietas Arabika, mulai dibudidayakan sejak tahun 1600 di Chikmaglur, area dataran tinggi di Mysore, India Selatan. 

Ide ini pertama kali dicetuskan Nicolaas Witsen, selaku Gubernur Jenderal VOC, dengan pulau Jawa, yang dinilai subur, dipilih sebagai lokasi awal budidaya kopi di Nusantara. Kelak, dari sinilah kopi Arabika lalu dibudidayakan ke berbagai wilayah di Indonesia, dan menjadi seperti yang kita ketahui sekarang.

Pada prosesnya, Panggabean (2011) memaparkan, selama hampir 2 abad sejak tahun 1696, kopi Arabika berkembang menjadi satu-satunya varietas kopi yang dibudidayakan dan diperdagangkan di Nusantara. Namun, wabah penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) pada tahun 1876, membuat produksi kopi Arabika turun drastis. 

Hal ini memaksa pemerintah kolonial Belanda beralih ke varietas kopi lain, dengan membudidayakan varietas kopi Liberica. Kopi dengan perpaduan "hint" rasa buah nangka, dan rasa pahit cukup pekat ini masih dapat dijumpai, antara lain di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur. Namun, sama seperti Arabika, varietas kopi asal Liberia (Afrika) ini juga "rontok" akibat terkena wabah penyakit karat daun pada tahun 1890.

Apa boleh buat, pemerintah kolonial Belanda lalu kembali beralih ke varietas kopi lain, dengan mendatangkan kopi Robusta, yang merupakan varietas kopi baru dari Afrika pada tahun 1907.

Seperti dilansir diperpa.badungkab.go.id, secara historis, Kopi Robusta ditemukan pertama kali di Kongo (yang saat itu merupakan wilayah koloni Belgia di Afrika Tengah) pada tahun 1898 oleh ahli botani dari Belgia. Varietas kopi yang juga tumbuh di Sudan, Liberia, dan Uganda ini dapat tumbuh optimal di dataran rendah. 

Sekilas tentang Gula Aren, Pelengkap Kopi Kekinian

Ternyata, upaya kali ini berhasil, karena kopi Robusta terbukti lebih "tahan banting" dan hemat biaya ketimbang kedua pendahulunya. Kopi Robusta lalu segera dibudidayakan secara menyebar ke seluruh Nusantara, dan menjadi satu komoditas unggulan hingga sekarang. 

Dilansir dari Kompas.id, jejak historis awal kehadiran kopi Robusta antara lain dapat kita temui dalam produk Kopi Dampit, yang namanya diambil dari nama sebuah kecamatan di kabupaten Malang. 

Selayang Pandang Kopi Indonesia 

Secara khusus, daerah titik awal budidaya kopi Robusta di Indonesia berada di kabupaten Malang, yang mencakup empat kecamatan di bagian selatan, yakni Ampelgading, Sumbermanjing, Tirtoyudo dan Dampit, atau yang dikenal dengan akronim "Amstirdam". Keempat wilayah ini merupakan satu wilayah sentra penghasil kopi di Jawa Timur. 

Situasi inilah yang menjadi titik awal kehadiran kopi robusta di Indonesia, dan menjadi penyebab utama kopi Robusta berkembang menjadi varietas kopi dengan persentase terbesar di Indonesia.

Meski baru mulai dibudidayakan sejak seabad terakhir dan datang paling belakangan, kopi Robusta telah mampu membangun persepsi soal rasa dan karakteristik ideal kopi di masyarakat, sehingga berkembang menjadi satu bagian unik dalam budaya minum kopi di Indonesia. 

Uniknya, di balik rasa pahitnya yang pekat, kopi Robusta membuktikan, masih ada sisi positif dari satu rasa pahit nan pekat sekalipun, yang membuatnya layak untuk dinikmati bahkan disukai, dalam hal ini oleh para penikmat kopi.

 

Referensi:

  • https://jelajah.kompas.id/kopi-nusantara/baca/mencari-jejak-robusta-tua/
  • https://diperpa.badungkab.go.id/Artikel/18068-mengenal-tanaman-kopi-robusta
  • Wahyudi, T., & Jati, M. (2012). Challenges of sustainable coffee certification in Indonesia. International Coffee Council 109th Session,(September), 1-14.
  • Ditjenbun, Statistik Perkebunan Indonesia 2018-2020: Kopi, 77 (Kementan, Jakarta, 2019)
  • Panggabean I E 2011 Buku Pintar Kopi (Jakarta: Agromedia Pustaka)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.