mengenang tjetjep heryana pebalap indonesia berjuluk si raja jalanan - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenang Tjetjep Heryana, Pebalap Indonesia Berjuluk Si Raja Jalanan

Mengenang Tjetjep Heryana, Pebalap Indonesia Berjuluk Si Raja Jalanan
images info

Dunia olahraga otomotif Indonesia belum lama ini berduka. Pasalnya mantan pebalap nasional, Tjetjep Heryana dikabarkan meninggal dunia dalam usia 86 tahun di Cimahi, Jawa Barat, pada 26 Juni 2025 lalu.

Tjetjep yang bernama lahir Ew Jong Kwan Tek adalah pebalap sepeda motor yang telah mencatatkan sejarah dalam sejarah olahraga otomotif Indonesia. Sejak 1950-an, ia sudah mencatatkan prestasi di sejumlah ajang nasional. Seiring bertambahnya usia dan pengalaman, Tjetjep pun semakin mendapat kepercayaan melibas sirkuit bertaraf internasional pada tahun-tahun berikutnya.

Sejak usia remaja Tjetjep memang memiliki minat besar terhadap dunia balap motor. Berbagai prestasinya didorong tantangan ayahnya yang semula melarangnya kebat-kebut di jalan Kota Bandung tempat ia dilahirkan dan dibesarkan.

Raja Jalanan yang Jawab Tantangan Ayah

Tjetjep sudah tergila-gila dengan balap motor sejak usia belia. Adrenalin membalapnya mulai terasah ketika menginjak usia 13 tahun, di mana ia dihadiahi motor Sparta.

Berkendara pada usia yang belum matang jelas berisiko besar. Tjetjep pun merasakan getirnya dalam setengah bulan pertama mengendarai motor hadiah tersebut di jalan raya. Ia kecelakaan dan menderita patah tulang lutut. Kendati demikian, tidak ada kata kapok dari Tjetjep dalam memacu gas motornya.

Sebagaimana pepatah klasik, “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Kegemaran Tjetjep akan balap motor sesungguhnya ditulari ayahnya juga yang memiliki hobi sama. Ayahnya turut senang, tetapi rasa khawatir menyerangnya karena Tjetjep terlampau sering kebat-kebut di jalanan Kota. Satu tantangan pun dilemparkan ayahnya ke Tjetjep, yakni boleh berbalap ria di jalan asal benar jadi pembalap.

Semenjak itu Tjetjep semakin getol latihan sendiri hampir setiap hari. Pada hari Minggu, rute Bandung – Cianjur dilibasnya. Lalu pada hari-hari kerja, Bandung – Lembang menjadi menu lainnya. Tangkas dan cepat menguasai jalan Bandung - Lembang yang berkelak-kelok membuat Tjetjep mendapat julukan Raja Jalanan dari pebalap lain.

“Dalam waktu singkat Tjetjep menguasai jalan Lembang dan di antara pembalap-pembalap Lembang ia terkenal sebagai ‘King of the Road’, ‘Raja Jalanan’,” tulis Star Weekly, dikutip Good News From Indonesia dari artikel majalah tersebut yang berjudul “Tjetjep, Djuara Balapan Motor Jang Agak Pendiam” edisi 7 Desember 1957.

Prestasi Tjetjep

Tjetjep mulai terjun ke sirkuit balap pada 1954. Saat itu ia menunggangi motor Jawa Twin dan beraksi di Sirkuit Tanjung Perak, Surabaya. Tak langsung juara ataupun sekadar berdiri di podium dua-tiga, karena ia hanya finis di posisi enam. Meskipun begitu, pengamat menilai Tjetjep mempunyai bakat menjadi pebalap berprestasi.

Apa yang diprediksi pengamat terlihat di Sirkuit Cililitan pada 1957. Tjetjep memperlihatkan potensinya sebagai pembalap jempolan ketika balapan digelar di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma pada bulan Juni. Dengan motor BMW, ia sukses duduk di posisi satu kelas 250 cc A yang berlangsung 12 ronde dengan jarak 18 kilometer.

Tjetjep kemudian beraksi lagi di tempat yang sama pada bulan Oktober. Pengalaman dalam balapan seri pertama rupanya semakin mengasah kemampuan balapnya. Buktinya empat kelas berhasil Tjetjep kuasai, salah satunya Kelas VI 500 cc dengan mengalahkan sesama pebalap Bandung, J.A.J Grashuis.

“Dengan kendaraan BSA 500 cc itulah, ia (Tjetjep) dapat mencapai finis dengan mencatat waktu 39 menit 52 detik. Setelah itu yang melalui finis adalah pebalap Grashuis dan Schmit,” lapor Olahraga dalam artikel “Lomba Sepeda Motor ke-II di Jakarta” edisi No. 28, Oktober 1957.

Pada tahun-tahun berikutnya, dunia balap motor Indonesia tidak bisa lepas dari sosok Tjetjep. Prestasi internasional pernah pula dicicipinya, yakni juara GP Macau pada 1970.

Begitulah sejumput kisah Tjetjep Heryana yang kini sudah berpulang ke sisi Tuhan. Semoga ceritanya bisa menjadi inspirasi bagi pemuda-pemudi yang ingin memajukan olahraga otomotif Indonesia. Ride in peace, Tjetjep.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.