Indonesia melakukan langkah strategis di kala krisis iklim semakin menekan dan kebutuhan akan energi bersih melonjak di Asia Tenggara.
Lembaga pengelola dana abadi milik negara, Daya Anagata Nusantara (Danantara) yang berdiri sejal 24 Februari 2025, mencatat tonggak sejarah penting dengan melakukan investasi luar negeri pertamanya.
Melalui komitmen investasi senilai $120 juta atau sekitar Rp1,95 triliun, Danantara resmi menanamkan modal di sektor energi tenaga surya di Filipina.
Investasi strategis ini dilakukan melalui Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE), yang merupakan anak usaha dari Pertamina.
Pertamina NRE berfokus pada pengembangan energi bersih dan terbarukan. Dalam transaksi ini, Danantara memperoleh saham sebesar 20% di Citicore Renewable Energy Corporation (CREC).
CREC sendiri merupakan salah satu perusahaan energi terbarukan yang mendominasi pasar Filipina dan diklaim sebagai perusahaan paling dinamis di Filipina.
Berkantor pusat di Manila, CREC berfokus pada pengembangan, pembangunan, dan pengoperasian proyek-proyek energi bersih, khususnya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Keunggulan CREC terletak pada pendekatan perusahaan yang berbasis komunitas dan berorientasi pada keberlanjutan.
Danantara Gandeng Perusahaan Asal Prancis untuk Dukung Hilirisasi Industri Nikel Nasional
Setiap proyek tidak hanya dirancang untuk menghasilkan listrik bersih, tetapi juga untuk memberdayakan masyarakat sekitar, meningkatkan ketahanan energi lokal, dan meminimalkan dampak lingkungan.
Dengan total 287 megawatts (MW) panel tenaga surya yang dimiliki CREC, perusahaan ini menargetkan adanya penambahan 5000 megawatts (MW) dalam 5 tahun terakhir.
Kesepakatan investasi Danantara ini mencerminkan peran strategisnya sebagai pengelola aset energi terbarukan milik Pertamina. Hal tersebut sekaligus menandai ekspansi penting dalam portofolionya yang kini melampaui batas geografis Indonesia.
Lebih dari sekedar investasi biasa, langkah ini diharapkan dapat menjadi bagian dari pondasi pertumbuhan perusahaan dengan mengamankan arus kas yang stabil dan berkelanjutan.
Dengan demikian, ke depannya, Danantara mampu menopang ekspansi dan keberlanjutan.
Dengan membangun portofolio internasional yang menghasilkan arus kas stabil, Danantara memberikan kontribusi finansial yang positif bagi negara. Pendapatan dari investasi luar negeri dapat menjadi sumber modal untuk proyek-proyek energi bersih di Indonesia, termasuk di wilayah-wilayah yang masih tertinggal secara infrastruktur.
Implikasi Strategis Dari Investasi Danantara
Investasi perdana Danantara di sektor energi terbarukan Filipina membawa sejumlah implikasi positif dan strategis bagi Indonesia, baik dari sisi ekonomi, geopolitik, maupun visi transisi energi nasional.
Masuknya Danantara ke pasar energi Filipina menegaskan peran aktif Indonesia dalam mendorong kerja sama energi lintas batas di kawasan.
Hal Ini mencerminkan kepemimpinan regional Indonesia dalam mempromosikan transisi energi bersih dan memperkuat sinergi antarnegara ASEAN dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Selain itu, kolaborasi investasi yang dilakukan dengan pemain besar seperti CREC dapat membuka peluang transfer keahlian, teknologi, dan model bisnis yang dapat diadaptasi oleh Indonesia untuk melakukan proyek energi terbarukan di dalam negeri.
Dengan demikian, Indonesia tidak hanya sekedar melakukan investasi. Namun, juga dapat belajar mengadaptasi teknologi, tumbuh dari pengalaman regional, dan ke depannya dapat mengaplikasikannya di pelosok Indonesia untuk mencukupi kebutuhan energi melalui panel tenaga surya.
Danantara dan Ambisi Pertumbuhan Ekonomi 8%, Bisakah Upaya Ini Terwujud?
Melalui strategi investasi ini, Danantara bukan hanya menjadi pengelola aset, tetapi juga menjadi penggerak transformasi energi yang cermat secara bisnis. Investasi luar negeri perdana yang dilakukan oleh dana tersebut menjadi batu loncatan menuju posisi yang lebih kuat dalam jaringan energi terbarukan global.
Ini menjadikan Indonesia sebagai pusat energi hijau di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, Keberhasilan investasi tersebut juga bisa memberikan tekanan positif bagi pembuat kebijakan dalam negeri untuk menciptakaniklim investasi energi yang lebih kompetitif dan ramah investor.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News