Peneliti dari IPB University baru-baru ini mencatat kemunculan dua satwa langka yang sebelumnya sempat menghilang selama bertahun-tahun. Selain kucing merah Kalimantan (Catopuma badia), tim juga berhasil merekam otter civet atau musang air.
Satwa terakhir ini sebelumnya hanya terekam melalui foto pada 2009 di hutan rawa gambut Sebangau dan pada 2023 di Bentang Alam Rungan–Kahayan. Temuan ini memberikan secercah harapan bagi upaya konservasi satwa langka di Indonesia.
Otter Civet: Spesies Karnivora yang Terancam Punah
Otter civet merupakan mamalia karnivora yang tergolong langka. International Union for Conservation of Nature (IUCN) bahkan menetapkannya sebagai spesies yang terancam punah. Kemunculannya kembali setelah bertahun-tahun menghilang menjadi kabar gembira bagi dunia konservasi.
Dr. Dede Aulia Rahman, dosen Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) IPB University, menjelaskan bahwa keberhasilan pendeteksian ini tidak lepas dari kemajuan teknologi. Penggunaan camera trap dan drone mempermudah pemantauan satwa yang sebelumnya sulit dilakukan secara manual.
Peran Teknologi dalam Pemantauan Satwa Langka
Menurut Dr. Dede, teknologi telah membuka peluang baru dalam penelitian biodiversitas. “Dahulu, kegiatan monitoring sangat terbatas. Bisa jadi, spesies seperti kucing merah Kalimantan dan otter civet sebenarnya ada, tetapi tidak terpantau karena morfologi mereka yang tersamarkan di habitatnya serta sifatnya yang pemalu dan sensitif terhadap manusia,” ujarnya.
Selain teknologi, faktor lain yang memungkinkan kemunculan kembali satwa langka ini adalah perilaku spesies yang sulit dipahami, distribusi tidak merata, kepadatan populasi rendah, serta kurangnya kegiatan inventarisasi biodiversitas secara rutin.
Baca juga Koridor Satwa, Solusi BRIN Jaga Kelestarian Orangutan Tapanuli
Variasi Warna pada Kucing Merah Kalimantan
Kucing merah Kalimantan merupakan kucing liar endemik yang sangat langka. Jejak terakhirnya terdokumentasi pada 2022 di Kalimantan Tengah. Namun, penelitian kolaboratif antara Dr. Dede, University of British Columbia, dan Borneo Orangutan Survival Foundation menemukan fakta menarik.
“Kami menemukan variasi warna baru pada kucing merah Kalimantan, yaitu abu-abu dan hitam, berbeda dari warna merah yang selama ini dikenal,” ungkap Dr. Dede. Temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Cat News dan sedang dalam proses publikasi di jurnal internasional bereputasi lainnya.
Spesies Langka Lain yang Pernah Muncul Kembali
Selain otter civet, beberapa satwa langka lainnya juga pernah terekam kembali setelah lama menghilang. Salah satunya adalah kelinci belang Sumatera (Nesolagus netscheri), yang pertama kali terdeteksi kembali pada 1972 melalui camera trap, kemudian terdokumentasi lagi pada 1998 dan periode 2008–2010.
Kemunculan kembali satwa-satwa ini menunjukkan bahwa upaya konservasi dan pemantauan yang intensif dapat memberikan hasil positif. Namun, tantangan terbesar tetap ada pada pelestarian habitat alaminya.
Pentingnya Peran Semua Pihak dalam Konservasi
Dr. Dede menekankan bahwa konservasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau peneliti, tetapi juga seluruh masyarakat. “Indonesia adalah salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kita semua memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kelestarian satwa liar asli Indonesia,” tegasnya.
Ia juga menyoroti bahwa upaya terbaik untuk melindungi satwa langka adalah dengan menjaga habitat alaminya. “Mencegah kerusakan habitat adalah langkah utama. Selain itu, konservasi ex-situ seperti penangkaran juga diperlukan, seperti yang dilakukan untuk menyelamatkan badak Sumatera,” tutupnya.
Temuan terbaru ini menjadi pengingat bahwa alam masih menyimpan banyak misteri. Dengan teknologi dan komitmen bersama, satwa-satwa langka masih memiliki harapan untuk bertahan dan lestari di habitat aslinya.
Baca juga 20 Tahun ‘Lenyap’, Kucing Merah Kalimantan Muncul Lagi di Taman Nasional Kayan Mentarang
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News