Indonesia diajak oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk mengembangkan teknologi nuklir bersama. Kesempatan ini dianggap sangat baik karena selaras dengan visi ketahanan energi yang digagas oleh Presiden Prabowo akan pentingnya diversifikasi pasokan energi nasional.
Energi nuklir merupakan salah satu opsi jangka panjang nan ramah lingkungan untuk mendukung keamanan dan kemandirian energi di Indonesia. Nuklir tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam operasinya, berbeda dengan pembakaran bahan bakar fosil, sehingga lebih ramah lingkungan.
Namun, langkah ini memunculkan pertanyaan dari sisi politik dan keamanan kawasan. Apakah kerja sama tersebut menimbulkan ancaman dari sisi geopolitik—mengingat Indonesia adalah negara non-blok yang menganut prinsip politik luar negeri bebas aktif—atau justru menjadi peluang strategis?
Peluang Wujudkan Ketahanan Energi Indonesia
Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rafyoga Jehan Pratama I., S.IP., M.I.S., Ph.D., menilai bahwa tawaran Putin memiliki peluang kerja sama strategis untuk ketahanan energi yang besar. Selain itu, ia juga menyebut bahwa hal ini masih sejalan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
Meskipun demikian, ia menggarisbawahi jika pelaksanaannya difokuskan pada penggunaan nuklir damai, bukan untuk senjata nuklir yang berbahaya.
“Ini merupakan bentuk kerja sama internasional yang berpotensi mendukung ketahanan energi Indonesia. Terlebih, jika difokuskan untuk kepentingan damai seperti kesehatan dan pertanian, bukan untuk senjata nuklir,” terang Yoga dalam keterangannya di umy.ac.id.
Rusia Ajak Indonesia Kembangkan Nuklir Damai Bersama, Apa Maksudnya?
Indonesia Tetap Perlu Hati-hati untuk Minimalisir Risiko Geopolitik
Indonesia merupakan satu dari sekian banyak negara yang telah meratifikasi Non-Proliferation Treaty (NPT) atau Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir. Indonesia juga menjadi anggota aktif dalam International Atomic Energy Agency (IAEA) atau Badan Tenaga Atom Internasional yang diawasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Masuknya Indonesia dalam forum yang berfokus untuk menghapuskan keberadaan senjata nuklir di dunia itu bertujuan untuk mendukung pelucutan senjata nuklir yang memiliki potensi berbahaya bagi populasi manusia di bumi. Tak hanya itu, Indonesia juga mendukung penggunaan energi nuklir untuk kepentingan non-militer atau nuklir damai.
Di sisi lain, Yoga mengingatkan bahwa Indonesia tetap harus berhati-hati dalam menjaga arah kerja sama nuklir ini agar tidak menimbulkan risiko geopolitik, mengingat ketegangan Rusia dengan sejumlah negara lain. Lebih lanjut, meskipun kerja sama tersebut bertujuan untuk damai, terdapat kemungkinan jika teknologi nuklir juga dimanfaatkan untuk sektor pertahanan non-kombatif.
“Energi nuklir dapat digunakan untuk mendukung kebutuhan non-kombatif dalam sektor pertahanan, misalnya untuk pasokan listrik di fasilitas militer atau rumah sakit TNI. Namun, saya yakin pemerintah akan tetap konsisten pada komitmen internasionalnya dengan tidak memperluas penggunaan ke ranah militer kombatif,” paparnya.
Lebih Dekat dengan 3 Reaktor Nuklir Indonesia yang Sudah Ada Sejak 1970-an
Tak Serta-merta Timbulkan Risiko Keamanan Kawasan
Kerja sama ini dinilai Yoga tidak serta-merta akan menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan kawasan. Indonesia yang menjunjung politik bebas aktif dianggap mampu menjaga hubungan seimbang dengan berbagai kekuatan global selain Rusia, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.
Yoga mendorong pemerintah untuk tetap bekerja sama dengan negara mana saja yang memiliki visi serupa—nuklir damai. Namun, bukan berarti Indonesia menutup kolaborasi dengan negara yang berseberangan dengan Rusia, seperti halnya Amerika Serikat.
“Yang paling fundamental adalah memastikan pengembangan nuklir ini tidak merusak lingkungan atau menimbulkan risiko besar bagi masyarakat. Kita harus belajar dari insiden seperti Chernobyl dan Fukushima agar tidak mengulang kesalahan yang sama,” kata dosen dengan fokus bidang Keamanan, Politik, dan Kebijakan Luar Negeri itu.
Ia juga menambahkan perlunya pengembangan nuklir yang tidak menimbulkan dampak lingkungan. Pengembangan sumber daya manusia yang kompeten harus diutamakan. Pemerintah harus memastikan bahwa kerja sama ini tidak hanya aman, tetapi juga memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
Ciptakan Dunia yang Aman, Indonesia Tegas Tolak Senjata Nuklir: Hapus Total!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News