Produksi gula nasional tahun 2025 diprediksi mencapai 2,75 juta ton, angka tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Di tengah target swasembada yang telah lama dicanangkan, capaian ini menjadi tonggak penting yang menunjukkan bahwa sektor gula mulai bergerak menuju titik balik.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah menyusun Roadmap Swasembada Gula Nasional dengan dua target utama, yakni swasembada gula konsumsi pada 2028 dan swasembada total (termasuk industri dan bioetanol) pada 2030.
Namun Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa target tersebut akan diupayakan lebih cepat.
“Kami lakukan pembenahan total dari hulu ke hilir. Mulai dari benih, pola tanam, sistem hilirisasi, sampai pada aspek penjualan,” tegas Mentan Amran saat kunjungan kerja di Banyuwangi, Senin (23/6/2025), dikutip dari keterangan resmi.
Pembenahan dari Hulu ke Hilir
Pemerintah mengakui bahwa kunci dari swasembada bukan semata pada peningkatan produksi, tetapi pada keadilan sistem yang menaungi petani. Oleh karena itu, strategi yang ditempuh menyasar seluruh mata rantai produksi gula.
Dari sisi budidaya, pemerintah melakukan intensifikasi dengan membuka kembali lahan bekas tanam atau bongkar ratoon seluas 275 ribu hektare hingga 2027. Ini disertai intervensi melalui benih unggul, perbaikan sistem irigasi, dan pemupukan yang lebih tepat sasaran.
Sementara itu, untuk menopang sisi hilir, pemerintah akan memperluas areal tebu hingga 500 ribu hektare yang terdiri dari 200 ribu hektare lahan inti dan 300 ribu hektare plasma. Langkah ini dibarengi dengan pembangunan dan reaktivasi 10 unit pabrik gula, tersebar di Pulau Jawa dan luar Jawa.
“Kalau sistem penjualan kita benahi agar petani untung, maka mereka pasti akan terus menanam. Itu logikanya. Oleh karena itu kami juga dorong hilirisasi agar sistem distribusi dan harga lebih adil bagi petani,” jelas Amran.
Apakah Swasembada Gula Realistis?
Berdasarkan taksasi awal, produksi gula tahun ini berpotensi mencapai 2,901 juta ton dari luas areal sekitar 538 ribu hektare. Dengan rata-rata realisasi 95 persen, angka aktual yang diperkirakan sebesar 2,75 juta ton menunjukkan geliat baru dalam industri ini.
Namun, swasembada bukan sekadar angka produksi. Tantangan tetap hadir dalam bentuk efisiensi distribusi, infrastruktur pascapanen, hingga ketahanan harga di tingkat petani. Masalah klasik seperti kelangkaan pupuk dan keterbatasan mekanisasi masih kerap muncul di forum-forum petani.
Meski demikian, arah kebijakan yang kini lebih menyeluruh dan responsif terhadap kebutuhan pelaku lapangan memberi harapan baru. Pemerintah juga mulai membuka ruang investasi swasta dan sinergi BUMN sebagai bagian dari ekosistem gula nasional.
“Investasi di sektor ini akan menciptakan dampak berganda, dari peningkatan produksi, penciptaan lapangan kerja, hingga penguatan ekonomi nasional,” pungkas Amran.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News