mengenal fitoplankton hutan laut yang tidak kasat mata - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Fitoplankton, Hutan Laut yang Tidak Kasat Mata

Mengenal Fitoplankton, Hutan Laut yang Tidak Kasat Mata
images info

Banyak orang mengira kalau hutan tropis adalah penyumbang oksigen terbesar dunia. Namun, dikutip dari situs Newport Bay Conservancy, para ilmuwan membuktikan kalau fitoplankton menyumbangkan oksigen lebih banyak, yakni sebesar 50—80% dari proses fotosintesis. 

Fitoplankton adalah tumbuhan air yang berukuran mikro sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Ukuran fitoplankton antara 0,02 hingga 2 millimeter. 

Kebanyakan dari mereka mengapung di permukaan air laut karena ia mempunyai klorofil dan membutuhkan sinar matahari sebagai asupan energi agar dapat melakukan fotosintesis. Dengan kemampuan fotosintesis, dalam waktu singkat fitoplankton dapat tumbuh memperbanyak diri, rapat, dan melimpah.

Pentingnya Fitoplankton di Dalam ekosistem

Uniknya, fitoplankton memiliki kemampuan untuk menghasilkan makanannya sendiri atau biasanya disebut produsen primer.

Mereka memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan karbondioksida di badannya, kemudian merubahnya sebagai oksigen yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup makhluk di bumi. 

Selain itu, fitoplankton juga menjadi makanan untuk hewan-hewan laut, seperti udang, ubur-ubur, dan siput laut. 

Ancaman terhadap Fitoplankton

Keasaman air laut, dengan meningkatnya kuantitas karbondioksida secara berlebihan dapat mengakibatkan pengasaman air laut. Hal ini berdampak pada melambatnya pertumbuhan sebagian fitoplankton. Selain itu, ada juga beberapa jenis yang mengalami percepatan pertumbuhan. Sehingga terjadi ketidakseimbangan dan dapat beresiko besar terhadap ekosistem rantai makanan di laut.

Limbah kimia, limbah dari pabrik, pertanian yang menggunakan bahan anorganik, serta zat kimia berbahaya lainnya dari aktivitas di daratan yang berujung ke laut secara langsung sangat berbahaya untuk fitoplankton. 

Mikroplastik, dikutip dari jurnal berjudul Plastic Waste Inputs From Land into the Ocean yang ditulis oleh Jenna R. Jambeck dkk, pada tahun 2010 terdapat sebanyak 275 juta metric tons (MT) dari sampah plastik yang berasal dari darat dan 4,8 sampai 12,7 juta MT berakhir di lautan. 

Sampah plastik tersebut masuk ke dalam laut dan terurai menjadi partikel kecil seperti mikroplastik. Meskipun, dalam segi bentuk mikroplastik sangatlah kecil, tetapi memiliki efek yang dapat mengganggu kesuburan, umur, reproduksi, dan berkurangnya pertumbuhan plankton. 

Ketika banyak mikroplastik melapisi permukaan dasar air laut, akan sangat mengganggu kelangsungan hidup fitoplankton dalam proses fotosintesis dan dapat mengakibatkan kematian.

Lalu, mereka akan jatuh ke dasar laut bersama dengan karbondioksida yang dikonsumsi dan dimakan oleh zooplankton (plankton hewan yang hidup di dalam laut dalam).

Upaya untuk Jaga Keberlangsungan Hidup Fitoplankton

Marine Protected Areas (MPA) atau area konservasi laut dapat menjadi sebuah wadah untuk menjaga ekosistem fitoplankton dari berbagai macam ancaman. MPA perlu diatur dengan manajemen yang baik, baik dalam segi luas tempat, dan teknologi yang digunakan. 

Baca juga: Kompaknya Indonesia dan Perancis, Kerja Sama Dukung Kawasan Konservasi Laut

Kemudian, langkah lain yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah pengasaman air laut melalui pengurangan emisi karbon individual. Caranya dengan menaiki kendaraan umum dan mematikan lampu apabila tidak digunakan. 

Dalam mengatasi mikroplastik, mengutip dari data statistik di situs Statista, Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara yang belum dapat mengatasi manajemen sampah plastik dengan baik dan berkelanjutan dan mengakibatkan semua sampah plastik berujung ke laut lepas.

Masyarakat dapat berkontribusi dengan cara mengurangi penggunaan plastik sekali pakai ketika pergi berbelanja ataupun membawa botol minum saat beraktivitas di luar rumah. 

Oleh sebab itu, pembuatan MPA, upaya untuk beralih ke energi berkelanjutan, pengolahan limbah plastik di darat, dan peraturan pembuangan limbah kimia ke sungai dan laut harus diatur dengan regulasi yang tepat oleh pemerintah Indonesia. 

Pembuatan kebijakan serta implementasi yang efektif dan mengenakan sanksi tegas kepada korporasi maupun individu yang melanggar aturan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DP
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.