Jakarta selalu menjadi panggung utama dalam cerita pembangunan Indonesia. Sebagai ibu kota sebuah negara, Jakarta terus mencerminkan arah nya menjadi kota berskala global.
Namun, tak banyak yang menyadari bahwa sistem transportasi publik di Jakarta sudah ada bahkan sebelum Indonesia merdeka. Dari rel trem di masa kolonial hingga jaringan MRT dan LRT hari ini, Jakarta telah menjadi laboratorium hidup yang merintis jalan bagi kota-kota lain di Indonesia.
Sejarah panjang itu dimulai pada tahun 1869, ketika Batavia memperkenalkan trem kuda sebagai moda angkutan umum pertama. Inilah awal dari sistem transportasi massal modern di Asia Tenggara.
Beberapa dekade kemudian, trem uap dan listrik menggantikan tenaga kuda, membawa penumpang melintasi jalur-jalur utama kota kolonial dengan efisiensi yang pada masa itu tergolong revolusioner. Trem menjadi bagian penting dari perencanaan kota, menghubungkan kawasan bisnis, pelabuhan, dan permukiman dengan cara yang teratur.
Setelah Indonesia merdeka, transportasi umum di Jakarta mulai beralih ke moda baru. Bus kota, oplet, bajaj, dan mikrolet merupakan sarana bagi mobilitas warga. Meski menjadi tulang punggung kehidupan harian, moda-moda ini pun tumbuh tanpa sistem yang terpadu saat itu.
Keterbatasan regulasi, infrastruktur yang tak merata, serta pertumbuhan kendaraan pribadi yang masif membuat Jakarta perlahan-lahan masuk ke dalam era kemacetan kronis.
Pada awal 2000-an, pemerintah provinsi DKI Jakarta mulai menyadari perlunya transformasi besar. Maka lahirlah TransJakarta pada tahun 2004, sistem Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara. TransJakarta hadir dengan jalur khusus dan sistem layanan yang lebih terstruktur. Inisiatif ini membuka babak baru dalam pengelolaan transportasi publik.
TransJakarta tidak hanya menawarkan efisiensi dan tarif terjangkau, tetapi juga menjadi simbol pergeseran dari moda angkutan informal ke sistem transportasi massal yang dikelola secara profesional.
Berawal dari rute Koridor 1 Blok M - Kota, TransJakarta kini telah memperluas jaringannya dengan peningkatan jumlah rute , menjadi total 242 rute. Jumlah armadanya pun mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 4.388 unit dengan cakupan mencapai 89,7% dari luas wilayah Jakarta hingga tahun 2024.
Transformasi berlanjut dengan proyek Mass Rapid Transit (MRT) yang mulai beroperasi pada tahun 2019. MRT Jakarta menjadi bukti bahwa kota ini mampu mengadopsi teknologi tinggi untuk menjawab kebutuhan transportasi warganya. Moda bawah tanah dan layang ini menyuguhkan kecepatan, kenyamanan, serta ketepatan waktu yang selama ini dinantikan oleh masyarakat urban.
Tidak hanya itu, pembangunan MRT juga mendorong perubahan pola tata kota, dengan munculnya kawasan transit-oriented development (TOD) yang lebih terencana dan ramah pejalan kaki.
Saat ini Jakarta tengah mengerjakan pembangunan MRT Fase 2A yang terbagi menjadi dua segmen. Segmen pertama menghubungkan Bundaran HI ke Harmoni, sedangkan segmen kedua menghubungkan Harmoni ke Kota.
Penyelesaian segmen pertama ditargetkan pada tahun 2027, sementara segmen kedua diproyeksikan selesai pada tahun 2029.
LRT Jakarta dan LRT Jabodebek menjadi bagian penting dalam melengkapi jaringan transportasi terpadu. Kedua moda ini dirancang untuk menghubungkan wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi.
Seiring bertambahnya moda, pemerintah juga meluncurkan sistem integrasi pembayaran melalui program Jak Lingko. Dengan satu kartu atau aplikasi, pengguna dapat berpindah dari satu moda ke moda lain tanpa hambatan, menciptakan pengalaman perjalanan yang lebih efektif dan efisien.
Jakarta tidak hanya membangun transportasi untuk dirinya sendiri, tetapi sistem dan model pengelolaan yang dikembangkan kota ini menjadi inspirasi dan referensi bagi daerah-daerah lain. TransJakarta, misalnya, telah menjadi acuan dalam pengembangan transportasi di berbagai kota seperti Bogor, Semarang, Palembang dan Yogyakarta.
Begitu pula konsep integrasi antarmoda dan sistem pembayaran terpadu yang mulai diadopsi oleh banyak pemerintah daerah. Dengan pengalaman dan skalanya yang kompleks, Jakarta menjelma menjadi semacam peta jalan nasional dalam membangun transportasi publik modern.
Pemprov DKI Jakarta melalui PT TransJakarta terus memperluas jaringan transportasi dengan meningkatkan konektivitas antara Jakarta dan daerah sekitarnya seperti Bekasi, Tangerang Selatan, hingga kota Bogor.
Salah satu langkah nyata dalam pengembangan ini adalah pembukaan rute baru Bekasi–Cawang yang mulai beroperasi pada Mei 2025, kemudian peluncuran rute PIK–Blok M, Bogor - Blok M serta menyusul pengoperasian rute Alam Sutera–Blok M yang telah diluncurkan sebelumnya.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta memberikan subsidi Rp11.500 per penumpang bagi para pengguna Transjabodetabek.
Meskipun telah mengalami banyak kemajuan, Jakarta masih perlu memperluas cakupan layanan transportasi massal hingga ke daerah “pinggiran”, sekaligus meningkatkan aspek kenyamanan dan keselamatan bagi para pengguna. Upaya percepatan elektrifikasi armada juga menjadi langkah penting untuk mengurangi emisi.
Di sisi lain, perubahan gaya hidup masyarakat juga harus terus didorong agar lebih memilih transportasi publik dibandingkan kendaraan pribadi. Sebab, pembenahan transportasi bukan semata soal pembangunan fisik, melainkan juga membentuk pola mobilitas yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pemprov DKI Jakarta mengalokasikan subsidi sebesar Rp4,3 triliun setiap tahunnya untuk mendukung layanan transportasi umum, yang terdiri dari Rp800 miliar untuk Moda Raya Terpadu (MRT) dan Rp3,5 triliun untuk TransJakarta. Dukungan ini bertujuan untuk meningkatkan kemudahan mobilitas warga serta mendorong pemanfaatan angkutan massal secara optimal.
Dengan besarnya subsidi yang diberikan, transportasi publik di Jakarta sudah selayaknya menjadi simbol identitas dan kebanggan warganya. Dalam hal ini, tentunya masyarakat memiliki peran penting untuk terus memanfaatkan layanan ini secara rutin serta turut menjaga dan merawat fasilitas yang telah disediakan.
Jakarta telah membuktikan bahwa membangun transportasi publik berarti menciptakan masa depan. Sebuah masa depan di mana mobilitas bukan lagi beban, melainkan jembatan bagi kesetaraan, efisiensi, dan kehidupan kota yang lebih baik.
Dari rel trem kolonial hingga jalur bawah tanah MRT, Jakarta terus bergerak menjadi kota yang terus mencari cara agar setiap warganya bisa bergerak dengan layak.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News