malam 1 suro 2025 - News | Good News From Indonesia 2025

Kapan Malam 1 Suro 2025? Inilah Tanggal, Sejarah, Makna, dan Tradisinya

Kapan Malam 1 Suro 2025? Inilah Tanggal, Sejarah, Makna, dan Tradisinya
images info

Malam 1 Suro 2025 diketahui jatuh pada Kamis, 26 Juni 2025, sesudah waktu magrib atau saat matahari tenggelam. Hari tersebut juga bertepatan dengan pergantian tahun Hijriah yang juga diketahui sebagai malam 1 Muharam.

Sesuai dengan yang ditetapkan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri nomor 1017 Tahun 2024, 2 Tahun 2024, dan 2 Tahun 2024, hari tersebut juga menjadi Hari Libur Nasional di tanggal 27 Juni 2025.

Malam 1 Suro memiliki kaitan erat pada tradisi dan kepercayaan Jawa. Berbagai macam ritual yang dilakukan di beberapa daerah di Jawa, memiliki kaitan erat dengan praktik spiritual Kejawen (kepercayaan orang Jawa).

Pada artikel ini, kita akan mengenal lebih lanjut mengenai Malam 1 Suro yang mempunyai kaitan erat dengan tradisi masyarakat Jawa. Simak sampai habis!

Kapan Malam 1 Suro 2025?

Tahun baru Islam tahun 1447 Hijriah tanggal 1 Muharam atau Malam 1 Suro jatuh pada malam Jumat Kliwon,26 Juni 2025. Kalender Jawa menggunakan bulan sebagai patokan pergantian hari. Maka dari itu, peringatannya dimulai pada waktu magrib atau sejak matahari mulai terbenam.

Berikut skema penanggalannya untuk Malam 1 Suro:

  1. Kamis, 26 Juni 2025: Pergantian Tahun Baru Islam 1447 Hijriah atau Malam 1 Suro.
  2. Jumat, 27 Juni 2025: Libur Tahun Baru Islam 1447 Hijriah 1 Muharam.
Baca Juga: 55 Ucapan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1447 H/2025 Singkat hingga Islami

Sejarah dan Makna Peringatan Malam 1 Suro

Sejarah Malam 1 Suro tak dapat dipisahkan dengan sejarah penyebaran agama Islam di Jawa. Dilansir dari buku pelajaran Sejarah untuk SMA kelas XI, sejarah penanggalan Jawa secara luas diperkenalkan pada masa pemerintahan Mataram Islam saat dipimpin Sultan Agung tahun 1633. Hal tersebut dimulai pada 1 Muharam tahun 1403 H, atau tanggal 1 Suro 1555 Jawa.

Sistem penanggalan yang awalnya menggunakan sistem matahari diganti menjadi sistem peredaran bulan. Sultan Agung juga masih mempertahankan sistem tahun Saka sebagai bentuk tradisi Jawa.

Kata “Suro” sendiri berasal dari bahasa Arab, asyura, yang berarti sepuluh. Cara pengucapannya disesuaikan dengan lidah orang Jawa, sehingga bulan Suro pun ditetapkan sebagai bulan pertama dalam kalender Jawa.

Bagi masyarakat Jawa, bulan Suro merupakan bulan yang suci yang ada kaitannya dengan spiritual. Lalu, mengapa malam 1 Suro ditetapkan sebagai malam yang sakral dan keramat?

Pada masyarakat Jawa percaya energi spiritual pada Malam 1 Suro berada di puncaknya. Maka dari itu, malam tersebut diyakini menjadi malam yang sangat cocok untuk fokus berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Pada hari tersebut, pemilik benda pusaka akan turut menyucikan benda-benda miliknya, seperti keris. Melalui cara ini, mereka percaya bahwa energi dalam benda pusaka yang mereka miliki akan semakin kuat.

Beberapa Tradisi Malam 1 Suro

Beberapa daerah memiliki tradisi yang berbeda-beda untuk memperingati Malam 1 Suro. Tradisi yang dilakukan erat kaitannya dengan kepercayaan Jawa atau Kejawen, seperti memandikan pusaka, kirab, hingga ritual di pemandian.

Berikut beberapa tradisi yang masih dilakukan pada Malam 1 Suro.

Jamasan Keris dan Pusaka

Tradisi jamasan atau mencucikeris dan benda pusaka lainnya menjadi tradisi tahunan setiap 1 Suro. Pencuciannya dilakukan secara individu di rumah masing-masing. Ada juga yang memercayakannya kepada sesepuh yang lebih berpengalaman.

Beberapa orang, terutama pemilik keris, percaya tradisi ini mampu menambah kesaktian dan kekuatan kerisnya. Tradisi ini juga dipercayai sebagai simbol untuk membersihkan diri.

Tapa Bisu dan Mubeng Beteng

Dikutip dari buku Candrajiwa Indonesia (2021), Tapa Bisu adalah tradisi yang dilakukan oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta setiap Malam 1 Suro. Tradisi ini dilakukan dengan berjalan kaki mengelilingi benteng keraton tanpa ada suara. Mengitari benteng ini yang disebut mubeng beteng.

Tradisi ini diprakarsai oleh Sultan Agung yang awalnya hanya dilakukan oleh prajurit keraton. Ritual ini juga sambil membawa benda-benda pusaka keraton. Tidak boleh ada yang bersuara selama mengelilingi benteng, mereka hanya fokus berdoa di dalam hati.

Kirab Budaya

Kirab dilakukan di berbagai daerah di Jawa. Beberapa di antaranya sambil memamerkan budaya-budaya lokal, seperti tarian, kerajinan, dan gunungan hasil bumi. Gunungan ini nantinya akan dibagikan kepada semua penonton kirab. Ritual ini juga dipercaya dapat membawa keberkahan dan limpahan rezeki di masa mendatang.

Mandi di Tanggal 1 Suro

Ritual mandi dan berendam juga dilakukan oleh beberapa masyarakat Jawa. Ritual ini biasa dilakukan di mata air, sungai, atau sendang (kolam kecil). Ada beberapa kepercayaan dari ritual ini, seperti sebagai simbol menyucikan diri atau menambah kesaktian. Penggunaan bunga juga digunakan sebagai unsur pelengkap.

Tirakatan

Selain kirab yang dilakukan oleh warga keraton, masyarakat juga biasanya melakukan tirakatan dan lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk) sambil melakukan perenungan dan berdoa.

Ritual ini dilakukan tanpa suara, sangat diharapkan untuk berdoa di dalam hati.

Baca Juga: 5 Ceramah tentang Tahun Baru Islam 2025/1447 H Singkat, Bisa untuk Anak SD

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afifa Fiani Kusumastuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afifa Fiani Kusumastuti.

AF
KG
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.