pakar konservasi ipb beberkan dampak tambang nikel bagi biota laut endemik di raja ampat - News | Good News From Indonesia 2025

Pakar Konservasi IPB Beberkan Dampak Tambang Nikel bagi Biota Laut Endemik di Raja Ampat

Pakar Konservasi IPB Beberkan Dampak Tambang Nikel bagi Biota Laut Endemik di Raja Ampat
images info

Raja Ampat, yang selama ini dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia, kini menghadapi ancaman serius akibat aktivitas pertambangan nikel.

Kawasan ini merupakan rumah bagi berbagai spesies laut langka, termasuk paus sperma, kima raksasa, dan pari manta.

Namun, eksploitasi nikel berpotensi merusak ekosistem laut yang menjadi habitat penting bagi makhluk-makhluk tersebut.

Dampak Pertambangan pada Spesies Laut

Dr. Meutia Samira Ismet, Dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB University, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak jangka panjang pertambangan nikel terhadap ekosistem Raja Ampat.

Menurutnya, ketiga spesies kunci—paus sperma, kima raksasa, dan pari manta—sangat bergantung pada keseimbangan lingkungan perairan.

Paus Sperma

Paus sperma mengonsumsi ikan pelagis dan cephalopoda seperti cumi dan gurita dalam jumlah besar. Jika rantai makanan terganggu akibat pencemaran, populasi mangsa mereka bisa menurun drastis, mengancam kelangsungan hidup paus sperma.

Kima Raksasa

Kima raksasa adalah biota filter feeder yang menyaring mikroorganisme planktonik dari air. Mereka juga bersimbiosis dengan mikroalga fotosintetik untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pencemaran logam berat dapat mengganggu mikroalga ini, sehingga mengancam kelangsungan hidup kima.

Pari Manta

Pari manta bergantung pada plankton dan ikan kecil sebagai makanan utama. Jika kualitas air menurun akibat limbah tambang, populasi plankton bisa berkurang, mengganggu pola makan pari manta.

Baca juga #SaveRajaAmpat, Ini Alasan Ekosistem Raja Ampat Patut Dilindungi

Bahaya Limbah Tambang bagi Ekosistem Laut

Aktivitas pertambangan nikel menghasilkan limbah yang mengandung bahan organik dan logam berat seperti nikel. Dr. Meutia menjelaskan bahwa konsentrasi nikel yang tinggi dapat bersifat toksik bagi mikroalga dan mikroba laut.

Penelitian di Teluk Vavouto, New Caledonia, menunjukkan bahwa konsentrasi nikel di atas 46 μg/L dapat membahayakan mikroalga fotosintetik. Padahal, mikroalga ini berperan penting dalam produktivitas primer dan siklus biogeokimia perairan.

Logam berat juga memengaruhi zooplankton seperti copepoda, yang menjadi makanan utama pari manta dan ikan pelagis. Jika zooplankton berkurang, dampaknya akan berlanjut ke seluruh rantai makanan, termasuk paus sperma dan biota bentik seperti kima raksasa.

Dampak Tidak Langsung Pertambangan Nikel

Selain pencemaran langsung, pertambangan nikel juga menyebabkan dampak tidak langsung seperti:

  • Penurunan oksigen terlarut (DO) yang mengancam kehidupan biota laut.
  • Peningkatan kadar CO₂ yang dapat mengasamkan perairan.
  • Berkurangnya kejernihan air akibat sedimentasi, merusak habitat alami terumbu karang dan biota laut lainnya.

Perubahan ini dapat mengubah struktur ekosistem secara drastis, mengancam kelangsungan hidup spesies langka di Raja Ampat.

Apa yang Harus Dilakukan?

Dr. Meutia menekankan pentingnya penilaian risiko mendalam untuk menentukan batas aman konsentrasi nikel di perairan. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

  1. Pemantauan kualitas air secara berkala untuk mendeteksi pencemaran dini.
  2. Pengelolaan limbah tambang yang bertanggung jawab untuk meminimalkan dampak lingkungan.
  3. Kebijakan berkelanjutan yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan industri untuk menjaga keseimbangan ekologi.
Baca juga Bukan Hanya Surga Laut, Raja Ampat Juga Tempat Migrasi Manusia 55.000 Tahun Silam

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.