Di tengah dunia modern yang mengejar pembangunan tanpa henti, tata ruang berkelanjutan Kampung Pulo Cangkuang hadir sebagai oase ketenangan yang sarat makna. Sejak dulu, masyarakat di sini sudah menerapkan konsep keberlanjutan dalam setiap detail tata ruang mereka.
Tidak hanya soal susunan bangunan, tetapi juga filosofi yang menyatukan manusia, adat, dan alam. Bagaimana mungkin pola sederhana seperti ini tetap relevan hingga kini? Mari kita telusuri lebih jauh.
Filosofi Tata Ruang Berkelanjutan Kampung Pulo Cangkuang
Tata ruang Kampung Pulo Cangkuang bukan sekadar susunan rumah adat. Di sini, enam rumah berdiri sejajar, tiga di kiri dan tiga di kanan, mengapit satu masjid kecil di tengah sebagai pusat spiritual.
Jumlah rumah ini tidak pernah berubah sejak kampung ini didirikan, sesuai hukum adat yang melestarikan warisan leluhur Embah Dalem Arif Muhammad. Pola ini mencerminkan harmoni yang tak lekang oleh waktu, menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta dan sesamanya.
Menurut Priyatna (2016:1324), tujuh bangunan di Kampung Pulo melambangkan tujuh anak Embah Dalem. Simbol ini sebagai manifestasi nilai keberlanjutan, kesetiaan menjaga tradisi tanpa mengorbankan keseimbangan ekologis.
Di sisi barat kampung, masjid berdiri sebagai pusat spiritual, menegaskan pentingnya hubungan manusia dengan Tuhan. Tata ruang ini memperkuat nilai kebersamaan atau "ngariung," filosofi Sunda yang menyatukan masyarakat dalam harmoni.
Menghidupkan Tradisi dengan Aturan Adat
Hukum adat di Kampung Pulo menekankan pelestarian lingkungan dan spiritualitas. Tidak ada rumah baru yang boleh dibangun. Tidak ada rumah yang boleh dihancurkan. Semuanya tetap, seperti saat pertama kali kampung ini berdiri.
Bahkan bentuk rumah dengan atap jolopong, yang khas Sunda, memiliki fungsi ganda, yaitu untuk menjaga ventilasi alami dan menciptakan identitas arsitektur unik (Sriwardani & Savitri, 2019:296-297).
Rumah panggung dari kayu dan bambu adaptif terhadap guncangan gempa. Bahan-bahan alami seperti ijuk pada atap memastikan rumah tetap sejuk tanpa bantuan teknologi modern. Filosofi sederhana ini mencerminkan keseimbangan ekologis yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Kampung Pulo.
Peran Sistem Matrilineal dalam Keberlanjutan
Salah satu hal yang menarik adalah sistem matrilineal yang berlaku di Kampung Pulo. Rumah diwariskan kepada perempuan tertua, sebuah penghormatan terhadap perempuan sebagai penjaga nilai-nilai budaya.
Laki-laki yang menikah harus meninggalkan kampung setelah dua minggu, memberikan ruang bagi struktur sosial yang mapan untuk bertahan. Tradisi ini menjaga keseimbangan demografis di kampung. Priyatna (2016:1325-1326) mencatat bahwa sistem ini merupakan cara cerdas untuk menjaga jumlah penduduk tetap stabil.
Kehidupan Sehari-hari yang Terintegrasi dengan Alam
Golodog, tangga masuk ke rumah menjadi tempat aktivitas ringan seperti menganyam. Hawu atau dapur tradisional masih menggunakan bahan bakar alami seperti kayu. Ruang dalam rumah, termasuk tepas (ruang tamu), mencerminkan adaptasi terhadap kebutuhan modern.
Sementara itu, goah, ruangan kecil untuk menyimpan padi, tetap menjadi elemen penting yang mengingatkan pada budaya agraris masyarakat Sunda (Ratih, 2015:123).
Harmoni Spiritual di Pusat Kampung
Masjid di Kampung Pulo tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga simbol keberlanjutan spiritual. Dengan desain atap julang ngapak, masjid ini memungkinkan sirkulasi udara yang baik, menjaga kenyamanan jamaah selama beribadah.
Ruang terbuka di depan masjid sering menjadi tempat berkumpul, memperkuat kebersamaan masyarakat.
Material dan Desain Ramah Lingkungan
Setiap elemen bangunan di Kampung Pulo menunjukkan keahlian dalam memadukan fungsi, estetika, dan kelestarian lingkungan. Atap jolopang yang menyerupai sayap burung selain melindungi dari cuaca, juga berfungsi untuk menciptakan ventilasi alami yang optimal. Bahan seperti kayu, bambu, dan ijuk tidak hanya mudah diperoleh tetapi juga ramah lingkungan, mencerminkan prinsip keberlanjutan (Sriwardani & Savitri, 2019:297).
Bahkan halaman rumah didesain dengan paving block untuk mengurangi panas yang terpantul dan mendukung vegetasi sekitar. Setiap tanaman yang ditanam di sekitar rumah berfungsi sebagai penyaring udara alami.
Inspirasi Keberlanjutan untuk Dunia Modern
Kampung ini mengajarkan bahwa keberlanjutan tidak harus rumit atau mahal. Dengan menghormati tradisi, menjaga hubungan harmonis dengan alam, dan menempatkan spiritualitas sebagai inti kehidupan, Kampung Pulo menunjukkan bahwa keseimbangan dapat dicapai tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya.
Dunia modern yang sering terobsesi dengan teknologi canggih dan pembangunan masif dapat mengambil inspirasi dari kesederhanaan Kampung Pulo. Warisan ini adalah pengingat bahwa solusi terbaik untuk isu keberlanjutan adalah yang selaras dengan alam dan manusia
Tata ruang berkelanjutan Kampung Pulo Cangkuang merupakan pelajaran berharga bagi dunia yang terus berubah. Dengan filosofi yang menyatukan spiritualitas, sosial, dan ekologis, kampung ini menawarkan solusi untuk isu urbanisasi dan keberlanjutan modern.
Kampung Pulo adalah bukti nyata bahwa tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan. Harmoni yang terjaga di setiap sudutnya memberikan inspirasi bagi kita semua untuk hidup lebih selaras dengan alam.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News