tradisi betauh jambi harmoni sosial dan romansa dalam balutan adat - News | Good News From Indonesia 2025

Tradisi Betauh Jambi, Harmoni Sosial dan Romansa dalam Balutan Adat

Tradisi Betauh Jambi, Harmoni Sosial dan Romansa dalam Balutan Adat
images info

Di bawah cahaya bulan, ketika malam menyelimuti Desa Rantau Pandan, sebuah irama merdu terdengar. Krinok sebuah lantunan syair penuh rasa, mengalir seperti bisikan rahasia. Di sisi lain, tari tauh memadukan langkah-langkah pemuda dan pemudi yang dipisahkan oleh seutas tali pembatas. Tradisi betauh Jambi lebih dari sekadar hiburan, yaitu perjalanan menuju harmoni sosial dan cinta dalam balutan norma adat.

Namun, tradisi yang begitu kaya ini mulai terpinggirkan. Bagaimana mungkin sebuah ritual yang mengajarkan komunikasi santun, kesabaran, dan penghormatan terhadap batas sosial perlahan memudar?

Apakah masih ada ruang untuk betauh di dunia yang kini didominasi layar? Mari kita selami makna dan keindahan tradisi ini yang begitu erat dengan masyarakat Jambi.

Latar Belakang Tradisi Betauh Jambi

Betauh berasal dari Desa Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Jambi. Dalam bahasa lokal, “menauh” berarti “mencari” (Lisa, 2024:8). Tradisi ini adalah bagian dari ritual adat lek batin yang sering kali diadakan dalam acara besar seperti pernikahan atau penyambutan tamu penting.

Terpikat Magisnya Danau Gunung Tujuh Jambi, Mahakarya Alam di Atap Kayu Aro

Tradisi ini menyajikan nilai kehidupan dalam syair pantun yang dinyanyikan dengan gaya khas krinok. Melalui pantun, betauh mengajarkan kejujuran, tanggung jawab, kasih sayang, dan harmoni sosial. Nilai-nilai ini menjadi landasan hidup bermasyarakat (Lisa, 2024:60-62).

Dalam pelaksanaannya, tari tauh menjadi simbol penghormatan adat. Tali pembatas antara penari laki-laki dan perempuan menunjukkan batas-batas norma yang dijunjung tinggi.

Pengantar Menuju Makna Betauh

Di era modern, interaksi sering kali terjadi melalui layar ponsel. Sentuhan personal perlahan tergantikan oleh ketikan pesan. Tradisi betauh Jambi memberikan pelajaran tentang bagaimana nilai-nilai budaya dapat menciptakan interaksi yang bermakna. Mari, kita telaah elemen-elemen unik betauh yang menjadikannya lebih dari sekadar tradisi.

Betauh sebagai Media Sosialisasi

Keindahan Sosialisasi yang Terkemas dalam Seni

Dalam tradisi betauh Jambi, tari tauh menjadi pusat dari acara. Penari pria dan wanita, meskipun berada di satu panggung, dipisahkan oleh tali pembatas (Direktorat dan Diplomasi Budaya, 2016).

Bukan sekadar garis pemisah, tali ini adalah simbol aturan sosial yang menciptakan ruang aman untuk interaksi tanpa melanggar batas. Musik krinok mengiringi, dengan lirik-lirik yang sering bertema cinta dan persahabatan.

Harmoni dalam Interaksi

Ketika pemuda dan pemudi menari, gerakan mereka berbicara tanpa kata. Dalam setiap langkah dan putaran, ada cerita yang tersampaikan. Betauh mengajarkan bahwa interaksi tidak harus terburu-buru atau eksplisit. Hubungan dibangun melalui kesabaran, rasa hormat, dan komunikasi yang halus (Wijaya, 2019:5).

Nilai-nilai ini begitu penting, terutama di dunia yang sering kali terlalu cepat melupakan esensi dari interaksi nyata.

Betauh dan Romansa Tradisional

Romansa dalam tradisi betauh Jambi bukanlah tentang cinta yang diumbar, melainkan tentang rasa yang tumbuh alami. Tali pembatas dalam tari tauh mencerminkan penghormatan terhadap integritas pribadi. Di ruang gerak yang terbatas itu, cinta disampaikan melalui bahasa tubuh dan simbol-simbol bermakna. Tidak ada kata-kata langsung, tetapi setiap langkah adalah ungkapan rasa (Direktorat dan Diplomasi Budaya, 2016).

Dalam era modern, ketika banyak hubungan terjalin melalui media sosial, tradisi seperti betauh mengajarkan kita untuk kembali menghargai esensi dari sebuah hubungan. Tidak perlu terburu-buru. Hubungan yang kuat dibangun melalui kesabaran, komunikasi, dan rasa hormat.

Legenda Bukit Perak di Jambi, Kisah Seorang Datuk yang Melindungi Desanya

Tradisi ini adalah pengingat bahwa cinta sejati tumbuh dalam harmoni, bukan dalam keterbatasan layar.

Tantangan dan Upaya Pelestarian Tradisi Betauh Jambi

Sayangnya, tradisi betauh Jambi kini menghadapi tantangan besar. Pergeseran pola komunikasi membuat generasi muda lebih banyak berinteraksi melalui layar.

Ritual seperti betauh yang mengajarkan komunikasi santun dan penghormatan terhadap adat, mulai terlupakan.

Untuk melestarikan betauh, diperlukan upaya dari berbagai pihak. Pemerintah dapat mengintegrasikan tradisi ini ke dalam festival budaya, sementara tokoh adat berperan sebagai penjaga nilai-nilai luhur.

Generasi muda juga dapat berkontribusi dengan mendokumentasikan tradisi ini melalui media digital, sehingga tetap relevan di era modern.

Tradisi betauh Jambi adalah cerminan harmoni antara seni, adat, dan nilai-nilai luhur. Betauh mengingatkan kita untuk menjaga identitas budaya dan membangun koneksi yang bermakna antarindividu.

Dalam dunia yang semakin terpisah oleh layar, tradisi ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya komunikasi. Semoga betauh terus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Desa Rantau Pandan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.