terbang lintas waktu satu hari jelajahi peradaban mesir lewat gnfi embassy visit - News | Good News From Indonesia 2025

Terbang Lintas Waktu: Satu Hari Jelajahi Peradaban Mesir lewat GNFI Embassy Visit

Terbang Lintas Waktu: Satu Hari Jelajahi Peradaban Mesir lewat GNFI Embassy Visit
images info

Pada 28 Mei 2024, GNFI dan Seasia berkesempatan mengunjungi Kedutaan Besar Mesir di Jakarta, bersama dengan 60 peserta lainnya dalam program GNFI Embassy Visit.

Kegiatan ini bukan sekadar bentuk people-to-people diplomacy, tetapi juga sebuah perjalanan lintas waktu yang mengajak peserta menyelami kekayaan warisan Mesir kuno sekaligus menyaksikan ambisi masa depan sebuah bangsa yang kini terus bergerak maju.

Warisan Abadi di Balik Dinding Kedutaan

Kunjungan dimulai dengan tur ke museum mini yang berada di dalam kompleks kedutaan. Di sana, para peserta diajak menelusuri kejayaan peradaban Mesir kuno melalui beragam replika artefak ikonik.

Rosetta Stone
info gambar

Salah satu replika yang paling menarik perhatian adalah Rosetta Stone—prasasti kuno yang menjadi kunci untuk menguraikan tulisan hieroglif Mesir. Prasasti ini memuat teks yang sama dalam tiga aksara: hieroglif, demotik, dan Yunani kuno.

The Goddess Selket
info gambar

Tak jauh dari sana, berdiri replika Dewi Selket (The Goddess Selket), pelindung Raja Tutankhamun. Sosoknya digambarkan sebagai perempuan dengan kalajengking di atas kepala dan tangan terbuka seolah hendak memeluk dengan kelembutan. Dalam mitologi Mesir, Selket dikenal sebagai dewi penyembuh dan pelindung kehidupan—simbol dari kelembutan sekaligus kekuatan.

Wajah Raja Tutankhamun (King Tutankhamun’s face)
info gambar
Topeng emas Raja Tutankhamun (The Golden Mask of of King Tutankhamun)
info gambar

Sorotan lainnya adalah replika wajah dan topeng emas Raja Tutankhamun. Artefak ini sangat dikenal dan kerap muncul dalam buku sejarah, film dokumenter, bahkan budaya pop.

Wajah muda dengan garis lembut yang dihiasi warna emas dan biru tak hanya menunjukkan keagungan seni Mesir kuno, tetapi juga mencerminkan kepercayaan spiritual mereka tentang kehidupan setelah kematian. Topeng tersebut dibuat agar roh sang raja bisa mengenali jasadnya dan kembali dengan tenang.

Grand Egyptian Museum: Etalase Megah Sejarah Mesir

Dalam sesi interaktif berikutnya, peserta diperkenalkan pada proyek ambisius Grand Egyptian Museum (GEM). Museum ini dijadwalkan resmi dibuka pada 3 Juli 2025 dan digadang-gadang akan menjadi museum arkeologi terbesar di dunia.

Dibangun di atas lahan seluas 50 hektare dekat Piramida Giza, museum ini akan menampung lebih dari 100.000 artefak, termasuk seluruh koleksi dari makam Tutankhamun.

Beberapa bagian museum telah dibuka untuk umum sejak Oktober 2024, namun pembukaan penuh—termasuk galeri utama Tutankhamun—dijadwalkan menjadi tonggak penting dalam kalender budaya tahun depan.

Sesi Spesial Bersama Duta Besar Mesir

Kunjungan ini semakin menarik dengan hadirnya sesi tanya jawab yang dipandu langsung oleh Duta Besar Mesir untuk Indonesia, H.E. Mr. Yasser Hassan Farag Elshemy. Dalam suasana hangat dan terbuka, para peserta dipersilakan untuk berdialog langsung dan mengajukan pertanyaan seputar visi masa depan Mesir.

Salah satu pertanyaan menarik datang dari peserta bernama Gil Ramadhan, yang ingin tahu bagaimana Mesir membangun citra negara modern dan progresif—melampaui ikon ikonik seperti Piramida dan Sphinx.

Menanggapi hal tersebut, Dubes Elshemy menegaskan bahwa Mesir tengah giat memodernisasi dan memperluas citra globalnya melalui kemajuan di bidang teknologi dan energi.

"Mesir menonjolkan banyak aspek dalam ekonomi digital. Mesir adalah satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki fasilitas LNG dan satu-satunya eksportir ke Eropa, terutama wilayah selatan dan tengah," jelasnya.

Ia juga memaparkan langkah progresif Mesir dalam sektor energi dan infrastruktur transportasi.

“Kami juga sedang beralih dari diesel ke listrik. Kereta cepat kami akan mulai beroperasi tahun depan, dan saat ini kami sedang membangun enam jalur kereta cepat bekerja sama dengan Siemens,” tambahnya.

Tak hanya itu, Mesir kini juga tengah membangun reaktor nuklir pertamanya di kawasan—langkah besar menuju kemandirian energi.

Ikatan yang Terjalin Sejak Ribuan Tahun

Hubungan Indonesia dan Mesir tidak hanya sebatas diplomasi formal, tetapi juga terjalin kuat melalui budaya dan pendidikan.

Tahukah kamu bahwa pelajar Indonesia sudah belajar di Mesir, khususnya di Kairo, sejak lebih dari 4.000 tahun yang lalu? Hubungan panjang ini telah terjalin sejak awal peradaban, dan kini diteruskan oleh generasi baru mahasiswa Indonesia di Universitas Al-Azhar.

Dubes Elshemy mengungkapkan bahwa saat ini, Indonesia merupakan negara dengan jumlah mahasiswa asing terbanyak di Al-Azhar—lebih dari 50.000 orang.

Meskipun dikenal secara global sebagai pusat studi Islam, Al-Azhar juga menawarkan beasiswa di berbagai bidang umum seperti kedokteran dan sains. Hal ini menunjukkan keterbukaan Mesir terhadap perkembangan ilmu pengetahuan lintas disiplin, tidak terbatas pada studi keagamaan saja.

Petualangan Belum Usai: Siap ke Negara Berikutnya?

Lalu, ke mana tujuan selanjutnya bagi GNFI dalam rangkaian kunjungan kedutaan ini? Satu hal yang pasti: setiap kunjungan selalu membawa cerita, wawasan, dan peluang luar biasa.

Pastikan kamu jadi bagian dari perjalanan berikutnya!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

DP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.