Bagi warga Pulau Pramuka, ekowisata mangrove bukan sekadar perkara mendatangan wisatawan dan mengeruk keuntungan finansial. Lebih dari itu, ekowisata juga menyelamatkan mereka dari kerusakan lingkungan.
Di Pulau Pramuka yang merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, kerusakan lingkungan pernah menjadi masalah. Mirisnya lagi, itu banyak disebabkan oleh perilaku warga lokal sendiri.
"Misalnya nelayan mengambil (ikan) semaunya. Sanitasi juga tidak bagus karena orang biasa BAB di pantai. Itu sebetulnya kan situasi yang tidak menyenangkan lah." ujar tokoh masyarakat setempat yang juga penggerak Kampung Berseri Astra, Mahariah, saat ditemui GNFI di Pulau Pramuka, Kamis (29/52025).
Melihat lingkungan pulau tempat tinggalnya rusak, Mahariah dan sejumlah warga tidak tinggal diam. Diskusi digelar hingga diputuskanlah untuk menjalankan ekowisata di Pulau Pramuka
"Kerusakan-kerusakan itu yang kemudian kita rembugin, apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat, pilihannya ekowisata." lanjut Mahariah.
Pada dasarnya, ekowisata adalah pariwisata yang berorientasi pada alam dan berwawasan lingkungan. Warga Pulau Pramuka kemudian menyusun formula ekowisata seperti apa yang akan diterapkan. Dari sini, muncul ide untuk memasukkan aspek partisipasi dari para wisatawan.
Tapi ekowisata yg seperti apa? Ekowisata yang bisa mengajak orang lain menikmati alamnya, tetapi juga bisa memperbaiki alamnya." tutur Mahariah lagi.
Salah satu wujud ekowisata yang partisipatif ini adalah kegiatan menanam bakau atau mangrove. Wisatawan diajak untuk menanam mangrove di area sekitar pantai Pulau Pramuka. Selain memberi pengalaman baru bagi wisatawan, kegiatan ini juga berguna untuk meningkatkan kualitas lingkungan di area pantai.
Sebagaimana diketahui, mangrove punya manfaat besar bagi ekosistem pantai. Mangrove punya kegunaan mulai dari mencegah abrasi, menahan angin kencang, hingga menyerap emisi karbon.
Saat GNFI melihat langsung area hutan mangrove yang terletak tak jauh dari dermaga Pulau Pramuka. Tampak hamparan mangrove dengan tinggi pohon yang berbeda. Di bagian depan yang langsung menghadap ke pantai, terdapat belasan pohon mangrove berukuran kecil. Di belakangnya atau di area yang lebih dekat dengan daratan, barulah pohon-pohon yang lebih besar tegak berdiri.
"Yang tinggi-tinggi, masyarakat yang menanam. Nah, yang rendah-rendah itu udah mulai tamu yang menanam." papar Mahariah.
Untuk mendukung ekowisata mangrove ini, tersedia banyak area di Pulau Pramuka yang bisa ditanami. "Hampir semua ruang di pulau Pramuka kecuali yang sebelah barat." ujar Mahariah.
Perlu diketahui menanam mangrove bukan satu-satunya atraksi ekowisata di Pulau Pramuka. Ada pula yang lainnya seperti atraksi aksi bersih pantai dan pengolahan sampah plastik. Diharapkan, wisatawan dapat belajar dan menambah ilmu dari kunjungannya ke Pulau Pramuka.
Dengan inisiatifnya, Pulau Pramuka menjadi pionir ekowisata di pulau pemukiman. "Kita mulai ini dari 2003, dan itu dimulai dari kesadaran kita rusak." pungkasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News