Siapa sangka, magang yang katanya hanya “nge-cap doang” ternyata bisa jadi pengalaman paling berharga bagi mahasiswa. Bukan di perusahaan multinasional atau startup kekinian, tapi justru di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kabupaten Pesawaran.
Banyak mahasiswa memilih mengikuti program magang karena merasa jenuh dengan teori yang terus-menerus disajikan di kelas. Ada keinginan untuk merasakan langsung bagaimana dunia kerja, terutama di sektor pelayanan publik yang selama ini hanya dibahas lewat materi kuliah.
Meski kerap dianggap membosankan, pengalaman magang di instansi pemerintahan justru menyimpan banyak pelajaran yang tidak bisa ditemukan di ruang kelas.
Dukcapil termasuk dinas yang sibuk, hampir tak pernah sepi dari kunjungan warga. Dari pagi hingga sore, loket pelayanan dipenuhi masyarakat yang mengurus berbagai dokumen seperti KTP, Kartu Keluarga, dan akta kelahiran.
Aturan Penggunaan Kendaraan Dinas, Siapa Saja dan Kapan Penggunaanya?
Memilih lokasi magang di daerah, seperti Kabupaten Pesawaran, juga menjadi langkah sadar bagi sebagian mahasiswa yang ingin belajar langsung dari daerah asalnya, tempat yang mungkin menghadirkan tantangan lebih besar dibanding kota besar.
Bertugas di bidang pendaftaran dan pendataan penduduk membuka ruang untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat. Mahasiswa berkesempatan menjaga loket, memverifikasi berkas, dan menjelaskan prosedur administrasi. Dari sana, pelajaran penting dimulai.
Setiap hari, ada saja dinamika: warga yang datang sebelum matahari terbit agar mendapat nomor awal, yang panik karena butuh dokumen segera, hingga yang mencoba memanfaatkan posisi atau menyampaikan cerita yang dimanipulasi demi diprioritaskan.
Salah satu momen paling mengesankan adalah saat berhadapan dengan warga dari pelosok desa yang datang jauh-jauh, namun belum memahami prosedur dan membawa berkas yang tidak lengkap. Ini menunjukkan adanya kesenjangan informasi yang masih cukup besar.
Di sisi lain, petugas pelayanan terikat aturan tidak bisa melanjutkan proses jika dokumen belum memenuhi persyaratan.
Dinas Lingkungkan Hidup DKI Jakarta Gelar Uji Emisi Gratis untuk 200 Kendaraan di Kebayoran Lama
Ini mengajarkan bahwa pelayanan publik bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga butuh kesiapan dan pemahaman dari masyarakat.
Pelayanan publik yang ideal bukan semata tentang kecepatan. Namun, tentang empati dua arah. Bukan hanya petugas yang dituntut sabar dan ramah, warga pun perlu memahami bahwa petugas menghadapi tekanan besar dalam melayani banyak orang setiap harinya. Pegawai juga manusia.
Dalam teori administrasi publik, pelayanan yang optimal dikenal dengan istilah pelayanan prima pelayanan yang cepat, tepat, mudah, transparan, dan akuntabel.
Namun, pelayanan prima tak akan terwujud tanpa partisipasi aktif dari masyarakat. Bila kedua belah pihak memahami perannya, proses pelayanan akan berjalan lebih lancar dan manusiawi.
Magang di instansi pemerintahan seperti Dukcapil bisa menjadi pengalaman berharga untuk memahami dunia kerja yang sesungguhnya.
Ini bukan soal menyusun dokumen atau mencetak KTP semata, tapi tentang belajar memahami manusia, membangun empati, dan menghadapi realita pelayanan publik secara langsung.
Jadi, untuk Kawan GNFI yang juga berasal dari kabupaten, jangan ragu memilih lokasi magang di daerah asal. Meski sering dianggap tak sekeren kota besar, justru di sanalah letaknya peluang untuk memberi dampak nyata dan memahami akar persoalan dari dekat.
Pengalaman ini bukan hanya menambah wawasan, tapi juga jadi nilai plus yang membentuk kepekaan sosial dan tanggung jawab sebagai bagian dari masyarakat.
Kalau Kawan punya cerita menarik seputar pelayanan publik atau pengabdian di instansi daerah, yuk, bagikan ceritamu kepada Kawan GNFI lainnya. Karena belajar bukan cuma dari buku, tetapi juga dari manusia dan cerita-ceritanya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
