Indonesia menatap masa depan dengan optimisme melalui Indonesia Emas2045. Progam tersebut juga dapat dikenal dengan Generasi Emas 2045 yang tentunya akan diproyeksikan menjadi tonggak kemajuan bangsa.
Dilansir melalui website Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan bahwa Indonesia akan genap berusia 100 tahun (1 abad). Di masa itu, Indonesia akan menjadi negara maju dan dapat sejajar dengan negara adidaya lainnya.
Menghadapi era disrupsi teknologi, ketidakpastian geopolitik, dan persaingan ekonomi yang ketat. Para pakar pendidikan dan sosiologi menegaskan bahwa pembentukan sikap objektif dan kemampuan berpikir kritis menjadi fondasi utama. Tanpa adanya itu, generasi ini akan berisiko terseret arus perubahan.
Urgensi Nilai Pancasila di SD, Mempersiapkan Generasi Emas di Era Globalisasi
Objektivitas Sebagai Pondasi
Di era informasi yang serba instan seperti sekarang, kemampuan generasi muda untuk bersikap objektif dapat dilihat melalui masalah secara rasional tanpa terpancing narasi emosional. Nah, ini merupakan pondasi krusial bagi calon generasi emas. Tanpa objektivitas, Kawan GNFI akan rentan terjebak dalam hoaks atau keputusan impulsif yang merugikan.
Contoh nyatanya dapat dilihat dalam aspek literasi digital. Generasi yang terlatih akan memfilter informasi bias dan hoaks sehingga tidak hanya menjadi konsumen informasi yang cerdas saja. Namun, bisa menjadi generasi yang berperan sebagai kontributor solusi dalam diskursus publik.
Nah, inilah alasan pendidikan kritis dan penguatan literasi digital harus menjadi program prioritas. Mengingat bahwa dalam pembentukan Generasi Emas 2045 bukan sekadar melahirkan generasi yang hanya melek teknologi, akan tapi juga yang bernalar secara objektif.
Berpikir Kritis Untuk Solusi Kreatif
Berpikir kritis tidak sekadar bersikap skeptis atau meragukan segala hal, melainkan kemampuan untuk menganalisis informasi secara mendalam. Maka nantinya dapat menghasilkan solusi inovatif atas masalah yang kompleks.
Di sinilah peran pendidikan menjadi krusial melalui pendekatan kurikulum berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Math). Siswa tidak hanya diajarkan teori, tetapi juga dilatih untuk mengaitkan pengetahuan multidisiplin, bereksperimen, dan menciptakan terobosan.
Proses ini tidak hanya mengasah logika saja, akan tetapi juga mendorong kreativitas yang nantinya diharapkan mampu berdampak terhadap generasi muda yang siap menghadapi tantangan masa depan dinamis. Maka dari itu, berpikir kritis merupakan salah satu pondasi untuk melahirkan inovasi, dan pendidikan STEAM adalah katalisnya.
Abdurrahman Fachir Harap Generasi Muda Berkontribusi demi Indonesia Emas 2045
3 Tantangan Generasi Emas 2045
- Ancaman polarisasi opini yang semakin mengeras
- Ketergantungan berlebihan pada media sosial.
- Kesenjangan akses terhadap pendidikan berkualitas di daerah terpencil
Tiga tantangan itulah, jika tidak segera diatasi, akan berpotensi menghalangi terwujudnya Generasi Emas 2045 yang diimpikan secara bersama.
Mewujudkan Generasi Emas 2045 memerlukan kolaborasi sinergis antara pemerintah, sekolah, dan keluarga dalam menciptakan ekosistem pembelajaran yang berorientasi pada pemikiran kritis.
3 Langkah Persiapan Kolaborasi Generasi Emas 2045
1. Pemerintah
Perlu mengambil peran sebagai katalisator dengan menyusun kebijakan pendidikan yang mendorong kurikulum berbasis keterampilan abad 21, sekaligus menjamin pemerataan akses pendidikan berkualitas.
2. Sekolah
Pendekatan pembelajaran harus bergeser dari model hafalan ke sistem yang menekankan pada problem-based learning dan riset ilmiah sederhana. Maka nantinya, pelajar dapat diajak untuk mengidentifikasi masalah nyata dan mencari solusi kreatif sesuai dengan kebutuhan.
3. Keluarga
Peran ini sebagai unit pendidikan pertama yang dapat berperan dalam membangun fondasi karakter melalui pembiasaan dialog kritis dan penguatan soft skill seperti komunikasi, empati, dan resilience.
Dengan tiga pilar yang dapat bekerja sama secara harmonis dapat tercipta generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis. Namun, dapat membangun generasi yang mampu berpikir analitis dan adaptif menghadapi perubahan zaman.
Jika persiapan generasi yang objektif dan kritis dilakukan secara matan, sehingga Indonesia berpeluang memimpin perubahan di 2045. Maka upaya kolektif bersama Kawan GNFI diperlukan agar potensi ini tidak sekadar wacana.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News