Tanggal 17 Mei menjadi Hari Telekomunikasi dan Informasi Masyarakat Sedunia atau World Telecommunication And Information Society Day (WTISD). Peringatan yang diinisiasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini utamanya sebagai pengingat kembali untuk bersama mengajak meningkatkan kesadaran akan urgensi komunikasi dan informasi masyarakat modern.
Dalam semangatnya, peringatan ini juga memacu perkembangan akses komunikasi dan informasi yang adil dan inklusif. Tak hanya itu, dari perluasan akses tersebut harapannya akan berdampak pada kemajuan pembangunan sosial dan ekonomi.
Di tahun 2025 ini, peringatan Hari Telekomunikasi hadir dengan Tema "Gender Equality in Digital Transformation". Fokus utama pemilihan tema tersebut adalah mempercepat laju kesetaraan gender dalam transformasi digital. Dengan demikian, dapat mendulang manfaat lebih dan sumbangsi peran dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di masa mendatang.
Perjalanan Perkembangan Komunikasi
Sederhananya, perkembangan komunikasi dapat dibagi menjadi 4 periode. Pada zaman Yunani Kuno, Aristoteles mengembangkan seni berbicara retorika dan persuasif. Memasuki Abad ke-19 menuju Perang Dunia II, mulai bermunculan inovasi teknologi komunikasi seperti telepon, telegraf, radio, dan televisi.
Stasiun Radio Malabar, Saksi Bisu Telekomunikasi Global Pertama di Indonesia
Di rentang waktu ini, industrialisasi dan modernisasi di Eropa turut membersamai pertumbuhan komunikasi. Termasuk pada bidang Jurnalisme dan Surat Kabar juga mulai menunjukkan transformasinya.
Rentang waktu pasca PD II hingga 1960, komunikasi diramu secara komprehensif dan lahir menjadi kajian ilmu sosial multidisipliner. Baru tahun 1960-an hingga sekarang, kegiatan komunikasi dan arus informasi dibersamai oleh kemajuan teknologi. Sehingga kita hari ini mengenal adanya komputer, internet, telekomunikasi digital, hingga media sosial.
Mengenal Attention Span
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, pun juga ketika berefleksi, kita dapat menilai bahwa dunia hari ini sangat riuh oleh arus informasi. Hal ini kian diperkuat dengan fitur scroll dan algoritma, utamanya dalam media sosial. Tentu hal ini secara langsung berdampak pada pengelolaan informasi itu sendiri.
Menurut Dosen Psikologi UNISA Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani Subardjo, memaknai attention span sebagai kemampuan untuk fokus pada suatu aktivitas dalam rentang waktu tertentu.
Fokus dibutuhkan untuk mencerna informasi agar membuahkan hasil yang berkelanjutan. Sayangnya, attention span ini kian tergerus.
Ratna menambahkan, aktivitas scroll konten dan video pendek turut berperan dalam penurunan attention span. Lebih lanjut lagi, ia mengaitkannya dengan attention fragmentasi effect. Ini adalah fenomena di mana individu yang telah terbiasa dengan konten menarik dan singkat akan menemukan kesulitan untuk fokus pada tugas atau konten dengan durasi yang lebih lama dan kompleks.
Antara Algoritma, hasrat Update, dan FOMO
Algoritma hadir dalam pengelolaan konten di media digital utamanya di media massa. Terpaan konten berupa berita terkini, tren fashion, hingga judul film seakan mendorong diri untuk terus berlari bersama semua kebaruan itu.
Lantas tak sedikit yang merasa tuntutan tak langsung untuk senantiasa up to date. Hal ini yang nantinya akan memicu FOMO, Fear of Missing Out.
Industri Telekomunikasi Indonesia, Berawal dari Kartu Pos Menuju Jaringan Digital
Dari kacamata komunikasi, fenomena ini selaras dengan bandwagon effect theory. Teori ini sangat cocok untuk menjelaskan masyarakat sekarang yang cenderung tergerak mengikuti tren mayoritas karena kondisi sosial yang hadir disekitarnya pun demikian. Suara mayoritas secara langsung berdampak pada pengambilan keputusan individu.
Di sisi lain, sangat normal mengadaptasi tindakan dan pola perilaku orang lain. Kesesuaian dengan mayoritas keinginan alami yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk sosial.
Sayangnya, tak selamanya suara mayoritas mencerminkan kebenaran. Deras arus informasi juga mengaburkan garis pembeda antara kebenaran dan kebohongan. Dari fenomena bandwagon effect atau perilaku ikut-ikutan inilah, menjadi akar penyebab masalah sosial lainnya.
Menjaga Atensi yang Terus Tergerus
Hari ini, atensi berharga mahal. Di tengah arus informasi ini, logika dan rasionalitas tetap sangat dibutuhkan. Hari Telekomunikasi bijaknya menjadi pengingat kita untuk lebih bijak menyikapi setiap informasi. Selalu update terhadap perkembangan zaman memang sangat diperlukan.
Namun, di satu sisi kebutuhan mengambil jeda dari hiruk pikuk informasi tak bisa diabaikan.
Jangan sampai keleluasaan akses ilmu pengetahuan dan informasi menjadikan kita kewalahan dan tertimbun begitu saja. Pun kesetaraan informasi yang tengah digaungkan haruslah menjadi jalur pembuka bagi pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan pembangunan berkelanjutan.
Maka, menentukan prioritas konsumsi informasi termasuk hal yang penting hari ini. Bahkan, menimbang porsi berselancar di media digital disertai porsi pengambilan jeda dapat menjadi langkah awal menjaga kestabilan diri dari bombardir informasi. Selamat Hari Telekomunikasi, Selamat Memaknai Informasi!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News