Banyak yang beranggapan museum adalah tempat untuk melihat peninggalan sejarah, tempat belajar, dan sebuah tempat yang punya kesan serius.
Meski fakta tersebut benar adanya, tetapi ada juga sisi lain dari museum yang kerap luput dari perhatian.
Bagi sebagian orang, keragaman objek dan narasi di museum membuat kita seolah diajak ke sebuah dunia baru. Entah itu kembali ke masa lalu, atau mungkin ke sebuah tempat yang belum pernah kita kunjungi.
Pengalaman seperti inilah yang dihidupkan oleh Komunitas Jelajah. Demi menyemarakkan Hari Museum Internasional yang jatuh pada 18 Mei, mereka menggelar sebuah acara walkingtour museum di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
Tidak hanya sekedar melihat-lihat koleksi, tetapi pesertanya untuk lebih memaknai setiap cerita yang ada di sana.
Tak sekadar perayaan, ini merupakan salah satu rangkaian acara menuju Museum Awards 2025. Sebuah acara tahunan Komunitas Jelajah yang biasanya diadakan menjelang akhir tahun untuk memberi penghargaan serta apresiasi untuk museum dan orang-orang. Caranya dengan mengenalkan museum, memiliki program menarik dan inspiratif.
Jejak Langkah Sejarah
Dengan tajuk “Jejak Langkah Sejarah: Berpetualang dengan paspor museum”, acara ini diikuti oleh 30 peserta dan turut dihadiri oleh Nurul Inayah, influencer Pegikemana. Hal menarik lainnya adalah, acara ini juga turut diikuti oleh tiga wisatawan asing dari Filipina dan Inggris.
Jika dimaknai, Jejak merupakan singkatan nama dari komunitas yang menyelenggarakan, sedangkan ‘langkah sejarah’ berarti berjalan. Makna tersiratnya adalah walking tour mengunjungi museum, melihat artefak, dan peninggalan sejarah serta mendengar narasi yang terkait.
Inovasi dari TMII
Untuk mendukung pengalaman tersebut, sebelum dimulai setiap peserta diberikan sebuah buku kecil yang mirip seperti paspor. Buku ini adalah sebuah inovasi dari TMII yang pertama diterapkan sejak Maret 2025. Tujuannya adalah demi menambah antusias mengajak lebih banyak orang untuk berkunjung dan menjelajah ke Museum yang ada di kawasan ini.
Nantinya setiap habis mengunjungi museum di TMII, yang memiliki paspor akan mendapatkan cap. Paspor itu bisa ditukarkan dengan merchandise resmi kawasan wisata ini. Menariknya, paspor tersebut tak hanya berlaku untuk sehari, tetapi juga dapat berlaku hingga tanggal 31 Desember 2025.
Menyusuri 3 Museum
Acaranya dimulai pada pukul 9.30 WIB, agenda kelana dimulai dari museum penerangan. Di sini peserta diajak mengenal perjalanan panjang informasi dan komunikasi. Dipandu oleh Alvio Putri Matahari, di sini peserta diajak belajar tentang sejarah radio, layar kaca Indonesia, perfilman, hingga penerangan umum (Departemen Penerangan).
Setelah keliling di museum penerangan, selanjutnya agenda keliling dilanjutkan ke Museum Batik. Dipandu oleh Puri India, di sini peserta diajak mengenal batik sebagai salah satu warisan budaya terbesar Indonesia. Mereka mendengar cerita tentang penetapan batik oleh UNESCO, ragam jenis batik, perkembangannya, proses pembuatannya, hingga tokoh-tokoh penting dalam promosi batik.
Kemudian puncaknya, pada museum terakhir peserta diajak lebih mengenai munculnya peradaban di Indonesia sampai terbentuk keragaman budaya bersama Cut Meurah Rahman.
Dengan tema Bhineka Tunggal Ika, peserta diajak untuk mengenal lebih jauh tentang manusia purba yang sudah ada sejak 1.5 juta tahun lalu. Mengenal lebih jauh dari kain tenun, alat musik dan ragam topeng dengan ceritanya.
Tantangan dan Keseruan Setelah WalkingTour
Tidak hanya sampai situ, acara Jejak Langkah Sejarah semakin terasa seru karena setiap habis sesi keliling, peserta akan diajak mengikuti kuis yang tujuannya untuk me-refresh memori terkait salah satu informasi yang sebelumnya disampaikan pada sesi keliling museum.
Jadi cara bermainnya adalah akan ada pertanyaan dan peserta akan diminta untuk mencari jawabannya dengan bentuk foto selfie bersama objeknya.
Cerita Seru Berkawan ke Kota Tua, Susuri Sejarah dalam Langkah dan Refleksi
Saat ditanya tentang apa yang didapat dan kesannya mengikuti acara ini, hampir semuanya menyoroti keseruan dari tantangan setelah berjalan-jalan dan mendengar arahan dari educator dari setiap museum.
Seperti salah satunya disampaikan oleh Inayah, “Dengan adanya paspor museum, sekarang kita jadi ter-challenge untuk dapetin stamp-stamp dari setiap museum yang nantinya bisa ditukarkan menjadi merchandise dari TMII.”
Mengenal Komunitas Jelajah
Berbicara tentang penyelenggara acara Jejak Langkah Sejarah, dikutip dari situs resmi Komunitas Jelajah, komunitas ini memiliki tujuan menumbuhkan rasa cinta terhadap sejarah, budaya, bahasa, kemasyarakatan, teknologi dan sains, termasuk peristiwa, tokoh, tempat dan peninggalannya.
Berawal pada tahun 2011, dalam Jelajah sebuah perjalanan tidak begitu saja dilaksanakan tanpa memikirkan pembelajaran yang akan diperoleh para pesertanya. Jelajah merupakan classwithoutclass.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News