cerita seru berkawan ke kota tua menyusuri sejarah dalam langkah dan refleksi - News | Good News From Indonesia 2025

Cerita Seru Berkawan ke Kota Tua, Susuri Sejarah dalam Langkah dan Refleksi

Cerita Seru Berkawan ke Kota Tua, Susuri Sejarah dalam Langkah dan Refleksi
images info

Sabtu, 10 Mei 2025 menjadi hari yang berkesan bagi sekitar 25 Kawan GNFI area Jakarta dan sekitarnya. Kami berkumpul di kawasan Kota Tua Jakarta untuk mengikuti kegiatan bertajuk “Berkawan, Bercerita, dan Bersejarah”.

Ini adalah sebuah walking tour yang bukan hanya mengajak kami menelusuri jejak sejarah, tetapi juga menjalin koneksi dan berdiskusi dalam suasana hangat dan reflektif.

Awal Perjalanan: Dari KOTIC menuju Lintasan Masa Lalu

Siang itu, saya tiba di KOTIC (Kota Tua Tourism Information Center) dalam cuaca yang cukup terik. Namun, sesaat sebelum walking tour dimulai pukul 14.00 WIB, langit mendung mulai menaungi kawasan Kota Tua. Awan kelabu justru menghadirkan suasana yang sangat teduh dan nyaman untuk berjalan kaki.

Seolah alam ikut menyambut semangat kami yang hendak menyusuri jejak-jejak sejarah Jakarta lama.

Kegiatan dibuka oleh Putri dari tim GNFI yang memberikan pengantar hangat mengenai maksud dan tujuan acara. Selanjutnya, perjalanan dipandu oleh Gilang sebagai tour guide yang memandu kami menyusuri titik-titik bersejarah di kawasan Kota Tua Jakarta.

Berkawan di Kota Tua: Berkeliling Sambil Belajar Bersama Kawan GNFI Jabodetabek

Menelusuri Bangunan dan Cerita di Baliknya

Museum Seni Rupa dan Keramik

Perjalanan pertama kami dimulai di depan gedung Museum Seni Rupa dan Keramik. Gilang menjelaskan bahwa bangunan ini dulunya berfungsi sebagai pengadilan oleh pemerintah Hindia Belanda, lengkap dengan nuansa arsitektur kolonial yang masih kokoh berdiri hingga kini.

Kantor Pos Kota Tua

Selanjutnya, kami menuju kantor pos yang berada tak jauh dari lokasi pertama. Menariknya, kantor pos ini merupakan kantor pos besar kedua setelah yang pertama di Semarang.

Di depannya terdapat kotak surat bertuliskan “Brievenbus”, simbol penting dari sistem komunikasi era kolonial. Mas Gilang pun menjelaskan fungsinya dan kisah sejarah di baliknya.

Meriam Si Jagur

Kami kemudian singgah ke artefak bersejarah yaitu meriam Si Jagur, peninggalan Portugis. Dijelaskan bahwa meriam ini dibuat oleh Manoel Tavares Baccaro dan memiliki sejarah yang cukup unik, mulai dari fungsi awalnya hingga kisah-kisah mistis yang berkembang di masyarakat.

Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah)

Tak lengkap rasanya ke Kota Tua tanpa mengunjungi Museum Fatahillah. Bangunan ini dulunya merupakan kantor gubernur VOC dan memiliki ruang penjara di bagian bawahnya. Kemudian, masih mempertahankan bentuk asli dan keotentikan interior peninggalan Belanda. Kami pun menyempatkan diri untuk berfoto bersama di depan museum ini, mengabadikan momen kebersamaan.

Jembatan Budaya Kali Besar

Kami berjalan menuju Jembatan Budaya Kali Besar, yang kini tampil cantik berkat proses revitalisasi. Gilang menjelaskan bahwa kawasan Kali Besar dulunya adalah pusat distrik bisnis (business center) yang sangat penting di masa penjajahan.

Toko Merah

Salah satu bangunan ikonik berikutnya adalah Toko Merah, peninggalan kolonial Belanda yang masih kokoh berdiri. Arsitekturnya mencolok dengan cat merahnya yang khas, dan menyimpan cerita tentang elit-elit VOC pada zamannya.

Gedung Kertaniaga

Perjalanan kami berlanjut ke Gedung Kertaniaga, bangunan yang tidak kalah bersejarah. Di sini kami belajar tentang fungsi awal bangunan tersebut dalam konteks perdagangan, serta kapan dan mengapa gedung ini dibangun.

Berkawan ke Rumah GNFI, Tukar Pikiran dengan Obrolan Yang Intens Bersama Internal GNFI

Jembatan Kota Intan

Destinasi terakhir adalah Jembatan Kota Intan, yang merupakan jembatan tertua di Indonesia dan dibangun pada tahun 1628 oleh VOC. Sebagai saksi bisu perjalanan waktu, jembatan ini menjadi penutup yang sempurna dari tur hari itu.

dokumentasi pribadi
info gambar

Refleksi di Pinggir Kali

Setelah seluruh titik kunjungan selesai, kami duduk bersama di kawasan Jembatan Budaya Kali Besar. Setiap peserta diberikan kartu refleksi berisi pertanyaan berbeda, yang mendorong kami untuk merenung dan berbagi.

Satu per satu, kami maju ke depan untuk memperkenalkan diri dan menjawab pertanyaan refleksi tersebut. Mulai dari kesan pribadi hingga harapan terhadap pelestarian cagar budaya, sesi ini menjadi ruang yang hangat, penuh keakraban, dan saling mendengarkan.

Tak jarang, tawa dan tepuk tangan pecah setelah masing-masing peserta berbagi cerita.

Kota Tua, Jejak Masa Lalu yang Menyatu dengan Masa Kini

Walking tour ini bukan sekadar perjalanan menelusuri bangunan tua. Ia menjadi pengalaman mendalam untuk memahami sejarah, menyadari pentingnya pelestarian, dan merajut kebersamaan dalam komunitas.

Kota Tua, hari itu, bukan lagi sekadar kawasan wisata, melainkan ruang bertumbuh dan berbagi.

Bagi para Kawan GNFI yang belum sempat ikut, semoga kisah ini bisa menjadi dorongan untuk menjelajahi kota-kota bersejarah lainnya. Karena sejarah tidak pernah benar-benar usang, ia hanya menunggu untuk kita dengar kembali, dengan langkah kaki dan hati yang terbuka.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

QF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.