memori kejayaan komoditas perkebunan di tanah priangan melalui jalur bandung ciwidey - News | Good News From Indonesia 2025

Memori Kejayaan Komoditas Perkebunan di Tanah Priangan Melalui Jalur Bandung-Ciwidey

Memori Kejayaan Komoditas Perkebunan di Tanah Priangan Melalui Jalur Bandung-Ciwidey
images info

Jalur kereta api Bandung-Ciwidey menjadi bagian dari kisah kegemilangan perkebunan di Jawa Barat. Keberadaan jalur ini menjadi titik awal perusahaan-perusahaan Belanda meraih emas dari Tanah Priangan.

Pembukaan jalur kereta api di Bandung telah memberikan harapan baru karena mahalnya ongkos saat menggunakan pedati sebagai sarana angkutan. Staatsspoorwegen (SS) yang merupakan perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda menginisiasi pembangunan jalur Bandung-Ciwidey. 

Pembangunan jalur kereta api Bandung-Ciwidey ini rampung pada 17 Juni 1924.
SS menghabiskan total biaya sekitar 1.385.000 gulden untuk segmen pertama Bandung-Kopo dan 1,7 juta gulden untuk segmen Soreng-Ciwidey.

Lasmiyati dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat di Patanjala Vol.9 No.2 Juni 2017: 197-212 menjelaskan bersikerasnya pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta ini tidak lepas dari kepentingan ekonomi. Hal ini terkait dengan pengangkutan hasil onderneming atau perkebunan seperti komoditas teh dari wilayah Bandung Selatan. 

"Untuk jalur ke perkebunan teh pada tahun 1918 dibangun jalur Bandung-Kopo dan kemudian ke Ciwidey," tulisnya.

Perusahaan yang diuntungkan

Dimuat dari Pikiran Rakyat, daerah Bandung Selatan merupakan wilayah yang paling banyak diincar oleh para tuan tanah. Hal ini tidak lepas dari persebaran perkebunan di Bandung Selatan pada awal abad ke-20.

Sejarawan Agus Mulyana mencatat perkebunan-perkebunan swasta tersebar di beberapa distrik di Bandung selatan. Di Distrik Banjaran ada 27 persil dengan luas 5.904 bau; Distrik Cisondari 17 persil dengan luas 2.897 bau; Distrik Majalaya 15 persil dengan luas 4.135 bau.

Sebagian besar perkebunan ini milik pengusaha Eropa, ada pula sebagian kecil yang dimiliki oleh orang Cina. Adapun jenis tanaman yang ditanam pada perkebunan-perkebunan tersebut yaitu teh, kina, dan kopi.

Beberapa pengusaha besar yang ikut melirik tempat ini yakni Ir. Kerkhoven dan K.A.R. Bosscha. Kerkhoven memiliki lahan perkebunan di distrik Banjaran dan Cisondari.

Daerah penanaman perkebunan yang dimiliki oleh Kerkhoven, yaitu di persil Arjasari I hingga VII, Gambung I dan II. Boscha memiliki lahan perkebunan di distrik Banjaran dengan tanah persil Tanjung Pinang I hingga II, Pengharepan, dan Malabar.

Selain teh, kina, dan kopi, Bandung Selatan punya hutan kayu kuliatas jempolan. Jenis kayu ini sering digunakan untuk kepentingan bahan bangunan.

“Tentu saja untuk mempercepat pengangkutan komoditi unggulan ini, diperlukan trasportasi kereta barang sekaligus manusia. Maka begitu penting waktu itu dibuat jalur kereta api Bandung-Ciwidey,” jelasnya.

Kehilangan pamor

Sekitar 58 tahun lamanya, jalur kereta api Bandung-Ciwidey ini beroperasi sampai akhirnya harus diberhentikan. Hal bukan tanpa sebab, ada beberapa faktor seperti kecelakaan dan menurunnya permintaan komoditas seperti di zaman Belanda.

Aktivitas pengangkutan hasil perkebunan menggunakan kereta lalu mengalami penurunan. Jalur kereta pun berangsur-angsur tak difungsikan. 

“Kereta hanya digunakan sebagai alat angkutan penumpang yang tidak begitu menguntungkan," tulis Lasmiyati.

Pada tahun 1982, jalur kereta api Bandung-Ciwidey ditutup dan berhenti beroperasi setelah kurang lebih 60 tahun. Walau sekarang ada rencana untuk melakukan reaktiviasi.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.