mengungkap fakta tari saman warisan leluhur gayo yang mendunia - News | Good News From Indonesia 2025

Mengungkap Fakta Tari Saman: Warisan Leluhur Gayo yang Mendunia

Mengungkap Fakta Tari Saman: Warisan Leluhur Gayo yang Mendunia
images info

Mendengar Tari Saman, apa yang terlintas di benak Kawan GNFI?

Tari Saman mulai terkenal di Indonesia sejak diperkenalkan pada Pekan Kebudayaan Aceh ke-2 (1972) dan ditampilkan di pembukaan Taman Mini Indonesia Indah pada tahun 1974. Debutnya di dunia internasional dimulai dari agenda KIAS (Kerja sama Indonesia Amerika Serikat).

Sejak saat itu, Tari Saman kerap mengisi panggung dunia, antara lain Spanyol, Malaysia, Australia, Perancis, Belgia, dan Uni Emirat Arab. Dan pada tahun 2011, UNESCO menyertakan Saman dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda yang Perlu Dilestarikan (List of Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent Safeguarding).

Akan tetapi apakah Tari Saman yang termahsyur itu sama dengan yang Kawan GNFI pikirkan? Di kota besar, terutama DKI Jakarta, ‘Tari Saman’ terkenal sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang diminati banyak pelajar putri, bahkan dilombakan antar sekolah.

Padahal, yang disebut ‘Tari Saman’ itu sebenarnya adalah Tari Ratoh Jaroe, yakni tari kreasi ciptaan Yusri Saleh alias Dek Gam yang pertama mengajarkannya di SMA 70 Jakarta. Kedua tarian ini sangatlah berbeda, terutama ditilik dari sejarahnya.

Lebih dari Sekedar Tarian : Saman sebagai Warisan Leluhur Suku Gayo

Tari Saman lahir di tengah peradaban Suku Gayo, salah satu dari 13 suku di Aceh. Lebih dari sekedar tarian, tradisi Saman merupakan sejarah panjang yang bisa ditarik hingga ratusan tahun ke belakang. Secara tertulis, tradisi pertunjukan Saman tercatat dalam jurnal Marco Polo yang singgah di Kerajaan Pasai pada tahun 1292.

Dalam catatan perjalanannya, ia mendengar keramaian yang tadinya dikira perkelahian, ternyata sekelompok pemuda sedang memukul-mukul dada sambil duduk di atas pohon kelapa yang rebah (berjejunten). Artinya, tradisi ini sudah ada tak kurang dari 700 tahun silam.

Namun menurut sejarah lisan, konon Saman dikembangkan oleh seorang ahli Tasawuf dari Madinah bernama Syech Samman pada abad ke-18 Masehi sebagai media dakwah. Hingga kini, jika kawan datang ke wilayah Kabupaten Gayo Lues, kawan akan mendapati anak-anak dan remaja duduk dengan kaki menjuntai, menepuk-nepuk dada sambil bersyair.

Hal-hal Tersembunyi dari Tari Saman yang Wajib Kita Tahu

Inilah Ciri Khas Tari Saman Gayo

Sekelompok pemuda duduk berderet, menepuk tangan, dada, pangkal paha dan tanah dengan gerakan atraktif. Memutar tubuh dan kepala sedemikian rupa, menghempaskan badan ke kanan dan ke kiri saling bergantian dengan tempo cepat sambil bernyanyi dengan merdu tanpa iringan alat musik apapun. Sungguh sulit mengalihkan pandangan dari para penari Saman. Dilihat dari mana pun, Tari Saman merupakan pertunjukan yang memukau.

Saman Gayo atau yang lazim dikenal dengan Tari Saman, dimainkan oleh laki-laki berjumlah ganjil. Satu kelompok dipimpin oleh seorang ceh atau penangkat bersuara merdu, yang bertugas melantunkan syair serta mengatur gerakan. Kanan-kirinya diapit oleh anggota, dan di ujung barisan terdapat dua orang penjepit untuk menjaga formasi tetap stabil.

Syair dalam Saman memakai Bahasa Gayo. Isinya bisa mengandung nasehat, ilmu agama, atau humor. Pada mulanya, orang yang ditunjuk sebagai ceh, haruslah orang yang berpengetahuan, baik itu pengetahuan agama, adat, manusia, serta lingkungan.

dokumentasi pribadi
info gambar

Jika dilihat sekilas, mudah saja membedakan Tari Saman dengan jenis tarian lainnya hanya dari kostum. Kostum Saman dibuat dengan dasar warna hitam yang dipenuhi bordiran motif Kerawang Gayo berwarna kuning emas, merah, hijau, dan putih. Setiap motif mengandung makna yang mendalam.

Satu set kostum Saman terdiri dari baju berlengan pendek, celana panjang, pawak (semacam sarung selutut), dan teleng (hiasan kepala).

Ragam Pertunjukan Saman di Gayo Lues : Dari Sawah Hingga Festival

Dilihat dari durasi dan jenisnya, ada beberapa varian pertunjukan Saman di daerah tempat asalnya :

Saman Jejunten, kerap dilakukan oleh para pemuda di malam hari. Posisinya sembarangan, tidak teratur, karena dimaksudkan untuk berlatih dan mengarang syair serta gerakan baru.

Saman Jalu, yakni saman yang ditampilkan dalam festival atau kompetisi dalam rangka memperingati hari besar. Karena adanya penilaian dari dewan juri, di sini lah para pemain Saman berkreasi menciptakan lagu dan gerakan yang menarik, rancak, dan kompak. Jenis Saman inilah yang kemudian berkembang menjadi Tari Saman banyak dikenal orang.

Saman Njik, yaitu Saman yang dilakukan pada masa panen padi. Para pemuda duduk ber-Saman di atas pematang sawah pada saat istirahat merontok padi (memisahkan gabah dan bulir padi).

Saman Kumah Sara, dilaksanakan di malam hari setelah acara pernikahan di kampung.

Bejamu Saman, yaitu tradisi mengundang pemuda dari kampung lain untuk bersaman semalam suntuk dan berbalas syair. Bejamu Saman terbagi menjadi 3 macam, yakni Saman serlo seingi (sehari semalam), roa lo roa ingi (dua hari dua malam), dan tulu lo tulu ingi (tiga hari tiga malam).

Yang menarik dari tradisi ini, warga yang menjadi tuan rumah memilih seorang tamu (jamu) yang datang dari kampung lain untuk tinggal di rumahnya selama bertandang. Dengan prosesi itu, tamu dan tuan rumah menjadi berserinen (bersaudara). Tak jarang, selepas Bejamu Saman, kedua orang tersebut benar-benar menjadi layaknya saudara kandung dan saling mengundang.

Tari Ratoh Jaroe, Tari Kreasi dari Aceh

Mengapa Hanya Laki-Laki yang Boleh Menarikan Saman? Ini Alasannya

Ada pepatah Gayo yang berbunyi, “Bukan laki-laki kalau tidak bisa bersaman.” Di daerah asalnya, Saman memang ditujukan untuk laki-laki. Sejak balita, anak-anak sudah dibiasakan pergi ke menasah (surau) untuk mengaji, selepas itu, di bawah menasah itulah mereka belajar bersaman.

Ditilik dari sejarahnya, para pemuda dan laki-laki dewasa bepergian ke kampung lain untuk Bejamu Saman. Hal ini di jaman nenek moyang orang Gayo, tentu sulit dilakukan oleh kaum perempuan karena mengingat kondisi geografis yang berbukit-bukit, jarak antar kampung bisa memakan waktu berhari-hari.

Selain merupakan tradisi yang sudah diwariskan turun-menurun, ada satu lagi alasan logis yang mendasari mengapa Saman hanya boleh ditarikan atau dimainkan oleh laki-laki.

Tari Saman Gayo sejatinya adalah seni perkusi tubuh atau body percussion. Sebagian besar gerakannya berfokus pada tepukan di bagian dada untuk menciptakan suara yang keras dan bertalun-talun. Tentu hal ini tak mungkin dilakukan oleh kaum hawa.

Jika dipandang memungkinkan sekalipun, dikhawatirkan dapat beresiko pada kesehatan. Oleh karena itu, pada tari-tarian yang terinspirasi oleh Saman dengan penari perempuan, seperti Ratoh Duek dan Ratoh Jaroe, digunakan alat musik tabuhan (rapa’i) untuk menimbulkan bunyi-bunyian.

Sekarang Kawan GNFI sudah bisa mengenali Tari Saman dengan mudah, bukan? Mari turut menjaga warisan budaya dengan mengapresiasi tradisi lokal.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.