menakar kebijakan pengaturan alat kontrasepsi di minimarket - News | Good News From Indonesia 2025

Menakar Kebijakan Pengaturan Alat Kontrasepsi di Minimarket

Menakar Kebijakan Pengaturan Alat Kontrasepsi di Minimarket
images info

Kawan GNFI, penjualan kondom selama ini kerap menjadi topik yang sensitif di tengah masyarakat Indonesia. Di satu sisi, kondom adalah alat kontrasepsi modern yang penting dalam mencegah kehamilan tak diinginkan serta penyebaran penyakit menular seksual (PMS).

Namun di sisi lain, keberadaannya yang dijual bebas di minimarket dan supermarket seringkali menimbulkan rasa canggung, kekhawatiran sosial, dan bahkan potensi penyalahgunaan oleh anak di bawah umur.

Banyak pihak beranggapan bahwa akses terlalu mudah terhadap kondom dapat berujung pada perilaku seksual yang tidak sehat, terutama bagi generasi muda yang belum memiliki edukasi seks yang memadai.

Oleh karena itu, wacana untuk membatasi penjualannya hanya di apotek layak untuk dikaji lebih jauh.

Mengapa Penjualan di Minimarket Bisa Menimbulkan Masalah?

Minimarket atau supermarket memiliki karakteristik sebagai tempat jual beli yang terbuka, cepat, dan minim interaksi mendalam antara penjual dan pembeli. Ini artinya, siapa saja bisa membeli barang di sana tanpa harus melalui proses verifikasi atau edukasi.

Kondom yang dipajang di rak terbuka bisa diambil oleh siapapun, termasuk anak-anak dan remaja. Bahkan, dalam beberapa kasus, produk ini menjadi bahan lelucon atau dianggap sebagai barang yang ‘menarik’ untuk coba-coba, bukan karena kebutuhan yang sesungguhnya. Ini tentu menimbulkan kekhawatiran akan penyalahgunaan.

Mengurangi Rasa Malu dan Canggung

Kawan GNFI, tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat kita masih memandang penggunaan alat kontrasepsi sebagai hal yang tabu. Pembeli yang benar-benar membutuhkannya pun seringkali merasa malu, terutama ketika harus membelinya di depan umum atau di hadapan kasir yang tidak terlatih untuk bersikap profesional dalam menghadapi produk kesehatan.

Dengan menjadikan apotek sebagai satu-satunya tempat resmi penjualan kondom, situasi tersebut bisa diminimalisir.

Di apotek, suasana lebih kondusif untuk menjaga privasi. Pembeli dapat berkonsultasi langsung kepada apoteker jika memerlukan informasi tambahan seputar penggunaan yang benar dan aman.

Apotek: Tempat yang Lebih Profesional untuk Edukasi dan Pengawasan

Tenaga farmasi di apotek tidak hanya bertugas menjual obat-obatan, tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat. Ketika seseorang membeli kondom di apotek, ada kesempatan untuk menyampaikan informasi yang penting mengenai pencegahan penyakit menular seksual, cara penggunaan yang benar, serta konsekuensi dari perilaku seksual yang tidak aman.

Pendekatan ini tentunya jauh lebih edukatif dibandingkan dengan sistem jual-beli instan seperti di minimarket. Apotek juga dapat memiliki kebijakan internal untuk menolak penjualan kepada anak di bawah umur jika dirasa perlu, sebagai bentuk kontrol yang bertanggung jawab.

Melindungi Anak di Bawah Umur dari Akses Bebas

Salah satu kekhawatiran terbesar masyarakat adalah kemudahan anak-anak atau remaja mengakses alat kontrasepsi tanpa kontrol. Dalam konteks psikologis dan perkembangan remaja, adanya rasa penasaran bisa berujung pada tindakan yang kurang bijak.

Hal ini bisa terjadi jika mereka melihat kondom sebagai "barang dewasa yang bisa dibeli siapa saja".

Dengan mewajibkan pembelian hanya melalui apotek, maka proses pengawasan bisa lebih ketat. Bahkan, ada wacana yang mengusulkan penggunaan KTP sebagai syarat pembelian untuk memastikan bahwa produk ini hanya dijual kepada orang dewasa. Misalnya, seperti yang pernah dilakukan Pemerintah Kota Makassar yang menyebar edaran agar pembelian kondom menjelang Hari Valentine harus disertai dengan KTP.

Bukan Soal Membatasi, tapi Mengedukasi dengan Bertanggung Jawab

Kawan GNFI, penting untuk dipahami bahwa usulan pembatasan penjualan kondom bukan bertujuan untuk menghambat hak individu terhadap akses alat kontrasepsi.

Justru, usulan ini datang dari niat baik untuk melindungi generasi muda dari potensi penyalahgunaan dan pemahaman yang keliru tentang seksualitas.

Edukasi seksual yang bertanggung jawab seharusnya menjadi garda terdepan. Berdasarkan data dari riset DKT Indonesia, 84% remaja di Indonesia belum mendapatkan pendidikan seksual yang cukup memadai.

Ini menjadi masalah serius, karena tanpa edukasi yang benar, akses terhadap alat kontrasepsi tidak akan optimal dalam mencegah kehamilan tak diinginkan atau penyebaran PMS.

Bagaimana Negara Lain Mengatur Penjualan Kondom?

Beberapa negara memiliki kebijakan berbeda terkait penjualan kondom. Di beberapa negara Eropa, kondom bisa dibeli dengan bebas di vending machine, supermarket, bahkan toilet umum, karena edukasi seksual sudah dimulai sejak dini dan masyarakatnya lebih terbuka terhadap isu kesehatan reproduksi.

Namun, di negara-negara yang masyarakatnya masih konservatif, seperti Indonesia, pendekatan yang lebih hati-hati diperlukan. Edukasi belum merata, nilai-nilai sosial masih kuat, dan stigma terhadap pembicaraan seksualitas masih tinggi.

Maka, pendekatan yang sesuai konteks lokal seperti membatasi penjualan hanya di apotek, menjadi pilihan yang lebih bijak.

Saatnya Mengatur Akses, Bukan Melarang

Kawan GNFI, menjual kondom hanya di apotek bukanlah bentuk pelarangan, melainkan pengaturan. Pengaturan ini bertujuan menciptakan lingkungan yang lebih bertanggung jawab terhadap penggunaan alat kontrasepsi.

Di satu sisi, kita tetap memberi akses terhadap alat perlindungan yang vital untuk kesehatan reproduksi. Di sisi lain, kita menjaga nilai sosial dan mencegah potensi penyalahgunaan, terutama oleh anak di bawah umur.

Langkah ini juga harus diiringi dengan kebijakan edukasi seksual yang masif dan terstruktur, agar masyarakat terutama remaja memahami bahwa seks bukan hanya soal kebutuhan biologis, tapi juga soal tanggung jawab moral dan kesehatan jangka panjang.

Jadi, mari kita dukung distribusi kondom yang lebih bijak, lebih terarah, dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kesehatan serta perlindungan generasi muda.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

OA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.