Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa umat manusia ke dalam era digitalisasi yang menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan. Mulai dari sektor pendidikan, ekonomi, hingga layanan publik, digitalisasi menjanjikan efisiensi, kemudahan akses, dan percepatan dalam berbagai aktivitas.
Namun, di balik gemerlap manfaat digitalisasi, terdapat sisi gelap yang mengintai: kesenjangan sosial yang kian melebar.
Digitalisasi bukanlah sekadar trend, melainkan sebuah revolusi. Dalam bidang pendidikan, platform daring memungkinkan siswa belajar tanpa harus hadir secara fisik di kelas. Dalam sektor ekonomi, e-commerce membuka peluang bagi pelaku usaha kecil menengah (UKM) untuk memasarkan produknya secara global.
Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, aplikasi digital membantu masyarakat mengakses layanan transportasi, perbankan, hingga layanan kesehatan. Namun demikian, tidak semua lapisan masyarakat mampu mengikuti laju perkembangan ini secara merata.
Literasi Digital Kunci Kemajuan dan Upaya Mencerdaskan Bangsa
Kawan, kesenjangan digital (digital divide) menjadi permasalahan yang makin nyata. Istilah ini merujuk pada ketimpangan akses, kemampuan, dan pemanfaatan teknologi digital di kalangan masyarakat. pada satu sisi, terdapat kelompok yang mampu memanfaatkan teknologi secara optimal, baik karena faktor ekonomi, pendidikan, maupun lokasi geografis.
Di sisi lain, terdapat kelompok yang tertinggal dan bahkan tidak memiliki akses sama sekali, seperti masyarakat di daerah tertinggal, terpencil, dan perbatasan.
Kondisi ini menimbulkan konsekuensi serius. Masyarakat yang tidak mampu mengakses teknologi digital berisiko mengalami marginalisasi sosial dan ekonomi. Anak-anak dari keluarga kurang mampu, misalnya, kesulitan mengikuti pembelajaran daring saat pandemi karena tidak memiliki perangkat atau koneksi internet yang memadai.
Para petani dan nelayan tradisional juga kerap tertinggal dalam memasarkan hasil produksinya secara digital karena keterbatasan literasi digital.
Lebih jauh lagi, Kawan, kesenjangan digital memperkuat ketimpangan sosial yang sudah ada. Mereka yang sudah berada dalam posisi sosial-ekonomi tinggi cenderung makin diuntungkan oleh digitalisasi, sedangkan yang berada di posisi rendah makin terpinggirkan.
Hal ini menimbulkan ketidakadilan struktural yang berkelanjutan, dan berpotensi menimbulkan konflik sosial jika tidak segera diatasi.
Pemerintah dan masyarakat sipil memiliki tanggung jawab besar dalam menjembatani kesenjangan ini. Pemerataan infrastruktur digital, terutama di wilayah-wilayah tertinggal, harus menjadi prioritas pembangunan nasional.
Selain itu, peningkatan literasi digital juga sangat penting. Masyarakat tidak hanya diajarkan cara menggunakan teknologi, tetapi juga bagaimana memanfaatkannya secara kritis dan produktif.
Program pelatihan keterampilan digital, subsidi perangkat teknologi bagi keluarga kurang mampu, serta kerja sama dengan sektor swasta untuk membuka akses dan peluang kerja di bidang digital adalah langkah-langkah konkret yang dapat diambil.
Tantangan Akuntan di Era Digital, Otomatisasi dan AI
Dunia pendidikan juga perlu beradaptasi dengan mengintegrasikan pembelajaran berbasis digital secara inklusif, tanpa meninggalkan mereka yang memiliki keterbatasan akses.
Digitalisasi seharusnya menjadi alat untuk menciptakan keadilan sosial, bukan memperparah ketimpangan. Dengan pendekatan yang inklusif, adil, dan berpihak pada kelompok rentan, maka era komputerisasi modern dapat menjadi momentum penting untuk membangun masyarakat yang lebih setara dan berdaya, kawan.
Namun Kawan, upaya mengatasi kesenjangan sosial di era digital bukan hanya tugas pemerintah atau lembaga formal. Setiap individu juga memiliki peran penting.
Dalam komunitas, Kawan dapat memulai dengan langkah kecil seperti membantu orang-orang di sekitar memahami penggunaan gawai, memperkenalkan aplikasi bermanfaat, atau bahkan berbagi koneksi internet untuk kepentingan bersama.
Solidaritas digital adalah kunci. Ketika mereka yang lebih dahulu menguasai teknologi bersedia berbagi pengetahuan dan akses, maka masyarakat yang tertinggal pun dapat ikut maju.
Sekecil apa pun kontribusimu, jika dilakukan secara kolektif dan konsisten, akan berdampak besar bagi upaya pemerataan literasi digital.
Tak bisa dimungkiri, transformasi digital akan terus berkembang, dan dunia tidak akan menunggu. Oleh karena itu, kepekaan sosial harus menjadi fondasi dalam setiap kebijakan dan inovasi teknologi.
Jangan sampai teknologi yang diciptakan untuk mempermudah hidup justru menciptakan jurang yang memisahkan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News