ceo shira media cahyo satria jelaskan alur penerbitan buku ini katanya - News | Good News From Indonesia 2025

CEO Shira Media Cahyo Satria Jelaskan Alur Penerbitan Buku, Ini Katanya

CEO Shira Media Cahyo Satria Jelaskan Alur Penerbitan Buku, Ini Katanya
images info

Cahyo Satria Wijaya adalah CEO sekaligus pendiri penerbit buku Shira Media. Sejak 2008 ia sudah mewarnai dunia literasi Indonesia dan dikenal lewat rumah penerbitan yang berbasis di Kota Yogyakarta tersebut.

Lulusan SMA rupanya tak jadi soal bagi Cahyo dalam mendirikan perusahaan penerbitan sendiri. Berangkat dari kecintaan terhadap buku, kerja kerasl, dan kelihaian melihat peluang bisnis, ia pun sanggup membuat Shira Media eksis dan menjadi penerbit andalan penulis ternama di tanah air.

Cahyo sebagai pendiri tentu mengerti bagaimana tahapan penerbitan buku. Rupanya, tidak bisa dibilang mudah karena tahapannya panjang sehingga penulis kudu punya kesabaran tinggi menunggu naskahnya diterbitkan menjadi buku.

Panjangnya Alur Penerbitan Buku

Kawan GNFI yang budiman, alur penerbitan buku umumnya tidak semudah simsalabim. Tahu-tahu besok jadi, siap baca, tersedia di etalase toko, dan penulis bisa langsung menikmati royalti atas jerih payah menulisnya. Tidak seperti itu ya.

Alur penerbitan buku panjang sehingga penulis mesti ekstra sabar menunggu kabar dari penerbit. Pihak penerbit pun tak jauh berbeda. Mereka dibekali rasa sabar yang sama besarnya karena ada tahap-tahap yang harus dilakukan sampai akhirnya mengirim kabar baik ke penulis bahwa buku bisa naik cetak. Cahyo sendiri menilai proses panjang penerbitan buku ini layaknya sebuah perjalanan.

“Menurutku buku is like a journey, kayak sebuah perjalanan yang dari ide dan gagasan yang ada di kepala penulis sampai akhirnya ke pembaca,” ucap Cahyo kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.

Alurnya secara singkatnya seperti ini. Penerbit menerima naskah dari penulis, tetapi tidak bisa menyetujui begitu saja. Jika ingin masuk tahap berikutnya, isi naskah penulis mesti sama dengan idealisme dan ketentuan yang dipegang penerbitnya. Misalnya Shira Media menerima buku-buku kategori novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, buku anak, sampai pengetahuan populer dengan panjang naskah 120-170 halaman.

Jika tahap itu berhasil dilewati, naskah kemudian diteruskan ke tim editor yang mengatur desain tata letak, tata bahasa, sampul, dan bubuhan ilustrasi dari ilustrator. Setelah itu, naskah lalu dicetak tapi dalam bentuk buku dumi agar pembaca pruf bisa memeriksa lagi tulisan atau konteks kalimat yang salah. Ketika sudah oke, naskah pun masuk percetakan.

“Dicetak di percetakan. Nah, percetakan ada dua sistemnya, pertama percetakan milik penerbitannya sendiri, kedua percetakan di luar milik penerbitannya. Kadang-kadang orang susah nih membedakan,” ujar Cahyo.

Setelah naik cetak, buku pun langsung didistribusikan ke toko buku, online maupun offline. Jika yang disasar toko buku offline yang memiliki jaringan seperti Gramedia, buku nantinya bisa disebarkan ke jejaring mereka agar bisa sampai ke pembaca secara meluas.

“Nah, jadi proses dari ide, gagasan, layout, edit, proofing, dan seterusnya sampai pada akhirnya ke toko buku. Sepanjang itu buku didistribusikan ke toko buku jaringan, di-display di toko-toko buku dipajang di marketplace sampai akhirnya bisa dibeli pembaca,” kata Cahyo lagi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dimas Wahyu Indrajaya lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dimas Wahyu Indrajaya.

DW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.