menyelami sejarah lewat cerita berikut 9 rekomendasi buku pramoedya ananta toer - News | Good News From Indonesia 2025

Menyelami Sejarah Lewat Cerita! Berikut 9 Rekomendasi Buku Pramoedya Ananta Toer

Menyelami Sejarah Lewat Cerita! Berikut 9 Rekomendasi Buku Pramoedya Ananta Toer
images info

Halo Kawan GNFI! Ada yang pernah mendengar nama Pramoedya Ananta Toer? Sosok legenda bagi dunia sastra di Indonesia. Bagaimana tidak, kekhasan tulisannya yang kental akan sejarah dan kritiknya mampu menggugah siapa pun yang membacanya.

Kemampuannya dalam menyajikan sejarah yang kompleks ke dalam cerita sederhana membuat Kawan bisa memahami sejarah Indonesia dengan cara yang menyenangkan. Maka dari itu, untuk mengenali karya-karyanya, berikut 9 rekomendasi buku Pramoedya Ananta Toer yang dapat Kawan baca. 

Pram Sang Sastrawan Legendaris Beserta Karyanya

1. Bumi Manusia

Siapa yang tidak mengenal karya paling fenomenal dari Pram ini? Buku yang mengambil latar belakang awal abad ke-20 saat Indonesia berada di fase 'mengenali' jati dirinya. 

Buku yang mengawali Tetralogi Pulau Buru ini bercerita tentang Minke, seorang pribumi yang kagum atas budaya Eropa yang serba maju. Hal itu tergambar dari tulisannya yang sarat akan Eropa. 

Namun, keadaan berbalik ketika Minke menghadapi ketidakadilan sebagai seorang pribumi. Realitas bahwa menjadi terjajah sama artinya dengan ketidakberdayaan. Peristiwa ini akhirnya menjadi titik balik Minke untuk mengenali dan menyadari keadaan sebangsanya di bawah penjajahan Belanda.

2. Anak Semua Bangsa

Anak Semua Bangsa menjadi lanjutan kisah perjalanan Minke dalam Tetralogi Pulau Buru. Di buku ini, Minke mulai terjun langsung untuk menelaah setiap penderitaan yang dialami sebangsanya.

Berawal dari kunjungan ke kampung halaman Nyai Ontosoroh, Minke dipertemukan dengan berbagai realitas yang dihadapi pribumi, mulai dari petani yang kehilangan tanah, hingga pada gadis yang meninggalkan keluarga dan harga dirinya di tangan penjajah. 

Hal ini menyingkap sudut pandang baru bahwa perjuangan yang dilakukan sebangsanya jauh lebih mengagumkan dibandingkan budaya yang selama ini diagung-agungkannya. Dari titik inilah, Minke akhirnya meneguhkan diri untuk berjuang demi kepentingan sebangsanya yang terjajah.

3. Jejak Langkah

Buku ketiga dari Tetralogi Pulau Buru ini membahas tentang langkah progresif yang diambil Minke untuk mewujudkan perjuangannya. Bermula dari menempuh pendidikan di STOVIA, Minke bertemu dan belajar dari beragam manusia yang juga sedang memperjuangkan keadilan dan kebebasan untuk orang-orang di sekitarnya.

Saat bertemu Ang San Mei, gadis keturunan Tionghoa yang akhirnya menjadi pujaan hatinya, Minke memperoleh keberanian untuk memulai organisasi pergerakan kaum pribumi. Suatu hal yang belum lazim pada masa itu.

Hal ini membuatnya disegani sekaligus menjadi musuh pihak tertentu. Namun, atas keteguhannya, Minke berhasil mengembangkan organisasi tersebut dan menggugah banyak orang untuk melawan penjajahan Belanda.

4. Rumah Kaca

Jika tiga buku sebelumnya menggunakan sudut pandang Minke, maka buku terakhir dari Tetralogi Pulau Buru ini menggunakan sudut pandang dari seorang pribumi yang bekerja untuk penjajah. Pangemanan, nama tokoh tersebut, menjalankan misi politik untuk menumpaskan pergerakan yang dilakukan kaum pribumi, sebangsanya sendiri.

Pada suatu kali, pekerjaan itu membuatnya harus berhadapan dengan sosok Minke yang menggugat nuraninya. Namuni, atas ambisi pribadinya, Pangemanan terpaksa mencengkeram pergerakan Minke dan mengirimnya ke pengasingan. Suatu hal yang akhirnya membuat Pangemanan berada dalam penyesalan terbesar di dalam hidupnya.

Pramoedya, Bicara Karya dan Kepercayaan Penuhnya kepada Manusia

5. Arus Balik

Arus balik adalah salah satu karya Pram yang paling terkenal. Buku ini bercerita tentang dinamika kehidupan masyarakat Jawa pasca jatuhnya Kerajaan Majapahit.

Jika sebelumnya, segala bentuk kekuasaan mengalir dari selatan ke utara, maka setelah runtuhnya Majapahit, arus berbalik dari utara ke selatan. Kerajaan yang bermukim di utara mulai memberontak dan memperluas kekuasaannya

Walaupun berlatar kisah kerajaan pada masa lampau, tetapi cara Pram dalam menyajikan novel ini sangat apik dengan bumbu-bumbu heroik dari seorang tokoh protagonis bernama Galeng, yang melakukan perjuangan untuk membendung arus balik tersebut.

6. Gadis Pantai

Gadis Pantai mengambil latar belakang budaya patriarki yang melekat di Indonesia pada abad ke-20. Buku ini bercerita tentang seorang perempuan yang dipanggil Gadis Pantai, sebuah gambaran realitas bagaimana perempuan hanya dianggap sebagai kelas kedua di dalam masyarakat.

Gadis Pantai harus menghadapi kepahitan hidup di usianya yang masih belia. Saat itu, dirinya dinikahi oleh seorang bangsawan sebagai istri simpanan. Hal ini membuat tepi pantai yang riang harus berganti dengan dinding mewah yang menyekap kebebasannya.

Tidak berhenti di situ, dinamika hidupnya mulai terjadi, termasuk kenaikan status sosial yang tidak membuatnya bahagia dan terisolasi dari hal-hal yang dulu membuatnya merasa hidup.

Buku ini menjadi gambaran bagaimana kehidupan perempuan di dalam budaya patriarki yang kental dengan dominasi terhadap tubuh dan pikiran. Perempuan akhirnya terpenjara atas hak-hak kebebasannya, dan tak ada yang bertanggung jawab atas penderitaan tersebut.

7. Perburuan

Perburuan menjadi salah satu novel yang ditulis Pram saat dirinya berada dalam masa penahanan. Perburuan berkisah tentang perjalanan Den Hardo, seorang tentara PETA yang memberontak demi kemerdekaan Indonesia. 

Namun, pemberontakan itu berjalan tidak sesuai rencana saat Hardo harus menghadapi kenyataan bahwa sahabatnya, Karmin, telah berkhianat. Hal ini membuatnya diburu oleh Jepang dan menjalani kehidupan menggelandang dari satu titik ke titik lainnya.

Novel ini menggambarkan tantangan emosional yang dihadapi Hardo dalam masa perburuan, termasuk yang berhubungan dengan tunangan dan ayahnya. Akan tetapi, keyakinan Hardo terhadap kemerdekaan Indonesia tak menyurutkan langkahnya.

8. Bukan Pasar Malam

Bukan Pasar Malam mengambil latar belakang pasca kemerdekaan Indonesia. Buku ini sarat akan krisis eksistensial yang dialami tokoh “Aku”, seorang pemuda revolusioner yang sangat loyal terhadap negara.

Pengorbanannya dalam memperjuangkan masa depan Indonesia dianggapnya sia-sia saat menghadapi ayahnya yang sedang sakit. Dia tersadar sekaligus kecewa saat perjuangannya dibayar tuntas melalui kemiskinan yang dihadapinya, sedangkan negara sibuk dengan kepentingan diri sendiri. Hal ini membawanya pada pertanyaan-pertanyaan yang dilematis dan penuh keputusasaan tentang segala usaha yang telah dilakukannya.

9. Cerita dari Blora

Cerita dari Blora menjadi buku kumpulan cerpen yang ditulis oleh Pram. Sesuai judulnya, buku ini mengambil latar di tempat kelahiran Pram sendiri. Terdiri atas 11 cerpen, buku ini menggambarkan kehidupan masyarakat Blora baik pada masa penjajahan maupun setelah kemerdekaan.

Tulisan-tulisannya yang selalu berpihak terhadap masyarakat kurang beruntung juga digambarkan di buku ini, mulai dari kisah para petani hingga buruh, semuanya tidak lepas dari guratan pena Pram. Dinamika sosial masyarakat Blora menjadi episentrum cerita, di mana perubahan situasi politik tidak serta merta diiringi oleh perubahan kondisi masyarakat.

Demikian rekomendasi buku Pramoedya Ananta Toer yang erat kaitannya dengan sejarah Indonesia. Salah satu hal yang menarik adalah cara Pram dalam menyajikan sejarah yang kompleks ke dalam bentuk cerita sederhana, membuat siapa saja dapat belajar sekaligus menikmatinya. Selamat membaca!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.