Kejayaan batik di Kampung Laweyan Solo, Jawa Tengah tidak terlepas dari sosok Mbok Mase. Para saudagar batik ini bahkan berperan dalam pergerakan nasional dengan mendorong terbentuknya Serikat Dagang Islam.
Mbok Mase sendiri adalah julukan bagi perempuan juragan (bos) batik di Kampung Laweyan. Keberadaan mereka sangat penting dalam roda ekonomi masyarakat Surakarta.
Keberadaan Mbok Mase yang sudah ada sejak abad 18 mengantarkan saudagar batik Laweyan menjadi kelompok yang disegani. Kekayaan pengusaha batik mengalahkan bangsawan kraton bahkan pengusaha Belanda.
Dimuat dari Perempuan Laweyan dalam Industri Batik di Surakarta terbitan Kemdikbud dijelaskan kekayaan saudagar batik Laweyan ini mencapai 60 ribu gulden setahun. Didukung harta kekayaan yang begitu banyak, para saudagar ini membangun rumah-rumah mewah di Kampung Laweyan.
“Pada umumnya para saudagar ini juga mempunyai kuda dan kereta seperti kaum ningrat,” tulisnya.
Melarang poligami
Karena kekayaannya, status kedudukan Mbok Mase di Laweyan dianggap lebih tinggi daripada abdi dalem Keraton Surakarta. Berbeda dengan para bangsawan, Mbok Mase mendapatkan status ini bekerja keras sejak kecil.
Hal inilah yang membedakan gaya hidup antara Mbok Mase dengan para priyayi dari Keraton. Biasanya para priyayi lebih suka berfoya-foya hingga poligami, hal yang sangat ditentang oleh Mbok Mase.
“Mungkin lantaran ekonominya yang kuat, menjadikan gaya hidup mereka berbeda, bagi Mas Nganten boleh melakukan apa saja asal jangan melakukan foya-foya dan poligami,” jelasnya.
Naik status
Mbok Mase yang dalam setiap tindakannya selalu mengajarkan hidup penuh kerja keras telah mengangkat status perempuan pada masanya. Tindakan sosial para perempuan dalam Laweyan dapat sejajar lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
“Akan tetapi dalam setiap tindakan yang dilakukan, Mbok Mase selalu meminta persetujuan terlebih dahulu kepada suaminya,” paparnya.
Kerja keras para Mbok Mase telah mengantarkan saudagar batik Laweyan menjadi kelompok yang disegani. Batik kemudian tidak hanya dipandang sebagai sebuah kain yang indah dengan beragam motif, namun juga sebuah proses yang dilatarbelakangi sebuah tekad, keikhlasan, serta kerja keras para perajinnya.
“Keberhasilan perempuan Laweyan dalam memajukan batik ini juga merupakan keberhasilan mengangkat status, mereka bukan lagi perempuan yang terpinggirkan melainkan telah menjadi perempuan yang berstatus lebih baik, karena batik sulit dipisahkan dari Keraton,” tulisnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News