Ekonomi Indonesia bergantung pada UMKM. Menurut data Kemenkop UKM 2021, ada sekitar 64,2 juta usaha kecil dan menengah (UMKM), yang menyumbang 61,07% PDB dan 97% tenaga kerja. Perluasan pasar melalui e-commerce dan sistem pembayaran elektronik di era ekonomi digital membuka peluang baru.
Sebaliknya, para pelaku usaha memiliki kewajiban pengelolaan keuangan yang lebih tinggi. Pelatihan dan pengetahuan keuangan menjadi sangat penting. Misalnya, selama pandemi, 80–90% pendapatan UMKM hilang karena masalah modal, izin usaha, dan manajemen keuangan yang buruk. Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya memahami akuntansi untuk bertahan hidup sebuah bisnis.
Akuntansi di Era Digital, Manfaat dan Tantangan Penggunaan AI
Pentingnya Literasi Keuangan bagi UMKM
Kemampuan literasi keuangan bagi usaha kecil dan menengah (UMKM) mencakup memahami produk keuangan, membuat anggaran, mencatat transaksi, dan membaca laporan sederhana yang menunjukkan neraca dan laba-rugi.
Sayangnya, indeks literasi keuangan Indonesia baru mencapai 49,68%. Ini menunjukkan bahwa hampir separuh masyarakat, termasuk pemilik usaha kecil dan menengah (UMKM), belum terbiasa mengelola keuangan usaha secara sistematis.
Dengan pengetahuan keuangan, pelaku UMKM dapat membuat keputusan yang bijaksana tentang hal-hal seperti memberikan pinjaman modal atau menahan diri. Sebaliknya, perencanaan dan pengembangan bisnis akan lebih sulit jika tidak memiliki pemahaman keuangan yang baik.
Gotong Royong Ekonomi Digital, UMKM Lokal Menaklukkan Pasar Global
Peran Akuntansi untuk Pertumbuhan UMKM
Bisnis menggunakan akuntansi untuk mengelola keuangan mereka. Pemilik usaha dapat membandingkan pendapatan dan biaya, mengevaluasi profitabilitas usahanya, dan memantau arus kas dengan pencatatan yang baik. Beberapa keuntungan akuntansi bagi usaha kecil dan menengah (UMKM) antara lain:
- Alat pengendali keuangan: Akuntansi membantu pemilik bisnis mengawasi pemasukan dan pengeluaran harian mereka, sehingga mengurangi potensi kebocoran dana.
- Dasar pengambilan keputusan: Laporan keuangan yang akurat membantu membuat keputusan strategis seperti menentukan harga jual dan perencanaan pengembangan.
- Akses ke pembiayaan: UMKM lebih mudah mendapatkan pinjaman atau investasi dengan laporan keuangan yang akurat. Bank dan investor juga lebih percaya bukti keuangan tertulis.
- Pemantau pertumbuhan bisnis: Akuntansi memungkinkan pemilik untuk melacak tren penjualan dan arus kas secara berkala untuk mengetahui kapan bisnis mereka tumbuh atau perlu membuat perubahan.
Akuntansi bisnis kecil dan menengah (UMKM) semakin diuntungkan oleh teknologi di era digital. Misalnya, aplikasi SIAPIK, yang dibuat oleh Bank Indonesia, memudahkan usaha kecil dan menengah (UMKM) untuk menyajikan data keuangan mereka secara cepat dan akurat.
Dengan data ini, manajemen bisnis dapat cepat membuat keputusan bisnis. Singkatnya, akuntansi membantu usaha kecil dan menengah (UMKM) bertahan hidup dan mengurangi risiko kebangkrutan.
Transformasi Digital UMKM Syariah, Pilar Ketahanan Ekonomi Nasional yang Berkeadilan
Tantangan UMKM dalam Penerapan Akuntansi
Meskipun akuntansi dapat digunakan oleh UMKM, masih ada beberapa kendala. Beberapa di antaranya adalah :
- Tingkat pengetahuan yang rendah: banyak pelaku UMKM tidak tahu istilah akuntansi dasar. Jika Kawan memiliki indeks literasi keuangan yang rendah, Kawan mungkin tidak tahu bagaimana mengelola uang Kawan dan anggaran Kawan.
- Persepsi biaya mahal: Beberapa UMKM percaya menyusun laporan keuangan adalah mahal, seperti honor akuntan atau software. Mereka tidak mau berinvestasi sedikit pun untuk memperbaiki pembukuan karena keyakinan ini. Meskipun UMKM dapat menggunakan banyak aplikasi murah dan gratis saat ini.
- Kurang pelatihan: Data WEF (2022) menunjukkan bahwa sebagian besar UMKM kewalahan selama pandemi karena tidak memiliki kemampuan manajemen keuangan yang cukup. Program pelatihan dan pendampingan masih tidak merata, terutama di daerah terpencil.
- Keterbatasan teknologi: Beberapa UMKM enggan beralih ke sistem digital karena kekurangan infrastruktur internet atau karena ketidakpercayaan mereka pada teknologi baru. Pelaku usaha yang masih sangat konvensional membutuhkan bimbingan tambahan agar mereka percaya pada aplikasi akuntansi dan tertarik untuk menggunakannya.
Semua tantangan ini harus diatasi secara bersamaan. Untuk memungkinkan usaha kecil naik kelas, kolaborasi antara pemerintah, universitas, dan sektor swasta sangat penting.
Peran Teknologi dalam Meningkatkan Akuntansi UMKM
Teknologi finansial dan aplikasi akuntansi berbasis cloud menjadi solusi praktis di era digital. Beberapa inovasi yang mendukung akuntansi UMKM antara lain:
- SIAPIK (Bank Indonesia): Aplikasi pencatatan keuangan gratis yang otomatis membuat laporan neraca, laba-rugi, arus kas, dll. SIAPIK dibuat agar UMKM dapat mencatat transaksi harian tanpa perlu memahami rumus akuntansi yang rumit. Hasilnya, hanya dengan memasukkan data sederhana, bisnis dapat melihat laporan keuangan lengkap.
- Teman Bisnis (startup lokal): Program KKN untuk UMKM memasukkan aplikasi pembukuan digital. Pemilik toko kelontong di Yogyakarta, Bu Santi, mengatakan bahwa pencatatan menjadi lebih mudah dan akurat dengan "Teman Bisnis". Akibatnya, kesalahan pembukuan dapat ditekan dan efisiensi operasional dapat ditingkatkan.
- BukuWarung: Aplikasi berbasis ponsel yang populer di kalangan pedagang kecil. Studi lapangan menunjukkan bahwa banyak pemilik UMKM yang awalnya tidak terbiasa dengan akuntansi menjadi mampu mencatat transaksi keuangan dengan baik dengan bantuan BukuWarung. Dengan aplikasi ini, Kawan dapat merekap penjualan dan pengeluaran harian di satu tempat.
Selain itu, teknologi seperti e-wallet, e-commerce, dan sistem POS kontemporer membantu akuntansi. Misalnya, catatan keuangan menjadi lebih mudah dengan riwayat transaksi otomatis dari kasir digital atau pasar online. Untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang literasi keuangan, pelaku UMKM sekarang dapat menggunakan tutorial online, forum komunitas, dan webinar.
Kesimpulan
Di tengah dinamika ekonomi digital, literasi keuangan menjadi kunci agar UMKM tidak hanya naik kelas secara omset, tetapi juga berkelanjutan. Akibatnya, akuntansi bukan lagi sekadar kewajiban formal, melainkan elemen strategis yang mendukung pertumbuhan UMKM.
Pemerintah, lembaga keuangan, dan guru harus bekerja sama untuk meningkatkan pengetahuan akuntansi dan menyediakan teknologi akuntansi yang murah. UMKM Indonesia dapat bertahan dalam persaingan dan memberikan kontribusi terbaik terhadap ekonomi nasional dengan dasar literasi keuangan yang kuat dan pemanfaatan aplikasi cerdas.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News