kopi gayo tradisi di balik kopi arabika terbaik di indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Kopi Arabika Gayo: Warisan Leluhur di Balik Kopi Terbaik di Indonesia

Kopi Arabika Gayo: Warisan Leluhur di Balik Kopi Terbaik di Indonesia
images info

Siapa yang tak kenal kopi Gayo?

Kopi Gayo dikenal sebagai salah satu kopi arabika terbaik di Indonesia yang berasal dari Aceh Tengah. Aroma yang khas seperti kacang, karamel dan buah-buahan membuatnya digemari di pasar internasional. Tak heran, kopi ini sering kali masuk dalam daftar kopi terbaik dunia dan menjadi produk unggulan ekspor Indonesia.

Bagi petani Gayo, kopi bukan sekadar tanaman—ia dirawat sepenuh hati seperti anak sendiri. Dari sanalah lahir kopi arabika terbaik Indonesia.

Artikel ini mengajak kawan GNFI mengenal lebih dekat kopi Gayo – dari asal usul, tradisi, hingga perannya di masa kini sebagai jantung kehidupan masyarakat di daerah asalnya.

Diplomasi Kopi: Ekspansi Internasional Kopi Gayo di Takengon, Aceh Tengah

Dari Lereng Gunung Aceh Tengah ke Pasar Dunia

Menelusuri wilayah Gayo yang meliputi tiga Kabupaten– Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Bener Meriah, tampak bahwa kopi adalah jantung kehidupan masyarakatnya. Kebun kopi, pusat produksi, dan kedai-kedai kopi tumbuh menjamur di Takengon, Aceh Tengah. Di sekitarnya kebun kopi membentang seluas 103.148 hektar.

Dulunya, masyarakat Gayo mengira kopi adalah tanaman semak. Mereka hanya memanfaatkan daunnya untuk dikeringkan dan diseduh, sementara mereka membiarkan hewan liar memakan biji buahnya.

Sekarang, kehidupan masyarakat Gayo tak bisa dipisahkan dari kopi. Hampir tiap keluarga memiliki kebun, roastery, kedai atau usaha distribusi dan penjualan biji kopi. Koperasi-koperasi bertumbuh, geliat ekonomi meningkat semenjak kopi Gayo makin dikenal dan budaya minum kopi semakin marak.

Di samping sebagai penyumbang 40% produksi kopi arabika nasional, kopi Gayo menjadi komoditas ekspor pilihan ke berbagai belahan dunia, terutama Amerika Serikat dan Eropa. Data BPS Aceh per April 2025 menyatakan, nilai ekspor kopi dari Aceh ke luar negeri mencapai US$ 12,83 juta.

Dilansir dari IDNTimes, kopi Gayo masuk dalam daftar 10 biji kopi terbaik di dunia 2024 versi Taste Altas. Sementara untuk urutan kopi terbaik di Asia, kopi Gayo memegang peringkat nomor 1, mengalahkan Kafaee Doi Chang dan Kafaee Doi Tung dari Thailand.

Mengulik Kekayaan Bahasa Gayo yang Terancam Punah

Siti Kewe: Kearifan Lokal di Balik Kopi Arabika Terbaik

https://www.pexels.com/photo/horticulturist-smelling-blooming-arabian-coffee-flower-on-plantation-7125397/
info gambar

Suku Gayo yang mendiami wilayah Aceh Tengah kaya akan tradisi dan nilai-nilai kearifan lokal. Begitupun dalam proses menanam dan mengolah kopi, yang menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakatnya.

Para petani kopi Gayo memperlakukan tanaman kopi seperti anak kesayangan. Mereka menamainya Siti Kewe. Sejak ditanam, sebaris doa dibisikkan: 

“Siti Kewe, kunikahen ko urum kuyu. Wih kin walimu. Tanoh kin saksimu. Lo kin saksi kalammu” "Siti Kewe, kunikahkan kau dengan angin. Air sebagai walimu, tanah sebagai saksimu, Matahari sebagai saksi kalammu."

Doa tersebut menyimpan harapan agar angin membantu benih kopi berkembang biak. Dengan tanah yang subur, air, dan cahaya matahari yang cukup, mereka mendoakan agar pohon kopi dapat tumbuh subur dan kelak memberi banyak manfaat.

Sistem Peruweren Masyarakat Gayo: Manifestasi Kearifan Lokal yang Bernilai Ekonomis

Rahasia Cita Rasa Kopi Gayo 

https://www.pexels.com/photo/crop-farmer-picking-arabica-coffee-berries-from-plant-in-countryside-7125451/
info gambar

Kopi arabika cocok ditanam di ketinggian lebih dari 1.000 mpdl. Dataran tinggi Gayo yang berada di punggung Bukit Barisan menyediakan habitat yang ideal bagi tanaman kopi. Ketinggian 1.200m di atas permukaan laut, tanah vulkanik, dan iklim yang memadai, menghasilkan biji kopi berkualitas.

Faktor geografis yang sangat menentukan ini membuat kopi Gayo memiliki ciri khas yang sulit ditiru oleh daerah lain, meskipun menanam varietas benih yang sama. Kopi Gayo terkenal dengan rasa yang tidak terlalu pahit, cenderung manis, dan tingkat keasaman rendah.

Aroma dan perisa yang kompleks serta kekentalan yang kuat sulit tergantikan, sehingga kopi Gayo selalu dicari oleh pecinta kopi di seluruh dunia.

Kopi Gayo diolah secara tradisional, dengan metode yang diteruskan turun-temurun. Namun produsen kopi Gayo masa kini tak ragu mempelajari beragam tren pengolahan pasca produksi untuk menaikkan nilai jual dan memenuhi permintaan pasar dalam negeri maupun internasional.

Fair Trade & Dukungan untuk Petani Lokal

Pada tanggal 27 Mei 2010, kopi Gayo telah mendapatkan sertifikat Fair Trade Certified™ dari organisasi internasional fair trade. Hal ini ditujukan untuk menciptakan perdagangan adil dan berkelanjutan, khususnya untuk para petani kopi.

Sementara di dalam negeri, banyak juga pengusaha kedai kopi yang mengkampanyekan Farm to Table, yakni konsep menghubungkan konsumen dengan petani. Selain secara ekonomi bisa memangkas biaya distribusi, konsep ini juga bisa meningkatkan harga jual serta apresiasi konsumen terhadap kopi itu sendiri dan penghargaan terhadap profesi petani.

https://www.pexels.com/photo/person-pouring-coffee-on-brown-ceramic-mug-7658172/
Fair Trade & Farm to Table | Pexels

Kopi Gayo yang telah menjadi bagian dari budaya dan gaya hidup modern, bukanlah sekedar minuman. Ia adalah warisan tradisi, sandaran hidup, dan kerja keras dari para petani.

Mari Kawan, dukung petani kopi Nusantara dengan membeli produk-produk lokal, baik secara langsung ataupun melalui situs yang mendukung perdagangan dengan adil.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TR
AB
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.