Jam tidur mahasiswa menjadi salah satu isu yang semakin mendapat perhatian. Survei terhadap 32 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menunjukkan bahwa banyak di antara mereka yang tidur di bawah enam jam setiap hari. Lalu, apa yang menyebabkan mereka tidur lebih sedikit dari yang seharusnya? Berikut adalah hasil surveinya.
Rerata Waktu Tidur Mahasiswa: Di Bawah 6 Jam
Survei menunjukkan bahwa 56,3% mahasiswa tidur hanya antara 4 hingga 6 jam per malam atau sekitar 18 dari total 32 orang responden.
Lebih mengejutkan lagi, sekitar 12,5% mahasiswa melaporkan tidur kurang dari 4 jam setiap malam, yang berarti ada 4 orang responden yang mengalami durasi tidur tersebut setiap malam.
Sementara itu, hanya sekitar 21,9% mahasiswa yang tidur antara 6 hingga 8 jam, yang setara dengan 7 responden, sedangkan hanya 9,4% mahasiswa yang mendapatkan tidur lebih dari 8 jam, yaitu 3 responden.
Padahal, menurut National Sleep Foundation, durasi tidur yang sehat bagi mahasiswa berusia 18-25 tahun adalah 7 hingga 9 jam. Namun pada kenyataannya, mayoritas mahasiswa di Indonesia belum mendapatkan tidur yang cukup untuk mendukung kesehatan fisik dan mental mereka.
Faktor Penyebab Mahasiswa tidur di bawah 6 jam setiap malam
Ada beberapa alasan yang menyebabkan mahasiswa tidur kurang dari 6 jam per hari. Berikut adalah hasil temuan terkait penyebabnya:
Tugas kuliah menjadi faktor paling dominan, dengan mayoritas mahasiswa mengaku harus begadang untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Selain itu, penggunaan gawai seperti media sosial dan menonton film hingga larut malam juga berkontribusi besar pada kebiasaan tidur yang tidak teratur. Kebiasaan-kebiasaan ini sering kali membuat mahasiswa melewatkan waktu tidur yang cukup, dan lebih memilih untuk terus terjaga demi menyelesaikan aktivitas lain.
"Biasanya saya baru tidur setelah menyelesaikan tugas kuliah. Kadang-kadang saya harus begadang hingga pagi karena banyaknya tugas yang menumpuk," ucap salah satu mahasiswa. "Selain itu, saya juga sering menonton serial atau scrolling media sosial hingga larut malam, dan akhirnya tidur sekitar jam 2 pagi. Memang capek, tapi itu sudah jadi rutinitas."
Waktu Tidur Mahasiswa yang Terlambat
Survei juga menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa tidur setelah pukul 00.00.
Sebanyak 75% responden mengaku baru tidur setelah tengah malam, sementara hanya 25% yang tidur lebih awal. Kebiasaan tidur larut malam ini mengganggu ritme sirkadian tubuh, yang seharusnya berfungsi untuk menjaga keseimbangan tidur dan bangun.
Tidur yang terlambat juga berhubungan dengan meningkatnya kelelahan dan stress di pagi hari, yang dapat mempengaruhi konsentrasi dan performa di perkuliahan.
Dampak Tidur Kurang terhadap Mahasiswa
Salah satu dampak terbesar dari tidur yang kurang adalah kelelahan dan kesulitan berkonsentrasi.
Dalam survei ini, 31.3% mahasiswa melaporkan merasa lelah dan sulit fokus di siang hari.
Kondisi ini tentunya berdampak pada produktivitas akademik, membuat mahasiswa merasa tidak optimal dalam belajar atau menghadapi ujian.
Lebih lanjut, mahasiswa juga merasa tidak puas dengan kualitas tidur mereka. Kebanyakan mengeluh bahwa tidur mereka tidak cukup untuk memulihkan energi, dan akhirnya mengganggu keseharian mereka.
Mengatasi Masalah Tidur Mahasiswa
Mengatasi masalah kurang tidur membutuhkan perhatian lebih, terutama dalam menata jadwal dan mengurangi gangguan dari dunia digital. Beberapa ahli menyarankan untuk:
Membatasi penggunaan gawai minimal satu jam sebelumnya sebelum tidur.
Paparan cahaya biru dari layar gawai dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur. Dr. Matthew Walker, profesor ilmu saraf di University of California, dari Berkeley mengingatkan untuk menghindari menggunakan perangkat elektronik sekitar satu jam sebelum tidur guna menjaga kualitas tidur yang baik.
Menerapkan jadwal tidur yang konsisten, dengan waktu tidur dan bangun yang sama setiap hari, dapat memberikan banyak manfaat.
Dr. Michael Breus, psikolog klinis dan pakar tidur bersertifikat, menekankan pentingnya mempertahankan jadwal tidur yang tetap setiap hari, termasuk akhir pekan, guna mendukung ritme sirkadian tubuh.
Mengelola stres dan kecemasan dengan teknik relaksasi sebelum tidur.
Dr. Walker juga menyarankan teknik relaksasi, seperti meditasi atau menulis jurnal sebelum tidur, untuk menenangkan pikiran dan mempersiapkan tubuh agar tidur lebih nyenyak.
Jika mahasiswa dapat menerapkan saran-saran ini secara konsisten, mereka akan lebih mudah mencapai kualitas tidur yang optimal dan memperoleh manfaat kesehatan yang maksimal.
Penelitian Pendukung
Penelitian oleh Singgih Dirga Gunarsa dan Sapto Wibowo (2021) dalam Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan menemukan bahwa kualitas tidur sangat berkaitan dengan kebugaran jasmani remaja.
Penurunan kualitas tidur dapat menyebabkan regenerasi sel terganggu, metabolisme tidak optimal, hingga risiko kelelahan kronis dan stres meningkat.
Lebih jauh, remaja yang tidur dengan durasi dan kualitas yang tidak cukup akan mengalami penurunan kebugaran jasmani, yang berujung pada performa akademik dan aktivitas fisik yang menurun. Hal ini menguatkan hasil survei bahwa gaya hidup mahasiswa yang kurang memperhatikan pola tidur dapat berdampak luas terhadap kesehatan dan prestasi.
Penelitian ini juga mengingatkan bahwa menjaga pola tidur, aktivitas fisik, serta pengelolaan stres adalah faktor kunci untuk mempertahankan kesehatan optimal dan performa akademik yang baik.
Kesimpulan: Mengapa Mahasiswa Perlu Memperbaiki Pola Tidur?
Berdasarkan hasil survei, jam tidur mahasiswa Indonesia saat ini memang jauh dari angka ideal. Mayoritas mahasiswa tidur di bawah 6 jam setiap hari, yang sebagian besar disebabkan oleh beban tugas akademik yang menumpuk dan kebiasaan menggunakan gawai hingga larut malam.
Fenomena ini memperlihatkan pola hidup yang kurang sehat, yang berisiko menurunkan kebugaran jasmani, mengganggu metabolisme tubuh, serta berdampak negatif terhadap konsentrasi, produktivitas akademik, hingga kesehatan mental mahasiswa.
Namun, kabar baiknya, perubahan sederhana dalam manajemen waktu, disiplin penggunaan teknologi sebelum tidur, serta pengelolaan stres dapat menjadi langkah efektif untuk memperbaiki pola tidur.
Seperti yang disarankan oleh beberapa ahli, menjaga konsistensi jam tidur, mengurangi paparan cahaya biru, dan melatih teknik relaksasi mampu membantu mahasiswa mencapai tidur yang berkualitas.
Tidur yang lebih berkualitas akan membantu mahasiswa tidak hanya meningkatkan prestasi akademik, tetapi juga memperbaiki kondisi fisik dan mental secara menyeluruh.
Tidur cukup dan berkualitas menjadi fondasi penting untuk mencapai kesuksesan, baik di dunia perkuliahan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News