Diplomasi tidak selalu tentang pertemuan politik atau kesepakatan formal. Terkadang, ia hadir melalui alunan musik, perpaduan instrumen, dan lantunan lagu yang melintasi batas bahasa.
Itulah yang tergambar dalam konser Gabalandhurra, sebuah pertunjukan kolaboratif antara musisi Australia dan Indonesia di Soehanna Hall, Jakarta.
Acara ini mempertemukan Ngulmiya Nundhirribala, musisi Aborigin ternama asal Australia, dengan Ananda Sukarlan, komposer dan pianis klasik Indonesia yang mendunia, serta penyanyi sopran Mariska Setiawan. Gabungan musik tradisional Aborigin dan klasik kontemporer menciptakan pengalaman artistik yang tak terlupakan.
Lebih dari Sekadar Konser
Konser ini bukan sekadar pertunjukan musik biasa, melainkan simbol persahabatan dan diplomasi budaya antara Australia dan Indonesia.
Gita Kamath, Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia, dalam sambutannya menyatakan, “Kolaborasi musik tradisional dan klasik ini merupakan upaya luar biasa untuk merayakan sejarah panjang hubungan kita. Pertukaran budaya adalah inti dari diplomasi yang kuat."
Ia menekankan pentingnya people-to-people connection, di mana musik menjadi jembatan yang efektif bagi kedua negara.
“Musisi yang tampil malam ini membawakan musik tradisi asli Australia. Kami ingin menunjukkan bahwa budaya Australia dan Indonesia memiliki kaitan yang erat. Musik bisa menyatukan orang dari latar belakang berbeda. Koneksi ini sudah terjalin ratusan tahun—pelaut Makassar berinteraksi dengan masyarakat Aborigin, menciptakan akulturasi budaya. Malam ini, kami tidak hanya menampilkan budaya, tetapi juga warisan (legacy) budaya asli Aborigin,” jelas Kamath.
Baca juga 11 Seniman Indonesia Tampil di Serial TV “Culture by Design” ABC Australia
Bora Ring: Kolaborasi yang Menyentuh Hati
Ngulmiya, penerima penghargaan Northern Territory Australian of the Year, membawakan karya baru berjudul Bora Ring, hasil kolaborasi dengan Ananda Sukarlan. Karya ini terinspirasi puisi Judith Wright dan memadukan didgeridoo (instrumen tradisional Aborigin) dengan komposisi piano klasik kontemporer.
Ananda Sukarlan, yang mengenakan dasi bermotif Aborigin, mengatakan bahwa konser kolaborasi ini menunjukkan bahwa perbedaan budaya bisa menyatu.
Ngulmiya juga mengungkapkan kebanggannya untuk bisa tampil di Jakarta bersama musisi ternama Indonesia.
“Ini kali kedua saya tampil di Jakarta. Kami membawa musik dari desa kecil ke kota besar ini. Sungguh suatu kehormatan bisa berbagi dengan saudara-saudara di Indonesia,” ujarnya.
Ngulmiya menjelaskan bahwa identitasnya adalah perpaduan Aborigin dan warisan Makassar. Beberapa lagu yang dibawakannya bahkan mengandung bahasa Bugis dan Makassar, mencerminkan hubungan leluhurnya dengan para pelaut Sulawesi Selatan yang berdagang dan berinteraksi dengan komunitas Aborigin Australia sejak abad ke-17.
Dukungan Pemerintah Indonesia
Giring Ganesha, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, turut hadir dan berbagi pengalamannya sebagai musisi yang pernah tampil di Australia.
“Musik bisa menyembuhkan, menyatukan, dan melampaui batas politik. Ini adalah bahasa universal kemanusiaan,” kata Giring dalam sambutannya.
Kunjungan Ngulmiya ke Indonesia didukung oleh Program Hibah Diplomasi Budaya Australia. Setelah Jakarta, ia akan melanjutkan tur ke Makassar dan Bali, memperkuat ikatan budaya kedua negara.
Gabalandhurra bukan sekadar konser, melainkan sebuah pesan perdamaian. Melalui musik, Indonesia dan Australia membuktikan bahwa seni bisa menjadi alat diplomasi yang kuat dan merajut persahabatan yang abadi.
Baca juga Indonesia dan Australia Sepakat Terus Gunakan Mata Uang Lokal untuk Transaksi Perdagangan
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News