Conclave atau Konklaf Kepausan adalah tradisi yang ditempuh setelah seorang Paus atau Pope meninggal atau mengundurkan diri dari jabatan Kepausan. Paus atau Pope dalam istilah yang digunakan secara internasional merupakan pemimpin tertinggi umat Katolik dunia serta kepala Gereja Katolik Roma.
Nah, berikut Good News From Indonesia telah himpun informasi seputar konklaf Kepausan mulai dari pengertian, tata cara sampai dengan sejarahnya. Simak sampai habis ya, Kawan GNFI!
Apa Itu Konklaf Kepausan?
Subardjo, M. T. menyebut konklaf atau conclave adalah prosesi untuk memilih Paus baru yang dilakukan pasca seorang Paus (Pope)terdahulunya wafat atau mengundurkan diri dari Kepausan. Para Kardinal yang di antaranya berumur kurang dari 80 tahun sewaktu periode tahta suci kosong atau disebut juga “Sede Vacante” dan Vacant See dalam bahasa Latin merupakan sosok-sosok yang melakukan pemungutan suara untuk memilih Paus baru tersebut.
Para Kardinal yang berusia di atas 80 tahun ikut andil dalam konklaf, tapi hanya pada prosesi perayaan Ekaristi dan bersama para uskup, imam, diakon, para religius, serta umat yang berada di Roma.
Dikutip dari laman resmi Vatican News, pemilihan ini berlangsung secara eksklusif atau bersifat sangat rahasia, bertempat di Kapel Sistina di Istana Apostolik. Tujuan prosedur konklaf yang begitu rahasia bermaksud untuk memastikan kebebasan dalam pemungutan suara, menjamin independensi penilaian para Kardinal pemilih, serta menjaga mereka dari tekanan dan keingintahuan yang tak sepatutnya ada, misalnya dari pihak luar.
Siapa Saja yang Dapat Menjadi Paus?
Dilansir dari The Guardian, setiap laki-laki yang telah dibaptis dapat terpilih menjadi Paus. Namun begitu, disebut sosok Paus yang terpilih selalu diambil dari Kardinal yang tengah menjabat kala itu.
Tahap Pelaksanaan Konklaf Kepausan
Subardjo, M. T. menjelaskan bahwa ritus konklaf dibagi menjadi lima bagian:
- Perayaan Ekaristi sebagai lambang pembuka konklaf.
- Di hari yang sama, setelah para Kardinal pemilih memasuki Kapel Sistina, akan dilakukan prosesi dan pengambilan sumpah yang salah satunya berupa janji menjaga kerahasiaan seluruh prosesi pemilihan. Setelahnya ada “extra omnes” atau seruan agar semua orang terkecuali para Kardinal keluar dari Kapel Sistina diucapkan, lalu dilanjutkan pemberian meditasi terbimbing dan pembagian surat suara oleh Maestro perayaan liturgi. Keduanya kemudian menyusul keluar.
- Pemungutan suara untuk memilih Paus baru dengan menulis nama dan menyerahkannya ke altar. Surat suara dan kertas-kertas lain kemudian akan dibakar. Sesi kedua pemilihan diadakan jika Paus baru belum terpilih.
- Kardinal yang terpilih ditanyakan kesediaannya dan diminta memilih nama baru. Cerobong asap Kapel Sistina akan mengeluarkan asap putih sebagai tanda Paus baru terpilih. Pernyataan ketaatan, penghormatan dari para Kardinal serta nyanyian syukur Te Deum laudamus menjadi penanda berakhirnya prosesi suci ini.
- Pengumuman akan hadirnya Paus baru dibagikan pada publik, lalu pemimpin baru tersebut akan menyampaikan berkat perdana Urbi et Orbi.
Sejarah Pelaksanaan Konklaf Kepausan
Laman resmi NBC News berbagi bahwa ritus konklaf sudah berlangsung sejak sekitar 8 abad yang lalu. Mulanya prosesi ini berlangsung begitu lama, dapat memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Namun, sejak tahun 1900-an ritus konklaf hanya berlangsung sekitar tiga hari lamanya.
Paus Franciscus misalnya, disebut hanya butuh waktu sekitar dua hari untuk terpilih sebagai Paus baru pada tahun 2013 lalu. Di abad 13, dicatatkan pemilihan Paus Gregorius X (Gregory X) sebagai Paus baru kala itu membutuhkan waktu dua tahun sembilan bulan.
Euro News menyebut bahwa alasan penundaan pemilihan yang begitu lama ini disebabkan adanya perpecahan antara para Kardinal terutama fraksi Perancis dan Italia, membuat mereka menemui jalan buntu. Melihat ini para hakim setempat kemudian memberi tekanan dengan mengunci para Kardinal dan juga mencopot atap istana.
Kisah itu agaknya sejalan dengan makna konklaf sendiri yang menurut The Conversation berasal dari bahasa Latin con yang artinya “bersama” dan clāvis berarti “kunci”—sebuah ruang yang terkunci atau bilik (chamber), mendeskripsikan prosesi pemungutan suara yang dilakukan dalam ruang tertutup oleh para Kardinal selama ritus konklaf.
Sumber tersebut juga menambahkan bahwa prosesi konklaf berkembang menyesuaikan keperluan Gereja. Misalnya penyesuaian yang dilakukan Paus Gregorius X yang tidak ingin pengalamannya terulang, beliau menggagas peraturan untuk mencegah prosesi pemilihan Paus membutuhkan waktu terlalu panjang.
Di tahun Kepausan Paus John Paul II tepatnya tahun 1996 merupakan puncak penyesuaian di mana prosesi konklaf disederhanakan dan aturan terkait kerahasiaan ditekankan melalui berkas Universi Dominici gregis (Seluruh kawanan Tuhan). Kerangka kerja modern terkait konklaf ditetapkan lewat hadirnya berkas tersebut.
Setelahnya di tahun 2007 dan 2013, aturan terkait angka suara mayoritas untuk terpilihnya Paus baru yang perlu berjumlah dua per tiga dari total suara kembali ditekankan oleh Benekdiktus XVI (Benedict XVI). Selain itu, hukuman untuk pelanggar kerahasiaan juga kembali ditekankan oleh beliau.
Sekian informasi seputar konklaf Kepausan mulai dari pengertian, syarat, tata cara, sampai dengan sejarah conclaves. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Kawan GNFI!
Baca juga: Sede Vacante: Tradisi Berabad-abad Vatikan dan Jejak Paus Fransiskus di Indonesia
REFERENSI
Subardjo, M. T., (2022). Ritus Konklaf. Diambil dari https://repository.usd.ac.id/44332/1/8492_Ritus+Konklaf-UTUSAN+SEPTEMBER+2022.pdf