mengenal gedung de tjolomadoe yang menjadi lokasi stand up raditya dika cerita sialku di solo - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Gedung De Tjolomadoe yang Menjadi Lokasi Stand Up Raditya Dika di Solo

Mengenal Gedung De Tjolomadoe yang Menjadi Lokasi Stand Up Raditya Dika di Solo
images info

Sabtu tanggal 19 April 2025 lalu Raditya Dika menggelar stand up Cerita Sialku di Solo. Komedian tersebut baru pertama kali memasukkan Solo rangkaian tur stand up miliknya. Gedung yang terletak di Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah ini berhasil menarik perhatian saya yang ikut hadir untuk menonton acara tersebut.

Gedung yang menjadi pilihan lokasi stand up Raditiya Dika ini rupanya bekas pabrik gula yang kini telah mengalami revitalisai menjadi museum, pusat konvensi dan kawasan komersial. De Tjolomadoe yang memiliki nama awal Pabrik Gula Colomadu (PG Colomadu) merupakan pabrik gula pertama yang dibangun oleh pribumi saat masa pemerintahan Mangkunegara IV pada 8 Desember 1861.

Gedung De Tjolomadoe | Wikimedia Commons | Pinerineks
info gambar

Sejarah Singkat Pembangunan dan Perjalan PG Colomadu

Pembangunan pabrik gula Colomadu berangkat dari ide yang dimiliki oleh KGPAA Mangkunegara IV dengan tujuan meningkatkan pendapatan wilayahnya melalui industri gula. Dikutip dari artikel Himawan Prasetyo pada jurnal Tinjauan Sejarah Pabrik Gula Colomadu: Juni 2022, PG Colomadu dibangun setelah mendapatkan persetujuan dari residen Surakarta kala itu, Nieuwenhuyzen. Biaya pembangunan PG Colomadu mencapai f400.000 yang sebagian besar modalnya didapatkan dari pinjaman atas hasil keuntungan perkebunan kopi Mangkunegaran.

Himawan juga menjabarkan bahwa industri gula Mangkunegaran adalah industi gula milik pribadi keluarga Mangkunegara IV. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, industri ini diubah menjadi perusahaan praja menjelang Sri Mangunegara IV wafat. Perubahan ini dilakukan pada saat itu dengan pertimbangan untuk pengembangan lebih lanjut. Selain itu, perubahan ini juga bertujuan untuk memperoleh keberuntungan lebih besar.

Penyebab Hentinya Beroperasi

Mengutip dari bisniswisata.co.id, Indonesia sempat tercatat dalam rekor pengekspor gula terbesar kedua dunia setelah Kuba. Kala itu indonesia mampu memproduksi gula hingga 30 juta ton. Namun layaknya insan yang menua, banyak pabrik gula di Indonesia yang mengalami penutupan dan henti produksi.

Bagi PG Colomadu, penurunan produksi sempat terjadi akibat serangan hama yang merusak kebun tebu serta defisit anggaran yang disebabkan oleh kesalahan manajemen pengelola pabrik. Kondisi pabrik gula pada masa Mangkunegara VI sempat kembali membaik dengan menerapkan beberapa kebijakan yang memperbaiki finansial seperti meniadakan prajurit margayuda, mengurangi pesta keluarga kerajaan, dan mengurangi gaji untuk para bangsawan.

Baca juga: Pabrik Gula Colomadu, Warisan Industri Gula Mangkunegaran yang Terbesar di Asia

Setelah masa kemerdekaan, pemerintah RI mengambil alih pengelolaan badan usaha milik Mangkunegaran kala itu yang salah satunya adalah PG Colomadu. Dilansir oleh kompasiana.com, PG Colomadu bernasib kurang baik jika dibandingkan dengan PG Tasikmadu yang sama-sama dibangun pada saat masa kepemimpinan Mangkunegaran.

Perbedaan ini terjadi disebabkan oleh kurangnya lahan perkebunan tebu yang dialihfungsi menjadi lahan pemukiman. Lokasi PG Colomadu yang strategis juga menjadi salah satu alasan beberapa pemilik pemukiman disana menjual lahan mereka kepada pihak pemilik modal. Sehingga pabrik semakin kekurangan bahan baku dan mengakibatkan merosotnya hasil produksi.

Nasib De Tjolomadoe Masa Kini

Setelah resmi berhenti beroperasi pada 1 Mei 1997 dan tidak terawat selama dua dekade, pemerintah mengadakan revitalisasi atau menghidupkan kembali PG Colomadu pada 8 April 2017. Hal ini dilakukan guna melestasikan sejarahnya dan memberi nilai tambah bangunannya dengan melakukan alih fungsi menjadi tempat obyek wisata.

PG Colomadu yang kini berganti nama menjadi De Tjolomadoe resmi diluncurkan kembali pada tanggal 24 Maret 2018 dan dikelola oleh PT Sinergi Colomadu. Kini De Tjolomadoe sudah terdiri dari area museum, area konser Tjolomadoe, aula serbaguna Sarkara, restoran, dan toko ritel yang membuat kawan bisa membeli kerajinan dan suvenir yang tersedia.

Baca juga: Mengukir Kisah Hidup dengan Canda dan Karya, Profil Raditya Dika

Kawan GNFI juga bisa mengadakan acara seperti yang dilakukan oleh Raditya Dika pada tur Cerita Sialku di Solo. Tertarik mengunjungi De Tjolomadoe?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.