pariwisata halal peluang kerja sama ekonomi di asia tenggara - News | Good News From Indonesia 2025

Pariwisata Halal sebagai Peluang Kerja Sama Ekonomi di Asia Tenggara

Pariwisata Halal sebagai Peluang Kerja Sama Ekonomi di Asia Tenggara
images info

Pariwisata halal menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat serta keuntungan yang tinggi. Hal ini dikarenakan Islam merupakan agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat dunia, tak terkecuali masyarakat di Asia Tenggara.

Negara di Asia Tenggara memiliki peluang yang baik untuk menjalin kerja sama ekonomi di bidang pariwisata halal dengan menyediakan layanan untuk wisatawan Muslim serta pengembangan destinasi wisata ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan Global Travel Muslim Index tahun 2024, Indonesia dan Malaysia mendapat tempat pertama sebagai destinasi ramah Muslim terbaik. Sementara itu, Singapura berada di nomor 1, Thailand nomor 5, dan Filipina nomor 12 sebagai destinasi non-OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) terbaik berdasarkan Global Muslim Travel Index. Apa yang membuat negara-negara ini mendapatkan predikat tersebut?

Indonesia

Salah satu hal yang mendukung wisata halal di Indonesia adalah hotel syariah. Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia menyusun ketentuan mengenai hotel syariah.

Syariah ini berfokus pada prinsip-prinsip hukum Islam yang diatur oleh fatwa dan disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Semua makanan dan minuman yang disediakan berada di bawah sertifikasi halal MUI.

Sejalan dengan perkembangan zaman, pemerintah dan pelaku usaha pariwisata meminta MUI untuk lebih terlibat dalam industri ini dengan memfasilitasi akses dan mekanisme sertifikasi halal untuk hotel dan restoran.

Produk Halal Indonesia Terus Meroket, Berpotensi Besar Kuasai Pasar Internasional

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan industri pariwisata halal di Indonesia, yaitu 1) akomodasi halal. Wisatawan muslim akan mencari tempat yang menyediakan layanan bagi Muslim seperti fasilitas ibadah, 2) Keputusan pembelian makanan dan minuman halal sesuai prinsip Islam, 3) adanya umber daya manusia melalui regulasi dan pelayanan yang sesuai dengan prinsip Islam, dan 4) inovasi yang berkelanjutan melalui aplikasi wisata ramah Muslim seperti HalalTrip dan Muslim Pro.

Malaysia

Herderson dalam artikelnya yang diterbitkan di Tourism Management Perspectives menjelaskan bahwa Departemen Pembangunan Islam di Malaysia (JAKIM) bertugas untuk memberikan sertifikat halal untuk produk makanan dan perawatan pribadi untuk pasar lokal dan ekspor. Sementara, Departemen Islam Negara (Jabatan Agama Islam Negeri) dan Dewan Islam Negara (Majlis Agama Islam Negeri) mengeluarkan sertifikat untuk pasar domestik.

Ketelitian regulasi di Malaysia dinilai tinggi dalam perbandingan internasional sehingga memudahkan turis Muslim dan penduduk Muslim Malaysia dalam mencari makanan halal.

Selain itu, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Malaysia memiliki banyak objek pariwisata seperti masjid dan situs peninggalan Islam lainnya.

Peningkatan dan pertumbuhan pariwisata muslim disebabkan promosi oleh pemerintah Malaysia sehingga berhasil menarik wisatawan Muslim, terutama dari Timur Tengah. Malaysia lebih memilih mengambil pendekatan yang konservatif terhadap Islam.

Malaysia mengintegrasikan Islam ke dalam kontrak sosialnya, dan pemerintah serta asosiasi yang ada bekerja sama dalam promosi pariwisata halal.

Salah satu upaya Malaysia sebagai tempat wisata halal adalah dengan membuat aturan untuk wisatawan agar tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan nilai Islam.

Singapura

Majlis Ugama Islam (MUIS) Singapura menjadi sebuah badan hukum yang bertugas menasehati presiden tentang urusan Islam dan telah menangani sertifikasi halal sejak tahun 1978. Ketelitian regulasi di Singapura juga dinilai tinggi dalam perbandingan internasional.

Nasution dalam jurnalnya yang diterbitkan di International Journal of Innovative Science and Research Technology menjelaskan bahwa tempat wisata di Singapura dengan banyak peminat di kalangan wisatawan, yaitu Universal Studio, Marina Bay, dan Kampong Glam sebagai kawasan Muslim di negara ini.

Mengenal Produk Tekstil KainHalal Indonesia, Kain Bersertifikat Halal Pertama di Dunia

Singapura juga menyediakan rambu informasi untuk masjid, musala, masakan halal, petunjuk jalan, dan petunjuk arah.

Thailand

Meskipun bukan negara dengan penduduk mayoritas Muslim, Thailand mempunyak sertifikasi halal untuk penduduknya yang beragama Islam. Sertifikasi Halal di Thailand diadakan oleh Institut Standar Halal Thailand di bawah Komite Islam Pusat Thailand.

Ada juga inisiatif untuk mempromosikan pariwisata halal di provinsi Muslim selatan Thailand yang berbatasan dengan Malaysia serta insentif bagi agen perjalanan Muslim dan media untuk melakukan survei produk dan layanan pariwisata bagi wisatawan Muslim di Pattaya, Hua Hin, dan Phuket.

Terdapat juga situs web wisatathailand.id atau thaihalaltour.com yang dapat diakses oleh pemandu wisata dan biro perjalanan wisatawan Muslim.

Filipina

Cuevas dkk dalam artikelnya di JurnalInternational Journal of Religious Tourism and Pilgrimage menjelaskan bahwa Sertifikasi Halal Filipina memiliki kategori prosedur sertifikasi, yaitu sertifikasi halal A, B, dan C.

Semua pemberi sertifikasi halal menggunakan pedoman Al-Qur'an dan Syariah. Untuk keputusan akhir, Pemberi Sertifikasi Halal A dan C mengandalkan fatwa sementara Pemberi Sertifikasi B mengandalkan Majelis.

Perbedaan ini disebabkan oleh interpretasi yang berbeda karena mereka memiliki pemimpin agama yang berbeda yang menjadi dasar nilai-nilai inti mereka. Cuevas dkk menjelaskan bahwa pemberi Sertifikasi A menetapkan standarnya pada Four’I atau Imam, Pedoman Dewan Halal Dunia, Hadis, Al-Qur'an, dan Syariah.

Sertifikasi B menggunakan standar ASEAN, Al-Qur'an, dan Syariah. Sertifikasi C menggunakan Standar Nasional Filipina yang dikeluarkan oleh Komisi Nasional Muslim Filipina atau The National Commission on Muslim Filipinos (NCMF).

Sertifikasi Halal di Filipina memudahkan turis Muslim serta penduduk Islam di negara tersebut untuk mendapatkan makanan halal seraya menikmati objek pariwisata di Filipina. 

Berdasarkan penjelasan di atas, menurut Kawan GNFI mengapa belum ada kerja sama ekonomi di antara negara Asia Tenggara dalam bidang pariwisata halal?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.