Kota Semarang pernah mempunyai benteng yang usianya lebih tua dari Benteng Vastenburg di Kota Solo dan Benteng Vredebrug di Yogyakarta. Tetapi bangunan yang bernama Benteng Vijfhoek ini sudah rata dengan tanah.
Dimuat dari arkeologijawa.kemendikbud.go.id, Benteng Vijfhoek ini berdiri tahun 1677-1741. Benteng ini dibangun di wilayah yang sekarang menjadi Kota Lama Semarang.
Pertama kali benteng ini dibangun semipermanen, hanya berbahan kayu dan batu-batuan yang dilapisi bata berlepa. Saat itu, benteng berbentuk segilima ini memiliki lima bastion atau sudut untuk meletakan meriam dan memantau musuh dari jauh.
Pada tahun 1756, bangunan Benteng Vijfhoek di Kota Lama Semarang mengalami renovasi. Bangunan benteng diperluas dengan merobohkan tiga bastion yakni Zeeland, Bunschoten, dan Amsterdam.
Sedangkan bastion Utercht dan Raamsdock masih dipertahankan dan diubah namanya menjadi Bastion de Smits dan de Zee, dan ditambah dengan empat sudut atau bastion yang diberi nama de Hersteller, Ceylon, Amsterdam dan Ijzer.
Fungsi benteng
Benteng Vijfhoek dibangun oleh pemerintah kolonial untuk mengamankan warga dan wilayahnya. Untuk mempercepat jalur perhubungan antar ketiga pintu gerbang di benteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai Heerenstraat.
Pada fase ini, di dalam benteng mulai dibangun bangunan-bangunan yang menjadi pusat perkantoran dan niaga atau perdagangan, seperti Spiegel, Marba, dan lapangan parade. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut De Zuider Por.
Lambat laun, benteng tidak mencukupi sehingga warga mulai membangun rumah di luar sebelah timur benteng. Tak hanya rumah-rumah warga, gedung pemerintahan dan perkantoran juga didirikan.
Karena dianggap tidak sesuai dengan perkembangan kota yang makin pesat, fortifikasi ini dibongkar pada tahun 1824. Hal itu dilakukan Belanda guna memperluas wilayahnya, atau yang saat ini menjadi Kota Lama Semarang.
Melacak kastil
Sisa bangunan kastil saat ini susah untuk dilacak, tetapi pada 2009 lalu Balai Arkeologi Yogyakarta berhasil menemukan sisa bangunan benteng di kedalaman 75-100 sentimeter (cm). Bangunan yang ditemukan itu diperkirakan merupakan Bastion de Smits yang lokasinya di tanah lapang milik PT Gas Negara dan Damri.
Sementara empat bastion lainnya sudah terkubur dan menjadi bangunan. Bastion Amsterdam diperkirakan sudah menjadi bundaran Bubakan, Ijzer menjadi terminal angkot, dan Hersteller menjadi dealer mobil.
"Bastion Amsterdam sudah menjadi bundaran Bubakan, Ijzer menjadi terminal angkot, Hersteller jadi Dealer Isuzu. Kita survei dan hanya di sini yang lahannya kosong," kata Ketua Tim Penelitian Benteng Kota Lama Semarang, Novida Abbad yang dimuat Detik.
Tahun 2013 lalu, penggalian tersebut membuahkan hasil, setelah menggali 1,2 meter, mereka menemukan sisa Bastion yang menyiku setinggi 60 cm. Dari temuan tersebut diperkirakan benteng pelindung Kota Semarang itu terbuat dari bata dan kapur serta berpondasi batu kali.
"Diatasnya itu sudah ada selokan dan bekas selokan gas milik Belanda. Yang kami temukan tahun lalu kembali kami tutup dengan tanah, agar tidak rusak terendam air. Lagipula ini lahan orang," terang Novida.
"Kami juga menemukan uang kuno. Ada dua keping, yang satu masih terlihat logo VOC-nya," imbuhnya.
Sumber:
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News