Andytha Firselly Utami atau biasa dipanggil Afutami adalah ekonom lingkungan Indonesia memiliki kepedulian terhadap isu yang berdampak kepada masyarakat. Terutama soal kebijakan publik, di mana isu itu membuatnya mengambil gelar Kebijakan Publik dari Harvard University setelah lulus dari Hubungan Internasional Universitas Indonesia.
Kepedulian Afu terhadap kebijakan publik membuat dirinya mendirikan Think Policy Society, sebuah wadah untuk mendiskusikan kebijakan publik antargenerasi. Di organisasi itu, seluruh kalangan bisa saling berjejaring dan bertukar informasi mengenai banyak isu, seperti trasisi digital hingga ekonomi hijau.
Menariknya, Afu awalnya lebih memerhatikan isu lingkungan. Akan tetapi, setelah melihat pembalakan hutan yang marak ia kemudian mengekspansi perhatiannya ke kebijakan publik.
Kebijakan Publik Seni di Mata Afutami
Pada awalnya Afu lebih fokus untuk isu lingkungan ketimbang kebijakan publik. Namun, setelah melihat hutan di Indonesia banyak yang hilang melalui peta ketika terlibat dalam sebuah proyek. Dari situ, ia melakukan riset lapangan ke komunitas suku Dayak yang terkena dampak dari pembabatan hutan akibat kebijakan publik dari pemerintah.
Afu dari situ tersadar mesti mendalami kebijakan publik. Ia kemudian mengambil program Kebijakan Publik di Harvard Kennedy School dan mengaku mendapat pencerahan dalam proses studinya.
“Kebijakan publik itu bahasa ibunya ekonomi sebenarnya, jadi tentang memaksimalkan manfaat untuk sebanyak mungkin orang. Alat utamanya adalah decision making (pengambilan keputusan), kebijakan itu memang membuat keputusan, dan ini penting ketika enggak ada keputusan yang jelas-jelas benar,” ucap Afutami kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Bagi orang awam, istilah kebijakan publik mungkin terdengar rumit. Namun, yang perlu digarisbawahi, kebijakan publik dari pemerintah sejatinya memang perlu menjadi perhatian karena akan berdampak kepada nasib banyak orang.
“Ini tuh ruwet, ribet, tapi pada bersamaan kebijakan publik yang diambil pemerintah tuh segitu ngaruhnya ke kualitas hidup banyak orang, jadi kayak dapat sense makronya tapi mikronya juga dapat,” katanya lagi.
Dan tak lupa Afu menegaskan, mempelajari kebijakan publik memiliki sisi seninya. Dari mendalami itu, nalurnya terasah ketika melihat ada banyak pilihan untuk diputuskan dan mesti memilih mana yang lebih pantas dikedepankan.
“Kadang-kadang kita punya lima pilihan, lima-limanya itu enggak ada yang sempurna, selalu ada yang terdampak dan sebagainya. Ini art atau seni untuk memaksimalkan pilihan terbaik di antara trade of yang ada dan ya aku malah suka kompleksitasnya,” ujar Afu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News