Ketupat menjadi salah satu makanan yang identik dengan momen Lebaran Idulfitri. Hampir setiap keluarga yang ada di berbagai daerah menyajikan hidangan ketupat bagi setiap tamu yang datang berkunjung untuk bersilaturahmi.
Hal ini membuat permintaan terhadap daun kelapa biasanya akan meningkat menjelang momen Lebaran Idulfitri tersebut. Sebab daun kelapa menjadi bahan dasar untuk membuat bungkus ketupat sebelum dimasak nantinya.
Situasi ini ternyata tidak terjadi di Indonesia saja. Permintaan terhadap daun kelapa menjelang momen Lebaran Idulfitri ternyata juga terjadi di luar negeri, salah satunya Singapura.
Bahkan pada 1988, ketersediaan daun kelapa di Singapura diketahui banyak diimpor dari daerah Kepulauan Riau. Mengapa hal ini bisa terjadi pada waktu itu? Simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Tradisi Ketupat di Singapura
Bagi Kawan GNFI yang Muslim dan sudah melewati momen Lebaran dari waktu ke waktu, tentu sudah tidak asing lagi dengan tradisi ketupat pada momentum ini. Bahkan ada anggapan jika tanpa ketupat, momen Lebaran akan berbeda dan belum sepenuhnya terasa.
Ternyata tradisi ketupat ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Negara-negara tetangga, khususnya yang memiliki kebudayaan Melayu yang kental juga erat dengan tradisi ketupat tersebut.
Salah satu negara tetangga yang juga erat dengan tradisi ini pada saat momen Lebaran Idulfitri adalah Singapura. Dilansir dari artikel "Bekalan Janur Datang dari Kepulauan Riau" yang terbit di surat kabar Berita Harian edisi 13 Mei 1988, masyarakat Singapura, khususnya yang beragama Islam juga menyajikan ketupat di rumah masing-masing pada saat momen ini.
Impor Daun Kelapa dari Kepulauan Riau
Adanya tradisi ketupat ini secara tidak langsung meningkatkan permintaan daun kelapa di Singapura pada waktu itu. Namun kondisi alam yang tidak mendukung membuat masyarakat Singapura mesti mendatangkan daun kelapa dari luar negeri untuk membuat ketupat.
Dulunya pohon kelapa masih banyak dijumpai di negara tersebut. Namun pada 1988, pembangunan yang ada di Singapura sudah mulai meningkat pesat.
Hal ini membuat ketersediaan lahan kelapa yang ada di sana mulai berkurang. Alhasil masyarakat Singapura kemudian mengimpor daun kelapa dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhannya.
Masih dari artikel yang sama, salah satu penjual daun kelapa yang ada di Singapura pada waktu itu, Encik Kassim menjelaskan bahwa dirinya banyak mendatangkan bahan baku dari daerah Kepulauan Riau.
Pada waktu itu, ketersediaan lahan kelapa di Kepulauan Riau masih melimpah ruah. Terlebih daerah Kepulauan Riau yang dekat dengan Singapura menjadikan wilayah ini menjadi rujukan untuk impor daun kelapa di sana.
Keunggulan Daun Kelapa dari Kepulauan Riau
Selain ketersediaannya yang melimpah ruah, daun kelapa yang didapatkan dari Kepulauan Riau diketahui juga memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan daerah lainnya. Daun kelapa yang didatangkan dari Kepulauan Riau diketahui jauh lebih murah dibandingkan tempat lainnya.
Encik Kassim menjelaskan bahwa ketersediaan ladang kelapa yang banyak di Kepulauan Riau membuat pedagang bisa mendapatkan daun kelapa dengan murah. Selain itu, gaji upah buruh yang tidak tinggi juga berpengaruh pada harga jual daun kelapa dari daerah tersebut.
Faktor inilah yang membuat Encik Kassim sering mengimpor daun kelapa dari Kepulauan Riau untuk dia jual kembali di Singapura. Pada 1988, Encik Kassim menyebutkan bahwa dia sudah mengimpor 300 gulung daun kelapa yang didatangkan dari Pulau Karimon (Karimunbesar), salah satu daerah yang berada di Kepulauan Riau.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News