Zaman semakin berkembang, tingkah laku kita sebagai manusia semakin beragam, dan begitu juga dengan tantang hidup yang harus disikapi pada Era-Digitalisasi saat ini.
Ada banyak jurang dan jembatan yang tampak cukup dalam, juga mengerikan, dan menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan.
Terlebih, di kalangan generasi muda yang sedang dibenturkan dengan quarter life crisis bersama keragaman persoalan pada Era-Digitalisasi yang sedang kita jalani saat ini.
Quarter Life Crisis, Ancaman Ataukah Tantangan?
Setiap manusia pada umumnya pernah mengalami dan akan mengalami quarter life crisis. Hal ini dikarenakan bahwa setiap manusia mengalami fase perkembangan yang memiliki karaktristik, tugas, dan tuntutan yang berbeda-beda.
Quarter life crisis merupakangambarkan situasi ketidakpastian hidup yang biasanya dialami individu pada usia 18—29/20—30 tahun. Cemas, bingung, dan gelisah akan hal-hal tertentu yang berhubungan dengan fase kedewasaan hidup menjadi salah satu gambaran dari quarter life crisis.
Keyakinan Ini Bantu Kamu Mudah dalam Menjalani Fase Quarter Life Crisis
Pada beberapa penelitian, quarter life crisis juga dikatakan sebagai salah satu krisis kehidupan yang memang banyak ditemukan pada rentang usia 20—30 tahun, atau dalam bahasa lain dikatakan sebagai fase perpindahan fase remaja ke fase dewasa awal.
Salah satu fase yang dikatakan Erich Fromm sebagai masa-masa transisi. Sebab, setiap individu pada fase ini akan menghadapi beragam bentuk tantangan kehidupan.
Quarter life crisis sendiri dapat digambarkan berdasarkan beberapa karaktristik keadaan psikologis yang dirasakan oleh setiap individu. Fazira dkk, juga Febrian dan Fikry dalam penelitian yang mereka menemukan, bahwa individu yang mengalami quarter life cirisis memiliki beberapa karaktristik keadaan psikologis yang dirasakan, yakni;
- Mudah putus asa,
- Merasa bahwa dirinya adalah sosok yang negatif,
- Merasa bimbang dalam mengambil keputusan,
- Merasa tertekan dan merasa tidak menemukan solusi dari masalah yang sedang ia hadapi,
- serta merasa khawatir terhadap hubungan interperonal.
Selain itu, dapat digambarkan dari beberapa karaktristik keadaan psikologis yang ditemukan dari beberapa penelitian lain, yakni; merasa cemas akan masa depan mereka, karier, keluarga, dan kesehatan, serta belum mempunyai rencana yang baik akan masa depannya.
Ini ditandai dengan pikiran dan perasaan negatif yang ia nilai meresahkan dan memunculkan sikap minder, menarik atau menjauh dari lingkunganya. Mereka juga merasa tidak memiliki motivasi, dan sering membandingkan dirinya dengan orang lain.
Quarter life crisis pada dasarnya bukanlah sebuah ancaman bagi setiap individu, melainkan kondisi ini merupakan salah satu tantangan hidup yang harus dihadapi oleh masing-masing individu yang sedang berada pada fase perpindahan fase remaja ke fase dewasa awal.
Oleh karenanya, masing-masing individu yang berada pada kondisi semacam ini, tidak perlu merasa takut dan merasa cemas yang berlebihan, melainkan kita hanya perlu mempersiapkan dan melakukan hal-hal yang kita perlukan dalam menghadapi quarter life crisis.
Bagaimana Menghadapi Quarter Life Crisis Pada Era-Digitalisasi?
Quarter life crisis adalah sebuah tantangan yang dapat melahirkan peluang, dan bukan sebuah ancaman yang dianggap menakutkan. Dibutuhkan beberapa hal yang perlu kita lakukan dan kita kembangkan dalam rangka untuk menghadapi quarter life crisis di masa kini. Hal-hal yang perlu kita lakukan dan kembangkan di antaranya;
- Membangun self-concept
Self-concept merupakan pemahaman individu tentang dirinya sendiri secara fisik, psikologis, dan sosial. Terdapat beberapa tahapan dalam membangun self-concept. Diawali dari pencarian data diri, pengumpulan data diri, penyajian data diri, verifikasi data diri, analisis data diri, lalu mengambil sebuah kesimpulan tentang diri sendiri.
Tips Menghadapi Quarter Life Crisis Saat Menginjak Usia 20-an
Lalu, mempertahankan dan mengembangkan hal-hal yang positif tentang diri dan memperbaiki hal-hal yang negatif tentang diri sendiri. Self-concept yang positif menjadi bagian penting yang menentukan sikap dan tindakan individu dalam menghadapi quarter life crisis.
- Membangun Self-Efficacy
Self-efficacy merupakan keyakinan individu atas kemampuan yang mereka miliki dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, serta tantangan dari setiap aktivitas kehidupan.
Selain itu, pada proses pengembangan self-efficacy, setiap individu juga perlu mempertimbangkan tiga kebutuhan dasar yang terdiri dari otonomi, kompetensi, dan keterhubungan. Dikarenakan bahwa ketiga kebutuhan dasar ini memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun self-efficacy.
- Self-Healing
Self-healing pada dasarnya merupakan salah satu bagian dari terapi psikologis, dan hal ini perlu kita lakukan dalam menghadapai quarter life crisis. Setiap individu yang sedang menghadapi quarter life crisis sering kali dilanda oleh gangguan-gangguan psikologis, semacam kegalauan dan kegundahan.
- Membangun Resilience
Resilience merupakangambaran kemampuan individu dalam beradaptasi dengan segala bentuk situasi kesulitan dan tantangan kehidupan.
Ini terdiri dari kemampuan individu untuk menjadi tenang, tekun, tidak bergantung pada orang lain dan mengenal diri sendiri, dan terdiri dari kemampuan individu untuk menciptakan tujuan dan nilai yang bermakna bagi kehidupannya.
- Membangun Self-Love
Self-love sendiri tidaklah asing lagi bagi kita semua, sehingga hal ini cukup banyak dipahami oleh masing-masing kita. Ini biasa dimaknai sebagai sikap-sikap positif yang diberikan kepada diri sendiri dalam setiap dinamika kehidupan yang ada.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News