Di tengah gejolak global yang belum mereda, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau dikenal juga sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Rachmat Pambudy, optimis jika Indonesia justru dapat memanfaatkan banyak peluang.
Rachmat dalam sebuah keterangannya yang dirilis ANTARA menyatakan, pengalaman sejarah Indonesia menghadapi persoalan dunia global cenderung unik. Menurutnya, sejak Indonesia merdeka dan global sedang kurang baik, Indonesia justru memiliki banyak peluang.
“Pengalaman sejarah kita bahwa persoalan dunia global ini memang unik. Sejarah menunjukkan sejak kita merdeka, kalau dunia sedang susah, justru peluang ada di kita. Kalau dunia sedang baik-baik saja, justru kita mendapat kesulitan, terutama hal ini pada pertanian kita,” terangnya.
Di tahun 1950 hingga 1960-an, ketika dunia sedang dilanda kesulitan makanan, bahan baku, barang dan jasa khususnya di bidang pertanian, Indonesia justru menunjukkan hal sebaliknya.
Pun pada 1998. Rachmat menjelaskan saat era krisis moneter yang berkepanjangan, Indonesia tetap bisa bertahan karena sektor pertanian dan perkebunannya sangat kuat.
Meskipun kondisi dan situasi saat ini tidak mudah, pihaknya tetap optimis jika Indonesia dapat mengatasi persoalan tersebut. Bappenas menggandeng beberapa kementerian dan lembaga terkait untuk menyiapkan rencana demi menghadapi situasi global yang rumit.
Kawan GNFI, kabar baiknya, tren positif surplus produksi pertanian, utamanya beras, kembali dipertahankan oleh Indonesia. Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menyebut jika pemerintah berusaha mempertahankan hal ini di tengah krisis pangan yang melanda sejumlah negara.
“Makanya ini minta untuk dipertahankan di tengah negara-negara lain, kan, lagi susah, lagi ada kesusahan, ada kesusahan beras, ya, ada Malaysia, kemudian ada Filipina, termasuk Jepang kan juga lagi krisis berasnya,” sebut Sudaryono dalam keterangan resminya melalui Sekretariat Kabinet, Kamis (13/3/2025).
Di sisi lain, Kementerian Pertanian menargetkan agar Indonesia tidak lagi mengimpor beras. Namun, pemerintah harus memastikan bahwa surplus tahunan harus dijaga di kisaran lima hingga enam juta ton per tahunnya.
Indonesia Punya Peluang Besar Menjadi Bagian Ekosistem AI Global, Asalkan?
PR Besar Indonesia Agar Selalu Siap Hadapi Krisis Dunia
Saat ini, banyak tantangan yang dihadapi oleh dunia, termasuk perubahan suhu global yang disertai dengan cuaca ekstrem dan bencana akibat perubahan iklim. Tidak hanya itu, terdapat peningkatan proteksionisme yang mendorong ketidakpastian pada perdagangan global.
Kepala Bappenas juga menyoroti bagaimana disrupsi teknologi digadang-gadang dapat menggantikan sekitar 40 persen pekerjaan saat ini. Eskalasi geopolitik dan geo-ekonomi turut memunculkan fragmentasi dan kekuatan baru.
Kawan GNFI, dunia juga mengalami peningkatan penduduk yang cukup signifikan. Diproyeksikan jika jumlah manusia yang hidup di bumi per 2050 adalah 9,7 miliar, di mana porsi masyarakat Asia didominasi oleh 55 persen lansia.
Indonesia menyadari berbagai pekerjaan rumah rumit yang menjadi tantangan besar untuk menghadapi krisis global, seperti masalah pembangunan. Bappenas menjelaskan, skor Programme for International Student Assessment atau PISA Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan negara-negara OECD, bahkan ASEAN.
Kualitas sumber daya manusia juga menjadi sorotan. Hal ini dikarenakan SDM Indonesia masih relatif rendah, yaitu 0,54 di tahun 2020. Jumlah ini jauh dibanding Singapura yang mencatatkan angka sebesar 0,88.
Angka stunting yang masih tinggi turut menjadi perhatian Bappenas. Indonesia juga disebut-sebut cukup stagnan dalam ekonomi karena terjebak dalam pendapatan kelas menengah selama 30 tahun.
Melihat bonus demografi yang akan dialami Indonesia beberapa tahun ke depan, Bappenas menyatakan jika Indonesia memiliki kesempatan besar untuk tumbuh.
“Ini adalah kesempatan terakhir kita, now or never. Kenapa sekarang kesempatan kita? Karena bonus demografi kita ada di situ, dan bonus demografi kita harus diselesaikan untuk mencapai pertumbuhan tinggi dan berkualitas,” tegas Rachmat.
Geopolitik Akan Berubah Jika Trump dan Moskow Semakin ‘Mesra’, Bagaimana Dampaknya untuk Indonesia?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News